NABI DARI GALILEA

08 OKTOBER

NABI DARI GALILEA

"Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia" —Yohanes 6: 14.

Banyak orang terpelajar dan berpengaruh datang untuk mendengar Nabi dari Galilea itu. Sebagian dari mereka memandang dengan perhatian ingin tahu terhadap orang banyak yang telah berkumpul di sekeliling Kristus ketika la mengajar di tepi danau. Di tengah-tengah orang banyak ini terdapat segala lapisan masyarakat. Ada orang miskin, orang buta huruf, peminta-minta, perampok dengan tanpa rasa bersalah di wajahnya, orang lumpuh, orang congkak, pedagang, orang yang suka pelesir, berpangkat tinggi dan rendah, kaya dan miskin, semua berdesak-desakan satu dengan yang lain mencari tempat untuk berdiri mendengar perkataan Kristus. Manakala orang yang terpelajar ini memandang kepada kerumunan orang banyak, mereka bertanya kepada diri mereka sendiri. Apakah kerajaan Allah terdiri dari orang-orang semacam ini? Sekali lagi Juruselamat menjawab dengan sebuah perumpamaan: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."

Di kalangan orang Yahudi, ragi kadang-kadang digunakan sebagai lambang dosa. Pada masa Paskah orang diperintahkan untuk menyingkirkan semua ragi dari rumah mereka, sebagaimana mereka harus menyingkirkan dosa dari hatinya. Kristus memberikan amaran kepada murid-murid-Nya, "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi" (Lukas 12: 1). Dan Rasul Paulus berbicara tentang "ragi keburukan dan kejahatan" (1 Korintus 5: 8). Tetapi dalam perumpamaan Juruselamat, ragi digunakan untuk menggambarkan kerajaan surga, la menggambarkan kuasa yang menghidupkan dan mengembangkan dari rahmat Allah.

Tidak ada yang begitu keji, tidak ada yang jatuh begitu rendah, sehingga berada di luar pekerjaan kuasa ini. Pada semua orang yang mau menyerahkan dirinya kepada Roh Kudus asas hidup yang baru akan ditanamkan; peta Allah yang hilang harus dipulihkan pada umat manusia.

Tetapi manusia tidak dapat mengubah dirinya sendiri dengan menggunakan kemauannya. la tidak memiliki kuasa untuk membuat perubahan ini bisa berhasil. Ragi itu—sesuatu benda yang sama sekali dari luar— harus diadukkan ke dalam makanan sebelum keinginan untuk berubah timbul di dalamnya. Demikianlah rahmat Allah harus diterima orang berdosa sebelum ia dapat dilayakkan masuk kerajaan kemuliaan. Segenap kebudayaan dan pendidikan yang dapat diberikan dunia ini, akan gagal untuk menjadikan anak hina yang berdosa menjadi anak surga. Tenaga pembaruan harus datang dari Allah. Perubahan itu hanya bisa dilaksanakan oleh Roh Kudus— Christ's Object Lessons, hlm. 95-97.

Renungkan Lebih Dalam: Bagaimana ragi anugerah Tuhan mengubah sikap dan perilaku saya?

Komentar