PENOLONG SATU-SATUNYA
Selama tiga tahun, Tuhan terang dan kemuliaan itu telah datang dan berada di antara umat-Nya. la "berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang buta, membuat orang lumpuh berjalan dan orang tuli mendengar, orang kusta menjadi tahir, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik" (Kisah Para Rasul .10: 38; Lukas 4: 18, 19; Mat. 11:5). Kepada semua golongan masyarakat ditujukan panggilan lembut dan ramah ini: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Matius 11:28).
Meskipun dibalas dengan yang jahat untuk yang baik, dan kebencian untuk kasih-Nya (Mazmur 109: 5), la tetap melaksanakan misi kemurahan-Nya. Tidak pernah ditolak mereka yang mencari kasih karunia-Nya. Sebagai seorang pengembara yang tidak mempunyai rumah, yang dicela orang dan yang berkekurangan, la melayani kebutuhan orang-orang dan meringankan penderitaan mereka mengajak mereka untuk menerima karunia hidup. Gelombang kemurahan, yang ditolak oleh hati yang degil, kembali dalam gelombang pasang kasih yang tak dapat dijelaskan. Tetapi orang Israel telah meninggalkan Temannya yang terbaik, dan Penolong satu-satunya itu. Permohonan akan kasih-Nya telah diremehkan, nasihat-nasihat-Nya ditolak, peringatan-Nya ditertawakan.
Saat pengharapan dan pengampunan telah berlalu dengan cepat. Cawan murka Allah yang telah lama ditunda hampir penuh. Awan kemurtadan dan pemberontakan yang telah terkumpul selama berabad-abad, sekarang menghitam dengan kesengsaraan, dan sudah hampir meledak atas orang berdosa. Dan Dia yang satu-satunya sanggup menyelamatkan mereka dari nasib buruk itu telah diremehkan, disalahgunakan, ditolak dan segera akan disalibkan. Bilamana Kristus harus digantungkan di kayu salib Golgota, maka berakhirlah kesempatan Israel sebagai yang dipilih dan diberkati Allah. Kehilangan satu jiwa saja adalah suatu bencana yang sangat besar yang jauh melebihi keuntungan dan harta dunia. Tetapi sementara Kristus menatap Yerusalem, kebinasaan seluruh kota itu, seluruh bangsa itu, telah tampak di-hadapan-Nya—kota itu, bangsa itu, yang pada suatu waktu adalah bangsa pilihan Allah, harta istimewa-Nya—Kemenangan Akhir, hlm. 20, 21.
Renungkan Lebih Dalam: Kapankah saya pernah menolak permohonan belas kasihan Yesus, hanya untuk melihat Dia datang kembali dengan demonstrasi kasih yang penuh belas kasihan yang bahkan lebih besar?
Komentar
Posting Komentar