PANGLIMA YANG DICINTAI
"Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia"—1 Yohanes 3:1.
Para rabi mempunyai satu pepatah yang mengatakan bahwa surga akan gembira bila seseorang yang telah berdosa terhadap Allah dibinasakan; tetapi Kristus mengajarkan bahwa bagi Allah pekerjaan membinasakan adalah suatu pekerjaan yang asing. Kesukaan yang besar terjadi di surga bilamana ada pemulihan kepada peta Allah sendiri dalam jiwa-jiwa yang telah dijadikan-Nya.
Bila seseorang yang telah mengembara jauh dalam dosa, berusaha untuk kembali kepada Allah, ia akan menghadapi kritik dan diragukan. Ada orang yang merasa ragu-ragu apakah pertobatannya adalah tulen, ada orang yang akan berbisik, "la tidak mempunyai keteguhan; saya tidak percaya bahwa ia dapat bertahan." Orang-orang ini tidak melakukan pekerjaan Allah, melainkan melakukan pekerjaan Setan, yang menjadi pendakwa saudara-saudara. Dengan kritiknya, orang yang jahat berharap hendak mengecewakan jiwa itu dan menghalaunya semakin jauh dari pengharapan dan dari Allah. Hendaklah orang berdosa yang bertobat merenungkan kesukaan surga atas kembalinya orang yang telah tersesat. Hendaklah ia bernaung dalam kasih Allah dan dalam hal apa pun tidak berkecil hati karena olok-olok dan kecurigaan orang Farisi.
Para rabi memahami perumpamaan Kristus berlaku kepada pemungut cukai dan orang berdosa; tetapi itu juga mempunyai sebuah arti yang lebih luas. Oleh domba yang tersesat Kristus menggambarkan bukan saja orang berdosa secara perorangan, tetapi satu dunia yang telah murtad dan telah dihancurkan oleh dosa. Dunia ini hanyalah sebuah atom di atas semesta alam yang diperintah Allah; namun demikian dunia kecil yang telah jatuh ini— satu domba yang tersesat—adalah lebih berharga dalam pemandangan-Nya daripada sembilan puluh sembilan yang tidak tersesat dari kandang. Kristus, Panglima yang dicintai dalam istana surga, merendahkan diri dari kedudukan-Nya yang tinggi, menyisihkan kemuliaan yang dipunyai-Nya dengan Bapa, untuk menyelamatkan satu dunia yang tersesat ini. Untuk itu la meninggalkan dunia-dunia yang tidak berdosa, yang sembilan puluh sembilan yang mengasihi Dia dan datang ke bumi ini, untuk "tertikam oleh karena pemberontakan kita," dan "diremukkan oleh karena kejahatan kita" (Yesaya 53: 5). Allah menyerahkan diri-Nya dalam Anak-Nya agar la boleh mendapat kesukaan menerima kembali domba yang tersesat. Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah"—Membina Kehidupan Abadi, hlm. 142.
Renungkan Lebih Dalam: Kapankah terakhir kali surga bergembira atas pertobatan saya dari dosa?
Komentar
Posting Komentar