UTUSAN ILAHI

UTUSAN ILAHI

"Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku"—Yohanes 6: 38.

Dapatkah kita tidak beralasan dari sebab ke akibat?Tidak dapatkah kita melihat bahwa karena kemalasan kita dalam memperdagangkan harta milik Tuhan, karena keegoisan kita dalam menolak untuk mengembalikan kepada-Nya bagian-Nya, pekerjaan-Nya menjadi tertunda?

Ketika Kristus memasuki Yerusalem dengan penuh' kemenangan, tepuk tangan orang banyak mencapai puncaknya. Pujian hosana ada di bibir orang-orang; tetapi Juruselamat tidak merasakan sukacita. Dia melihat kota itu, menangisinya, dan berkata, "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu." Dia melihat ribuan dan ribuan lagi segera akan menjadi bagian dalam kehancuran yang mengerikan dari kota yang akan binasa itu. Betapa dalamnya kesedihan-Nya ketika Dia memikirkan bangsa yang telah menempa belenggunya sendiri, memeteraikan kebinasaannya sendiri, mengumpulkan awan murka Yahweh di sekelilingnya. "Engkau telah menentang semua permohonan-Ku," kata-Nya. "Berulang kali Aku telah menghindarkan baut keadilan. Dalam kasih Aku telah menunggu penyesalan dan pertobatanmu. Aku telah menanggung bersamamu seperti seorang laki-laki yang sabar terhadap putranya sendiri yang melayaninya. Tetapi kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup."

Tetapi air mata penderitaan Kristus tidak ditumpahkan hanya untuk Yerusalem. Dia menangis ketika memikirkan pembalasan yang mengerikan yang akan menimpa dunia yang tidak bertobat. Dia masih bekerja dalam kesabaran dan kasih untuk keselamatan orang berdosa. Bukankah Utusan yang Ilahi itu mengetuk pintu setiap hati untuk masuk? Bukankah Roh sedang bergumul dengan orang-orang berdosa? Bukankah Kristus telah mengundang jiwa-jiwa yang sakit dosa untuk duduk di kaki-Nya dan belajar dari-Nya, mengenakan kuk kepatuhan dan ketaatan-Nya? Bukankah Dia melintasi panjang dan luasnya bumi, menyebar berkat-berkat di setiap jalan-Nya? Tidak letih kesabaran-Nya, tidak terkuras kasih-Nya. Dengarkanlah Suara-Nya berbicara kepada yang lemah, yang lelah, yang tak berdaya. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, dan Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang, dan belajarlah pada-Ku; karena aku lemah lembut dan rendah hati: dan jiwamu akan mendapatkan ketenangan." Tidakkah engkau akan membiarkan kasih karunia melembutkan hati yang membatu?—Review and Herald, 3 Desember 1901.

Renungkan Lebih Dalam: Seberapa lembutkah hati Yesus? Dapatkah saya mendengar Dia saat Dia mengetuk pintu hati saya?

Komentar