TABIB YANG BERBELASKASIHAN

TABIB YANG BERBELASKASIHAN

"Tidak adakah balsam di Gilead? Tidak adakah tabib di sana? Mengapakah belum datang juga kesembuhan luka puteri bangsaku?"—Yeremia 8: 22.

Kitab Suci mengatakan bahwa "mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu" (Lukas 18: 1); dan kalau ada waktu yang mereka rasakan perlu berdoa, itulah waktu ketika kekuatan hilang dan hidup itu rasanya sedang terlepas dari pegangan mereka. Seringkali mereka yang sehat-sehat melupakan kemurahan ajaib yang diberikan kepada mereka setiap hari, dari tahun ke tahun, dan mereka tidak memuji Allah karena berkat-berkat-Nya. Tetapi bilamana jatuh sakit, barulah teringat pada Allah. Bilamana kekuatan manusia hilang, manusia baru merasa perlunya pertolongan Ilahi. Dan tidak pernah Allah kita yang pemurah itu berpaling dari jiwa yang sungguh-sungguh mencari pertolongan- Nya. Dialah perlindungan pada waktu sakit dan waktu sehat....

.... Yesus adalah Tabib yang berbelaskasihan sekarang ini sama seperti selama pelayanan-Nya di dunia ini. Dalam diri-Nya ada balsem penyembuh untuk segala macam penyakit, dan kuasa yang memulihkan bagi setiap kelemahan. Murid-murid-Nya sekarang ini harus berdoa bagi orang sakit sama seperti murid-murid-Nya pada zaman dulu itu berdoa. Kesembuhan akan menyusul, karena "doa yang diucapkan dalam iman akan menyelamatkan orang sakit." Kita memiliki kuasa Roh Allah, jaminan iman yang pasti, yang dapat menuntut janji-janji Allah. Tuhan berjanji: "Mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh"(Markus 16: 18), dan janji ini dapat dipercaya sekarang ini sama seperti pada zaman rasul-rasul. Kuasa itu menyatakan kesempatan umat Allah, dan iman kita harus berpaut pada semua yang dicakupnya. Hamba-hamba Tuhan adalah saluran pekerjaan-Nya, dan melalui mereka itu la ingin menjalankan kuasa penyembuhan-Nya. Adalah tugas kita untuk membawa orang sakit dan yang menderita kepada Allah dalam lengan iman kita. Kita harus mengajar mereka agar percaya pada Penyembuh Yang Agung itu. Juruselamat mau agar kita membesarkan hati orang sakit, orang yang putus asa dan yang menderita, untuk berpaut pada kekuatan-Nya....

Tetapi hanya kalau kita hidup dalam penurutan akan firman-Nya kita dapat menuntut kegenapan janji-janji-Nya. Pemazmur mengatakan, "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar" (Mazmur 66: 18). Jika kita menyerahkan kepada-Nya penurutan yang setengah-setengah hati, janji-janji-Nya itu tidak akan digenapi dalam diri kita.

Dalam firman Allah kita mempunyai petunjuk yang berhubungan dengan doa khusus bagi kesembuhan orang sakit. Tetapi melayangkan doa seperti itu merupakan suatu tindakan yang paling khidmat, dan tidak boleh melakukannya tanpa pertimbangan yang saksama. Dalam banyak kasus doa penyembuhan orang sakit, apa yang disebut iman itu tidak lain dari kepongahan—Seri Membina Keluarga, jld. 4, hlm. 201-203.

Renungkan Lebih Dalam: Haruskah saya memohon kepada Tuhan demi mereka yang telah mendatangkan penyakit ke atas diri mereka sendiri karena pemanjaan diri? Akankah pemulihan kesehatan mengubah kebiasaan hidup mereka?

Komentar