PEMBERI HUKUM

PEMBERI HUKUM

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya"—Matius 5: 17.

Di atas bukit (Zaitun) itu, Yesus diamati oleh mata-mata secara teliti; dan ketika Dia paparkan prinsip-prinsip kebenaran, orang Farisi membuat tersebar-luas bahwa ajaran-Nya bertentangan dengan peraturan-peraturan yang telah diberikan Allah di Sinai. Juruselamat itu tidak mengatakan apa-apa untuk menggoncang iman dalam agama dan lembaga-lembaga yang telah diberikan melalui Musa; karena setiap sinar terang Ilahi yang disampaikan pemimpin besar Israel kepada umat-Nya diterima dari Kristus. Sementara banyak orang mengatakan dalam hati mereka bahwa Dia telah datang untuk menghilangkan hukum itu, Yesus dengan bahasa yang jelas menyatakan sikap-Nya terhadap undang-undang Ilahi. "Jangan kamu menyangka," kata-Nya, "bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi."

Pencipta manusia dan Pemberi hukum itulah yang menyatakan bahwa maksud-Nya bukanlah untuk mengesampingkan aturan-aturannya. Segala sesuatu dalam alam, dari butir debu dalam sinar matahari hingga ke dunia-dunia di tempat yang tinggi adalah di bawah hukum. Ketenteraman dan keselarasan dunia alami bergantung kepada penurutan akan hukum-hukum ini. Jadi di situ terdapat prinsip-prinsip kebenaran yang besar untuk mengendalikan kehidupan dari segala makhluk yang cerdas, dan kesejahteraan alam semesta bergantung kepada persesuaian dengan prinsip-prinsip ini. Sebelum dunia ini diciptakan, hukum Allah sudah ada. Para malaikat diatur oleh prinsip-prinsipnya, dan supaya dunia selaras dengan surga, manusia juga harus menurut kepada undang-undang Ilahi. Kepada manusia di Taman Eden aturan-aturan dari hukum itu diberitahukan oleh Kristus "pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai" (Ayub 38: 7). Misi Kristus di dunia bukanlah untuk merusak hukum, tetapi oleh kasih karunia-Nya untuk membawa manusia kembali menurut kepada aturan-aturannya.

Murid yang dikasihi itu, yang mendengar kata-kata Yesus di atas bukit, lama sesudah itu menulis dalam ilham Roh Kudus, menyatakan hukum sebagai kewajiban abadi. Dia katakan bahwa "dosa adalah pelanggaran hukum dan bahwa "setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah" (1 Yohanes 3: 4). Dia jelaskan bahwa hukum yang ia tunjukkan itu adalah "perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya" (1 Yohanes 2: 7). Dia menyatakan hukum yang ada pada waktu penciptaan dan diulangi di atas Gunung Sinai—Khotbah di Atas Bukit, hlm. 58, 59.

Renungkan Lebih Dalam: Bagaimanakah saya akan mulai menjelaskan kepada orang yang tidak percaya bahwa kesejahteraan seluruh alam semesta bergantung pada hukum Tuhan?

Komentar