21 September 2024
AKU SEPENUHNYA MILIKMU, TUHAN
“Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu" (1 Tawarikh 29:14).
Hari ini, kita akan memulai renungan dengan kutipan luar biasa dari Ellen G. White: "Apakah ini bahasa hatimu? 'Aku ini seluruhnya milikMu, Juruselamatku; Engkau telah menebus jiwaku dan seluruh hidupku dan segala rencana hidupku adalah milikMu. Tolonglah aku untuk memperoleh kekayaan, bukan untuk digunakan dengan tidak bijaksana, bukan untuk memanjakan kesombongan, tetapi untuk kemuliaan namaMu'" (Nasihat Penatalayanan, hlm. 33).
Doa ini membantu kita memahami tiga poin penting mengenai hubungan kita dengan Tuhan:
1. Aku milik-Mu, bukan milikku. Aku milik-Mu, bukan milikku. Apa yang saya miliki dan akan saya miliki adalah milik-Mu dan bukan milik saya. Apa saya ini dan jadi apa saya nanti adalah milik-Mu. Ini harus menjadi intisari kesetiaan kita. Pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Tuhanlah yang menuntun kita berserah sepenuhnya.
2. Engkau adalah Juruselamat saya dan Engkau membayar tebusan untuk hidup saya. Ini adalah motivasi utama saya untuk melayani. Saya melayani bukan karena tepuk tangan atau dukungan yang diterima tetapi sebagai respon atas keselamatan yang Tuhan berikan kepada saya.
3. Bantu saya untuk mendapatkan sumber daya yang dapat digunakan untuk kemuliaan nama-Mu.
Inilah aspek praktisnya. Kita dapat menghabiskan seumur hidup berteori tentang poin 1 dan 2, tetapi aspek ketiga adalah tentang tindakan dan merupakan hasil dari pemahaman yang benar bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan dan bahwa kita telah dibeli dengan harga yang mahal. Ketika kita menggunakan apa yang Tuhan berikan ke tangan kita secara sembrono atau hanya untuk memuaskan kesombongan kita, kita sebenarnya bertindak sebagai pemilik, meskipun kita hanyalah penatalayan. Kita hidup dalam masyarakat konsumeris yang menyamakan kebahagiaan pribadi dengan perolehan barang-barang materi. Gaya hidup masyarakat saat ini dapat disimpulkan dengan pemikiran, "Bekerja, belanja, bekerja lebih keras, dan belanjakan lebih banyak", yang didorong oleh keinginan untuk mendapatkan hal-hal yang saat ini tidak kita miliki dan untuk merasa terpenuhi, puas, dan senang.
PANGGILAN: Sungguh membebaskan dan menantang untuk menyadari bahwa segala sesuatu adalah milik Tuhan dan bahwa saya harus menyerahkan segalanya kepada pemeliharaan-Nya. Karena segala sesuatu adalah milik-Nya, saya harus memercayai Dia untuk membimbing setiap aspek kehidupan saya. Hari ini adalah hari untuk menegaskan kembali: "Tuhan, aku ingin semua yang kumiliki dan apa adanya aku digunakan untuk kemuliaan nama-Mu."
Komentar
Posting Komentar