12 JUNI
TUHAN YANG BERKUASA ATAS PANAS DAN DINGIN
"Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!"—Daniel 3: 25.
Ketika tiga orang Ibrani ini berdiri di hadapan raja, ia yakin bahwa mereka memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang-orang bijaksana lain di dalam kerajaannya. Mereka telah berlaku setia dalam melaksanakan kewajiban sehari-hari, la hendak memberi mereka ujian yang lain. Kalau saja mereka mau menunjukkan kerelaan mereka bersatu dengan orang banyak dalam menyembah patung itu, maka semuanya akan beres dengan mereka; "tetapi jika kamu tidak menyembah," katanya menambahkan, "kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam dapur api yang menyala-nyala." Kemudian dengan tangan yang teracung ke atas menunjukkan tidak peduli, ia mendesak, "Dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"
Ancaman raja itu sia-sia saja, la tidak dapat mengalihkan kesetiaan orang-orang itu pada Raja semesta alam. Dari sejarah leluhur mereka telah mereka pelajari bahwa pendurhakaan kepada Allah mengakibatkan kehinaan, bahaya dan kematian; dan bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat, yakni landasan segenap kemakmuran yang sejati. Dengan tenang menghadapi dapur api yang sedang bernyala-nyala itu, mereka berkata: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja." Iman mereka dikuatkan ketika mereka menyatakan bahwa Allah akan dimuliakan dengan melepaskan mereka, dan dengan merasa pasti akan menang yang lahir dari kepercayaan yang teguh pada Allah, mereka menambahkan, "Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan menyembah dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
Murka sang raja tidak tertahankan lagi. "Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar," "air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesak dan Abednego," wakil-wakil dari bangsa yang dibuang dan ditawan. Dengan menyuruh supaya perapian itu dipanaskan sampai tujuh kali lebih panas daripada sebelumnya, ia memerintahkan orang-orang perkasa dalam ketentaraannya untuk mengikat orang-orang yang menyembah Allah Israel itu, sebagai pendahuluan untuk pelaksanaan hukuman ....
Tetapi Allah tidak melupakan milik-Nya sendiri. Ketika saksi-saksi-Nya dilemparkan ke dalam perapian itu, maka Juruselamat menyatakan diri-Nya sendiri kepada mereka secara pribadi, dan bersama-sama mereka berjalan-jalan di tengah-tengah api itu. Di hadirat Tuhan yang berkuasa atas panas dan dingin, nyala api itu kehilangan kuasanya untuk membakar—Alfa dan Omega, jld.4, hlm. 118, 119.
Renungkan Lebih Dalam: Kapankah waktu di mana Yesus menemui saya di dalam api pencobaan dan penindasan?
Komentar
Posting Komentar