GURU GALILEA YANG RENDAH HATI

 25 JUNI

GURU GALILEA YANG RENDAH HATI

"Sementara itu la mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia"—Lukas 4:15.

Dalam wawancara dengan Nikodemus itu, Yesus memaparkan rencana keselamatan, dan tugas-Nya ke dunia ini. Tidak satu pun terlewat dari pembicaraan-Nya, yang la terangkan dengan begitu sempurna, tahap demi tahap, adalah pekerjaan yang perlu dilakukan di dalam hati semua orang yang hendak mewarisi kerajaan surga. Justru pada permulaan sekali masa kerja-Nya, la memaparkan kebenaran kepada seorang anggota Sanhedrin, kepada pikiran yang paling suka menerima keterangan, dan kepada seorang guru yang diangkat oleh bangsa itu. Tetapi para pemimpin Israel tidak menyambut terang itu dengan baik. Nikodemus menyimpan kebenaran itu di dalam hatinya, dan selama tiga tahun hanya sedikit sekali buahnya yang kelihatan.

Akan tetapi Yesus tahu benar akan tanah tempat la menaburkan benih itu. Perkataan yang diucapkan pada waktu malam kepada seorang pendengar di atas bukit yang sunyi itu tidak hilang. Seketika lamanya Nikodemus tidak mengakui Kristus secara terang-terangan, akan tetapi ia memperhatikan kehidupan-Nya, dan merenungkan segala pengajaran-Nya. Dalam majelis Sanhedrin berulang-ulang ia menggagalkan maksud jahat imam-imam yang hendak membinasakan Dia. Ketika pada akhirnya Yesus ditinggikan di salib, Nikodemus terkenang kepada pengajaran di atas Bukit Zaitun dahulu: "Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal." Terang dari wawancara rahasia tersebut menerangi salib di Golgota itu, dan Nikodemus melihat di dalam Yesus Penebus dunia ini.

Setelah Tuhan naik ke surga, tatkala murid-murid itu sudah dicerai beraikan oleh aniaya, Nikodemus tampil ke depan dengan gagah berani, la menggunakan kekayaannya untuk menyokong jemaat yang masih bayi itu yang sudah diharapkan oleh orang Yahudi akan dihapuskan pada kematian Kristus. Pada masa bahaya, ia yang telah bersikap berhati-hati dan ragu-ragu itu, menjadi teguh seperti batu karang, meneguhkan iman murid-murid itu, serta menyediakan uang untuk memajukan pekerjaan Injil, la diolok-olok serta dianiaya oleh orang-orang yang dahulu telah menghormati dia. la menjadi miskin dalam harta benda dunia ini; namun ia tidak bimbang dalam iman yang berasal dari pertemuan malam dengan Yesus itu.

Nikodemus menuturkan kepada Yohanes cerita tentang wawancara itu, dan oleh pena Yohanes cerita itu ditulis untuk menjadi pelajaran bagi berjuta-juta orang. Kebenaran yang diajarkan dalamnya itu sama pentingnya sekarang sebagaimana pada malam hening yang di atas bukit yang penuh bayangan itu, ketika penghulu Yahudi itu datang hendak mempelajari jalan kehidupan dari Guru Galilea yang rendah hati itu—Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 177, 178.

Renungkan Lebih Dalam: Dapatkah saya memimpin seseorang langkah demi langkah dalam rencana keselamatan?

Komentar