Tuhan Itu Nyata
11 Mei | Uzbekistan
Sonya
Ketika Sonya lulus SMA, dia sangat ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi kedokteran yang terkenal. Tetapi untuk mendaftar di perguruan tinggi tersebut, dia harus membayar uang sogokan yang besar.
Saat ini, uang sogokan tidak lagi diperlukan untuk masuk ke universitas di negara asal Sonya, Uzbekistan. Namun, kehidupan berbeda ketika Sonya mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi.
Sonya memberi tahu ayahnya tentang keinginannya untuk kuliah kedokteran di perguruan tinggi.
Dengan tegas, ayahnya mengatakan, "Saya tidak akan memberikan uang sogokan."
Meskipun demikian, Sonya tetap mengisi formulir pendaftaran
perguruan tinggi, sambil berharap untuk mendapatkan yang terbaik.
Menjelang kelulusan sekolah menengahnya, dia menceritakan tentang impiannya kepada saudara, teman, dan gurunya. Mereka semua sepertinya mengajukan pertanyaan yang sama, "Apakah kamu sudah mengumpulkan uang untuk menyuap?"
Sonya menjadi khawatir. Dia tahu bahwa pikiran ayahnya sudah bulat. Terlebih lagi, dia tidak punya uang untuk menyuap, dan dia tidak berusaha meminjam uang dari saudara atau teman. Dia hanya berdoa agar Tuhan menolongnya untuk bisa kuliah kedokteran. Ibunya, yang bekerja sebagai guru sekolah, juga ikut berdoa.
Sonya tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia telah beribadah bersama orang tuanya di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sejak kecil, tetapi dia tidak yakin bahwa Tuhan itu nyata. Apakah cukup hanya dengan berdoa dan menunggu?
Kemudian, ibunya memiliki sebuah ide.
"Kamu harus mempersiapkan
diri untuk ujian masuk perguruan tinggi, dan kita akan terus berdoa," katanya.
Sonya terkejut. Ibu sepertinya mengatakan bahwa doa harus dikombinasikan dengan usaha. Dia mulai belajar. Tetapi tanggal ujian masih belum pasti. Ketika dia menyerahkan formulir pendaftaran kuliahnya, yang dia ketahui adalah bahwa tanggalnya belum ditentukan.
"Kami akan menghubungi Anda," kata seorang administrator perguruan tinggi.
Setelah lulus SMA, Sonya terus belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian. Satu bulan berlalu. Dua bulan berlalu. Orang tua Sonya berdoa saat dia belajar. Namun, tidak ada yang menelepon dari pihak kampus.
Akhirnya, menjelang akhir musim panas, Sonya menelepon pihak kampus untuk menanyakan mengenai jadwal ujian.
"Kamu harus datang, dan kita akan membicarakannya di kampus," kata orang yang menjawab telepon.
Sonya dan ibunya tiba di kampus pada pukul 10 pagi. Seorang petugas keamanan menghentikan mereka di gerbang depan.
"Semua ujian masuk sudah selesai," katanya.
Sonya terkejut. Kemudian dia menjadi marah. Dia telah menyerahkan formulir pendaftaran tepat waktu, tetapi tidak ada seorang pun yang menelepon untuk memberinya tanggal seperti yang dijanjikan. Dia merasa telah menyia-nyiakan seluruh musim panasnya untuk belajar demi
mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk.
Sang ibu melihat kegelisahan Sonya.
"Apakah perguruan tinggi sudah mengeluarkan hasil ujian masuk?" tanyanya kepada penjaga.
"Sudah," jawab penjaga itu. "Pergilah ke sana, dan kamu bisa melihat daftar siswa yang diterima."
Ibu pergi untuk melihat. Sonya mengikuti dari belakang. Ketika mereka melihat ke bawah daftar, Sonya tiba-tiba melihat namanya.
"Lihat!" dia berseru. "Aku diterima!"
Dari sekian banyak siswa yang mendaftar, dia diterima tanpa uang sogokan atau bahkan ujian masuk.
Semua keraguannya tentang Tuhan hilang seketika. Sebelum kuliah dimulai, Sonya menyerahkan hatinya kepada Yesus melalui baptisan.
"Pengalaman itu mengajarkan saya bahwa Tuhan itu nyata," katanya.
Namun, itu bukanlah akhir dari ceritanya.
Setelah kelas dimulai, rekan- rekan mahasiswa bertanya kepada Sonya berapa biaya tambahan yang harus dia keluarkan untuk masuk ke perguruan tinggi.
"Tidak ada," katanya. "Saya bahkan tidak perlu mengikuti ujian masuk."
Dengan heran, mereka bertanya, "Lalu bagaimana Anda bisa menjadi mahasiswa di sini?"
"Saya punya koneksi," jawabnya.
Kemudian, ketika para siswa mengenal satu sama lain dengan lebih baik, mereka mengetahui bahwa koneksi Sonya adalah Tuhan. Beberapa orang ingin tahu lebih banyak tentang keyakinannya, dan Sonya membentuk sebuah kelompok belajar Alkitab. Tiga teman sekelasnya memberikan hati mereka kepada Yesus dan dibaptis.
Sekarang, Sonya mencari kesempatan setiap hari untuk membagikan imannya.
"Tuhan itu nyata," katanya.
Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membuka sekolah dasar Masehi Advent Hari Ketujuh yang pertama di Tashkent, Uzbekistan. Terima kasih telah merencanakan persembahan yang murah hati pada tanggal 29 Juni.
Oleh Andrew McChesney
Tip Cerita
> Tunjukkan lokasi Uzbekistan pada peta. Kemudian tunjukkan Tashkent, ibu kota Uzbekistan, dan lokasi yang direncanakan untuk membangun sebuah sekolah dasar Masehi Advent Hari Ketujuh, sebagai salah satu proyek Persembahan Sabat Ketiga Belas pada triwulan ini.
> Unduh foto-foto untuk cerita ini di Facebook: bit.ly/fb-mq.
> Bagikan Postingan Misi dan Fakta Singkat dari Divisi Euro-Asia: bit. ly/esd-2024.
> Ketahuilah bahwa kisah misi ini mengilustrasikan tujuan dari rencana strategis Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh "I Will Go": Tujuan Pertumbu-han Rohani No. 5, “Memuridkan individu dan keluarga ke dalam kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus”; Tujuan Pertumbuhan Ro-hani No. 6, “Meningkatkan aksesi, retensi, reklamasi, dan partisipasi anak-anak, remaja, dan dewasa muda”; dan Tujuan Pertumbuhan Rohani No. 7, “Membantu remaja dan dewasa muda untuk mengu-tamakan Tuhan dan memberikan teladan tentang pandangan dunia yang alkitabiah.” Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs web: IWillGo2020.org.
Fakta Singkat
> Bendera Uzbekistan berwarna biru, putih, dan hijau dengan garis-garis merah sempit di antara yang lain. Bulan sa-bit putih di sudut atas me-lambangkan kelahiran repub-lik merdeka, dan 12 bintang putih melambangkan bu-lan-bulan dalam tahun.
Komentar
Posting Komentar