POKOK ANGGUR YANG HIDUP

 11 MARET

POKOK ANGGUR YANG HIDUP

"Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku"—Yohanes 15: 4.

Kasih sayang Yohanes kepada Gurunya bukanlah sekadar persahabatan manusia, melainkan kasih seorang pendosa yang bertobat, yang merasa bahwa ia telah ditebus oleh darah Kristus yang berharga. Dia menghargai kesempatan untuk bekerja dan menderita sebagai suatu kehormatan tertinggi dalam pengabdian kepada Tuhannya. Kasihnya kepada Yesus menuntunnya untuk mengasihi semua orang yang untuknya Kristus telah mati. Agamanya bersifat praktis. Dia bernalar bahwa kasih kepada Allah akan dinyatakan dalam kasih kepada sesama anak-anaknya. Dia terdengar berulang kali mengatakan, "Saudara-saudaraku yang kekasih, jika Allah begitu mengasihi kita, maka kita juga harus saling mengasihi." "Kita mengasihi Dia karena Dia lebih dulu mengasihi kita. Jika seseorang berkata, aku mengasihi Tuhan, namun membenci saudaranya, dia adalah pendusta; karena dia yang tidak mengasihi saudaranya, yang dia lihat, bagaimana dia bisa mengasihi Tuhan, yang tidak dia lihat?" Kehidupan sang rasul selaras dengan ajarannya. Kasih yang membara di dalam hatinya kepada Kristus, menuntunnya untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan tak kenal lelah bagi sesama manusia, terutama bagi saudara-saudaranya di gereja Kristen. Dia adalah seorang pengkhotbah yang kuat, bersemangat, dan sangat bersungguh-sungguh, dan kata-katanya mengandung keyakinan yang kuat.

Kasih yang tulus dan pengabdian tanpa pamrih yang diwujudkan dalam kehidupan dan karakter Yohanes, memberikan pelajaran yang tak ternilai bagi gereja Kristen. Beberapa mungkin menggambarkannya sebagai seorang yang memiliki kasih yang terpancar dari rahmat Ilahi; tetapi Yohanes pada dasarnya memiliki cacat karakter yang serius; dia sombong dan ambisius, dan cepat membenci kelemahan dan cacat.

Kedalaman dan semangat kasih sayang Yohanes kepada Gurunya bukanlah menyebabkan Kristus mengasihi dia, melainkan hasil dari kasih Yesus sendiri. Yohanes ingin menjadi seperti Yesus, dan di bawah pengaruh kasih Kristus yang mengubahkan, dia menjadi lemah lembut dan rendah hati. Diri tersembunyi di dalam Yesus. Dia dipersatukan secara erat dengan Pokok Anggur yang Hidup, dan dengan demikian menjadi bagian dari kodrat Ilahi. Seperti itulah hasil persekutuan dengan Kristus. Inilah pengudusan sejati.

Mungkin ada cacat yang mencolok pada karakter; watak jahat, watak mudah tersinggung, iri hati, dan kecemburuan dapat menguasai; namun jika orang tersebut menjadi murid sejati Yesus, kuasa kasih karunia Ilahi akan membuat mereka menjadi ciptaan baru—Review and Herald, 15 Februari 1881.

Renungkan Lebih Dalam: Sudahkah saya memberikan izin kepada Yesus hari ini untuk menghilangkan kekurangan dalam karakter saya dan mengizinkan Dia untuk terus mengerjakan perubahan dalam hidup saya?

Komentar