Pada hari pertama Kalvin di sekolah baru, guru melihat ada yang berbeda dari Kalvin.
Kalvin duduk dengan tenang dan mendengarkan dengan saksama sementara anak-anak lain berbicara dan berteriak-teriak.
Tetapi bukan itu yang menarik perhatian guru. Melainkan karena ada nama Kalvin. Kalvin bukanlah nama yang umum di India. Itu adalah nama seorang Kristen.
Di awal kelas, guru meminta semua murid baru untuk memperkenalkan diri.
Ketika tiba giliran Kalvin, anak laki-laki itu berkata sambil tersenyum lebar, "Nama saya Kalvin."
Guru tampak terkejut. "Mengapa namamu Kalvin?" tanya guru.
"Karena saya seorang Kristen," kata Kalvin.
Guru tampak lebih terkejut lagi. Anak-anak Kristen lainnya juga belajar di sekolah itu, tetapi mereka memiliki nama-nama Hindi. Sementara murid baru ini memiliki nama Kristen. Guru menyukai nama Kalvin. Setiap kali dia melihat anak itu sesudahnya, dia memanggil Kalvin dengan namanya. "Halo, Kalvin," katanya.
Dia suka menyebut nama Kalvin.
Itu bukan nama yang umum di India, dan dia suka dengan namanya.
Jadi, dia berkata, "Halo, Kalvin. Halo, Kalvin."
Kalvin selalu tersenyum ketika mendengar sapaan guru. Dia sangat senang.
Tak lama kemudian, guruguru lain juga mengetahui nama Kalvin. Mereka juga mengetahui bahwa namanya Kalvin karena ia seorang Kristen. Mereka juga menyukai namanya, dan mereka menyapanya setiap kali bertemu dengannya. "Halo, Kalvin," kata mereka. "Halo, Kalvin." "Halo, Kalvin."
Tip Cerita
> Tunjukkan kepada anak-anak lokasi India pada peta. Anda juga dapat menunjukkan kepada mereka lokasi Anni, sebuah kota di negara bagian Himachal Pradesh, India utara, di mana Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membangun sebuah sekolah baru untuk menggantikan bangunan lama yang dibangun pada tahun 1976 > Ketahuilah bahwa Kalvin adalah nama Kristen yang berarti “yang botak”. Nama ini menjadi populer setelah teolog Prancis abad ke-16, John Calvin.
> Tanyakan kepada anakanak apa arti nama mereka.
Tanyakan kepada anak-anak apakah orang-orang mengenal karakter mereka melalui nama mereka seperti halnya guru dan teman-teman Kalvin mengenal karakternya melalui namanya. Ingatkan mereka bahwa tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata dan doronglah mereka untuk menunjukkan roh seperti Kristus.
> Beritahukan kepada anak-anak bahwa nama-nama sangat penting di dalam Alkitab. Namanama yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka mencerminkan karakter yang diharapkan orang tua untuk dimiliki oleh anak-anak mereka. Sebagai contoh, Yosua berarti “Allah adalah keselamatan”, Daniel berarti “ Allah adalah Hakimku”, dan Salomo berarti “damai sejahtera”.
> Unduh foto-foto di Facebook: bit.ly/fb-mq.
> Unduh Postingan Misi dan Fakta Singkat dari Divisi Asia Selatan: bit.ly/sud-2024.
> Kisah misi ini mengilustrasikan tujuan-tujuan dari rencana strategis Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh “I Will Go”: Tujuan Pertumbuhan Rohani No. 5, “Memuridkan individu dan keluarga ke dalam kehidupan yang dipenuhi Roh”; dan Tujuan Pertumbuhan Rohani No. 7, “Membantu para pemuda dan orang dewasa untuk mengutamakan Tuhan dan memberikan teladan pandangan dunia yang alkitabiah.” Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs web: IWillGo2020.org.
Kalvin selalu tersenyum ketika mendengar sapaan mereka. Dia merasa senang.
Bagaimana Kalvin bisa diberi nama seperti itu? Ketika dia lahir, orang tuanya meminta pendeta gereja untuk menamainya. Di India, keluarga Kristen berpikir bahwa adalah hal yang baik bagi pendeta untuk memberi nama seorang anak. "Mari kita beri nama Kalvin," kata pendeta itu.
Nama Kalvin berasal dari seorang tokoh Kristen terkenal bernama John Calvin.
Pendeta itu juga memberi Kalvin nama kedua. Dia melihat bayi itu sering tersenyum, jadi dia memberinya nama panggilan. "Mari kita panggil dia Joy," katanya. Di India, semua anak laki-laki memiliki nama depan dan nama panggilan. Jadi, sejak hari itu, Kalvin dijuluki Joy.
Ketika Kalvin sudah cukup besar, ia mulai bersekolah di sekolah Advent. Dia menyukai sekolah itu. Dia mulai masuk taman kanak-kanak dan belajar sampai kelas delapan. Di sekolah Advent itulah dia belajar untuk duduk dengan tenang dan mendengarkan dengan penuh rasa hormat.
Ketika dia lulus, dia merasa sedih. Dia tidak bisa lagi bersekolah di sekolah Advent karena sekolah tersebut tidak menawarkan kelas sembilan. Dia harus masuk ke sekolah menengah umum. Pada hari pertamanya di sekolah menengah umum, guru meminta semua siswa baru untuk memperkenalkan diri dan Kalvin menyebutkan namanya.
Hari ini, hanya ada nama Kalvin di sekolah. Dia juga satu-satunya anak laki-laki yang dijuluki Joy.
Kalvin adalah seorang saksi di sekolah. Para guru memanggilnya Kalvin saat mereka melihatnya.
Ketika mereka menyebut namanya, mereka ingat bahwa dia adalah seorang Kristen. Namanya mengingatkan mereka bahwa ia adalah seorang Kristen. Teman-temannya memanggilnya Joy waktu mereka melihatnya.
Ketika mereka menyebutkan nama panggilannya, mereka ingat bahwa dia dipenuhi dengan sukacita. Nama panggilannya mengingatkan teman-temannya bahwa ia penuh dengan sukacita.
Namun, bukan hanya namanya saja yang menjadi kesaksian. Tindakan Kalvin juga menjadi sebuah kesaksian. Para guru mengingat bahwa Kalvin adalah seorang Kristen karena ia duduk dengan tenang dan mendengarkan dengan penuh rasa hormat. Teman-temannya ingat bahwa ia dipenuhi dengan sukacita karena ia selalu tersenyum. "Saya merasa senang menjadi satu-satunya Kalvin dan satu-satunya Joy di sekolah," kata Kalvin. "Saya seorang Kristen, dan saya bahagia."
Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membangun gedung sekolah baru untuk sekolah lama Kalvin di Anni, India. Sebanyak 450 siswa di sekolah Advent sekarang belajar di sebuah bangunan tua yang dibangun oleh seorang misionaris Jerman pada tahun 1976. Terima kasih telah membantu memberikan gedung sekolah baru untuk anak-anak.
Oleh Andrew McChesney.
Komentar
Posting Komentar