Sekolah yang Penuh Senyuman
Ketika Amira berusia 6 tahun, sang ayah mulai mencari sekolah yang bagus untuk putrinya di India. Dia tidak ingin Amira bersekolah di sembarang sekolah.
Dia ingin gadis kecil itu bersekolah di sekolah terbaik. Tetapi di mana dia bisa menemukan sekolah seperti itu untuk Amira yang baru masuk kelas satu?
Pertanyaan itu menggelisahkan ayah saat ia sedang sarapan.
Pertanyaan itu mengganggu ayah saat ia pergi bekerja. Pertanyaan itu mengganggu ayah saat dia memotong rambutnya sepulang kerja. "Di mana sekolah yang bagus untuk menyekolahkan putri saya?" tanyanya kepada tukang cukur. "Kirimkan dia ke sekolah Masehi Advent Hari Ketujuh," kata tukang cukur itu. "Itu adalah sekolah yang bagus."
Sang ayah belum pernah mendengar tentang Masehi Advent Hari Ketujuh. Dia bukan seorang Kristen.
Ia dibesarkan dalam agama dunia yang lain. Tetapi ia terkesan karena tukang cukur itu merekomendasikan sekolah Advent.
Dia mengirim Amira untuk belajar di sekolah Advent.
Amira menyukai sekolah itu. Ia pulang ke rumah setiap hari seusai sekolah, dan berbicara tentang Yesus. Dia menyanyikan lagu-lagu Kristen yang penuh sukacita yang telah dia pelajari. Ia bercerita kepada ayah tentang kisah-kisah yang ia dengar dari Alkitab. Dia menunjukkan kepada ayah bagaimana dia belajar berdoa.
Ayah senang mendengar tentang apa yang Amira pelajari di sekolah. Tetapi yang paling membuatnya kagum adalah senyum Amira. Ia belum pernah melihat Amira begitu bahagia. Sebelum ia mulai masuk sekolah, ia selalu terlihat sedih. Tetapi sekarang dia tersenyum secerah matahari.
Sang ayah sangat senang melihat gadis kecilnya begitu bahagia.
Ayah berharap dia bisa sebahagia Amira. Tetapi ayah tidak bisa karena dia sedang merasa sakit. Perutnya sering sakit, dan rasa sakit itu membuatnya merasa sangat sedih.
Amira menyadari bahwa ayah tidak tersenyum seperti dirinya. Ia ingin ayahnya bahagia. Meskipun ia baru berusia 6 tahun, ia punya ide. "Datanglah ke sekolah," katanya. "Seseorang akan mendoakanmu."
Jadi, pada saat ayah mengantar Amira ke sekolah, ia mengikutinya ke dalam. Apakah ada yang akan mendoakannya?
Di dekat ruang kelas Amira, ayah melihat akuntan sekolah. Akuntan itu sedang menghitung uang sekolah. "Maukah kamu mendoakan aku?" Ayah bertanya.
Akuntan itu dengan senang hati mendoakan ayah. Dia meminta Tuhan untuk memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada ayah.
Setelah berdoa, akuntan itu memberi tahu pendeta sekolah tentang ayah. Pendeta sekolah menghubungi ayah dan bertanya apakah dia ingin belajar Alkitab. Ayah setuju, kemudian dia dan pendeta mulai bertemu untuk mempelajari Alkitab.
Ayah sangat kagum ketika dia belajar tentang Yesus. Amira telah menceritakan kepadanya beberapa hal tentang Yesus. Tetapi sekarang dia membaca hal-hal yang belum pernah dia ketahui. "Apakah kamu sudah mengetahui hal ini selama hidupmu?" tanyanya kepada pendeta. "Saya berharap saya sudah mengetahuinya bertahun-tahun yang lalu."
Ayah mulai menjadi lebih bahagia dan semakin bahagia. Ia semakin sering tersenyum. Ayah dan Amira membaca Alkitab bersama. Mereka
pergi ke gereja pada hari Sabat bersama-sama. Segera, dia dan Amira mungkin adalah ayah dan anak yang paling bahagia di India.
Tetapi ibu tidak bahagia. Dia tidak mengenal Yesus, dan dia tidak ingin mengenal Yesus. Dia adalah penganut kepercayaan lain, dan dia tidak ingin ayah dan Amira membaca Alkitab atau pergi ke gereja pada hari Sabat. "Berhentilah pergi ke gereja," katanya kepada ayah. "Berhentilah membaca Alkitab."
Ayah tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ketika ibu mengeluh, sakit perut ayah semakin parah.
Teman-teman Advent membawanya ke rumah sakit dan merawatnya di sana. Dokter mengatakan bahwa ayah perlu dioperasi.
Sesuatu yang luar biasa terjadi saat ayah menunggu operasi. Ketika dia berbaring di tempat tidur, dia bermimpi melihat Yesus.
Ayah belum pernah melihat wajah yang begitu baik. Wajah itu begitu indah. Sekali melihat wajah-Nya, ayah dipenuhi dengan kedamaian dan ketenangan. "Jangan takut," kata Yesus. "Aku menyertai engkau."
Di dalam mimpi itu, ayah juga melihat pendeta. Dia mengerti bahwa pendeta itu adalah orang baik yang membawanya lebih dekat kepada Yesus.
Setelah operasi, ayah bermimpi lagi. Kali ini, dia melihat Yesus tersenyum meyakinkan kepadanya.
Setelah itu, ayah tidak ragu lagi tentang apa yang harus dilakukannya. Dia ingin memberikan hatinya kepada Yesus.
Ketika ibu mendengar berita itu, dia menjadi sangat marah. Dia sangat marah sampai-sampai dia pergi ke kamar lain untuk tidur di malam hari.
Sendirian di tempat tidur, ayah tidak bisa tidur. Dia bertanya-tanya apakah dia telah membuat keputusan yang tepat dalam memberikan hatinya kepada Yesus.
Kemudian dia merasa Yesus masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak melihat Yesus. Tetapi Yesus seperti masuk dan menyentuh pundaknya. Dia merasakan kedamaian yang sempurna. Ayah memutuskan untuk mengikut Yesus, apa pun yang terjadi.
Ketika ibu melihat bahwa ayah telah mengambil keputusan untuk mengikut Yesus, ibu mulai tenang. Dia ingat bahwa orangorang Advent telah membantu merawat ayah di rumah sakit, dan dia menyimpulkan bahwa mereka pasti orang-orang yang baik.
Ketika gereja Advent menawarkan perawatan medis gratis, dia pergi bersama ayah ke gereja untuk pertama kalinya.
Ibu terkesan dengan orangorang yang dia lihat di gereja. Dia melihat bahwa mereka baik dan penuh kasih. Dia berhenti marah kepada ayah dan Amira.
Hari ini, ayah berdoa agar ibu menerima Yesus. Amira berdoa agar ibu menerima Yesus. Mereka ingin agar ibu juga berbahagia seperti mereka.
Ayah senang karena dia menyekolahkan Amira di sekolah Masehi Advent Hari Ketujuh. Amira senang karena ia pergi ke sekolah itu. Hal itu
mengubah hidup Amira. Itu mengubah hidup ayah. Dan mereka percaya bahwa hal itu juga akan mengubah hidup ibu. Mereka pikir itu adalah sekolah yang paling membahagiakan.
Terima kasih atas persembahan misi Sekolah Sabat Anda hari ini yang akan membantu menyebarkan Injil di India dan Nepal. Tujuh dari 10 proyek Sabat Ketiga Belas melibatkan sekolah-sekolah Advent seperti sekolah tempat Amira belajar. Terima kasih atas persembahan Anda yang murah hati.
Oleh Andrew McChesney
Tip Cerita
> Ketahuilah bahwa Amira adalah nama samaran. Foto yang disertakan adalah gambar koleksi.
> Unduh foto-foto di Facebook: bit.ly/fb-mq.
> Unduh Postingan Misi dan Fakta Singkat dari Divisi Asia Selatan: bit.ly/sud-2024.
> Kisah misi ini mengilustrasikan tujuantujuan rencana strategis GMAHK “I Will Go”: Tujuan Misi No. 2, “Untuk memperkuat dan mendiversifikasi penjangkauan Advent di kota-kota besar, di seluruh Jendela 10/40, di antara kelompok-kelompok masyarakat yang belum dan kurang terjangkau, dan kepada agama-agama non-Kristen,” dan Tujuan Pertumbuhan Rohani No. 5, “Memuridkan individuindividu dan keluarga-keluarga ke dalam kehidupan yang dipenuhi dengan Roh.” Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs webnya: IWillGo2020.org.
Komentar
Posting Komentar