Berita Misi Anak 23 Maret 2024 - Ujian yang Sangat Sulit


Ujian yang Sangat Sulit

Kashish baru berusia 13 tahun, tetapi dia sudah mempelajari salah satu bahasa tertua di dunia. Kashish belajar bahasa Sansekerta di sebuah Sekolah Masehi Advent Hari Ketujuh di India Utara.

Bahasa Sansekerta adalah bahasa kuno India. Tidak ada yang tahu persis berapa usianya, tetapi orangorang telah menggunakan bahasa ini di India setidaknya 1.500 tahun sebelum Yesus lahir. Saat ini, semua anak sekolah di India harus belajar bahasa Sansekerta karena bahasa Hindi dan banyak bahasa lainnya di India didasarkan pada bahasa Sansekerta.

Tetapi bahasa Sansekerta adalah bahasa yang sulit untuk dipelajari.

Kata-katanya sulit untuk diucapkan.

Cara pengucapan sebuah kata bergantung pada apakah ada titik di bawah kata, titik di atas kata, atau titik di akhir kata. Seorang anak harus melihat kata tersebut dengan sangat hati-hati untuk mengetahui di mana letak titik tersebut untuk mengetahui bagaimana cara mengucapkan kata tersebut dengan benar.

Tidak banyak orang yang berbicara bahasa Sansekerta. Bahasa ini biasanya hanya diucapkan oleh para pemuka agama Hindu ketika mereka melafalkan nyanyian untuk ritual keagamaan.

Kashish berasal dari keluarga Advent Hari Ketujuh. Ia tidak pernah mendengar siapa pun berbicara bahasa Sansekerta kecuali di sekolah. Itu sulit!

Tetapi kemudian Kashish jatuh sakit sehari sebelum ujian besar dalam bahasa Sansekerta. Ia harus belajar untuk ujian tersebut ketika pulang dari sekolah. Tetapi dahinya tiba-tiba terasa panas. Dia merasa kewalahan untuk berdiri. Ia merasa tidak enak berbaring di tempat tidur. Ia hanya bisa memikirkan tentang ujian bahasa Sansekerta yang ditakuti. Dia memutuskan untuk berdoa.

“Bapa Surgawi, kumohon sembuhkanlah aku secepatnya,” doanya. “Tolong bantu saya untuk lulus ujian dan mendapatkan nilai yang bagus besok. Amin.” Segera setelah dia menyelesaikan doa itu, dia merasa lebih baik.

Dia membuka buku pelajarannya dan belajar untuk ujian sebaik mungkin. Ia juga membaca kembali catatan yang telah dibuatnya di kelas. Dia tidak dapat belajar banyak, hanya beberapa materi saja.

Keesokan paginya, Kashish merasa cukup kuat untuk pergi ke sekolah. Tetapi dia merasa gugup. Ia tahu bahwa ia belum siap menghadapi ujian. Sebelum meninggalkan rumah, ia berdoa kepada Tuhan untuk meminta pertolongan.

Di sekolah, guru memberikan selembar kertas berisi daftar pertanyaan yang ditulis dalam bahasa Sansekerta kepada Kashish.

Kashish melihat pertanyaan-pertanyaan itu. Ia melihat dengan saksama untuk melihat apakah ada titik di bawah kata, titik di atas kata, atau titik di akhir kata.

Ia mengedipkan mata.

Dia melihat lagi.

Dia tidak bisa memercayai matanya.

Pertanyaan-pertanyaan dalam ujian itu persis seperti yang dia pelajari pada hari sebelumnya. Dia tahu semua jawabannya! Allah telah mendengar doanya.

Kashish sangat senang!

Satu jam kemudian, Kashish menyelesaikan ujian dan menyerahkannya.

Tip Cerita 

> Tunjukkan kepada anak-anak lokasi India pada peta. Anda juga dapat menunjukkan kepada mereka lokasi Anni, kota di negara bagian Himachal Pradesh, India utara, di mana Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membangun sebuah sekolah baru untuk menggantikan bangunan lama yang dibangun pada tahun 1976.

> Ucapkan Kashish sebagai: KASH-ish.

> Tantang anak-anak untuk menerima tantangan Kashish dan berdoa.

> Unduh foto-foto di Facebook: bit.ly/fb-mq.

> Unduh Postingan Misi dan Fakta Singkat dari Divisi Asia Selatan: bit.ly/sud-2024.

> Kisah misi ini mengilustrasikan tujuan berikut dari rencana strategis Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh “I Will Go”: Tujuan Pertumbuhan Rohani No. 5, “Memuridkan individu dan keluarga ke dalam kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus”; Tujuan Pertumbuhan Rohani No. 6, “Meningkatkan aksesi, retensi, reklamasi, dan partisipasi anak, remaja, dan dewasa muda”; dan Tujuan Rohani No. 7, “Untuk membantu kaum muda dan dewasa muda menempatkan Tuhan sebagai yang pertama dan memberikan contoh pandangan yang alkitabiah.” Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs web: IWillGo2020.org.

Dua hari kemudian, dia mendapatkan hasil ujiannya. Sang guru memberinya nilai 13,5 dari 15 poin.

Itu adalah nilai yang sangat bagus.

Kashish tersenyum.

Setelah pengalaman itu, Kashish ingin mendorong anak laki-laki dan perempuan lainnya untuk berdoa. “Saya ingin mengatakan bahwa ada kekuatan dalam doa,” katanya. “Suatu kali saya pernah mengikuti ujian dalam bahasa Sansekerta. Itu adalah bahasa yang sangat sulit, dan saya tidak siap. Saya tidak mempersiapkan diri dengan baik.

Tetapi saya berdoa, dan Tuhan memberi saya nilai yang baik dalam ujian tersebut.”

Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu pembangunan gedung sekolah baru untuk Kashish dan siswa-siswa lain di Anni, India.

Sebanyak 450 siswa di sekolah Kashish sekarang belajar di sebuah bangunan tua yang dibangun oleh seorang misionaris Jerman pada tahun 1976. Terima kasih telah membantu memberikan Kashish dan teman-teman sekelasnya sebuah gedung sekolah baru.
_____________________________

Oleh Andrew McChesney

Komentar