Suasana Damai di Rumah Kaleng
Asmita tinggal di sebuah rumah seng kecil di sebidang tanah kecil di sebuah kota kecil di bagian timur Nepal.
Lima orang tinggal di rumah kecil itu: ayah, ibu, nenek, Asmita, dan adik laki-laki Asmita. Banyak keluarga yang bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri di lahan di sekitar rumah mereka di Nepal. Namun, lahan kecil di sekitar rumah Asmita terlalu sempit untuk bisa menghasilkan bahan makanan yang cukup untuk keluarganya.
Jadi, ayah dan ibu harus bekerja ekstra keras untuk memberi makan keluarga. Ayah dan ibu tidak pernah bersekolah, sehingga mereka tidak bisa membaca dan menulis. Mereka tidak pernah belajar untuk bekerja sebagai sopir bus, sebagai tukang pipa, atau sebagai guru. Jadi, mereka bekerja dengan tangan mereka–mengambil barang, meletakkan barang, dan memindahkan barang. Kadang-kadang, mereka mengangkut batu bata atau menggali parit. Di waktu yang lain, mereka bercocok tanam dan memanen hasil kebun.
Tidaklah mudah untuk mengambil barang, meletakkan barang, dan memindahkan barang setiap hari. Setelah seharian bekerja, ayah dan ibu sangat lelah ketika pulang ke rumah. Mereka ingin beristirahat.
Mereka mencoba untuk menenangkan diri dengan minum alkohol.
Tetapi ketika ayah dan ibu minum, mereka mulai bertengkar.
Kalau mereka minum, mereka bertengkar. Semakin banyak mereka minum, semakin sering mereka bertengkar. Semakin mereka bertengkar, semakin banyak mereka minum. Tak lama kemudian, ayah dan ibu terlihat semakin sering minum dan bertengkar.
Para tetangga mendengar perkelahian itu dan datang ke rumah seng kecil itu untuk berusaha melerai. Kemudian para pemimpin kota kecil itu mencoba membantu.
Bahkan polisi pun datang dan mencoba membantu. Tetapi tidak ada yang berubah. Ayah dan ibu tetap minum-minum dan berkelahi.
Kemudian ibu pergi. Dia bosan minum dan berkelahi. Dia menginginkan kehidupan yang lebih baik. Dia pindah ke India untuk bekerja. Asmita ditinggal di rumah. Sekarang hanya empat orang yang tinggal di rumah kecil itu: ayah, nenek, Asmita, dan adik laki-laki Asmita.
Dengan kepergian ibu, Asmita diberi tanggung jawab untuk mengurus rumah. Ia memasak makanan dan membersihkan rumah.
Mengambil barang, meletakkan barang, dan memindahkan barang sepanjang hari adalah pekerjaan yang berat. Hidup bersama ayah juga sulit. Dia terus minum. Ketika dia minum, tidak ada kedamaian di rumah.
Sepertinya hidup tidak akan pernah menjadi lebih baik.
Kemudian nenek mulai pergi ke gereja pada hari Sabat. Asmita tidak pernah mendengar tentang gereja. Tetapi nenek sangat senang ketika ia pulang dari gereja pada hari Sabat. Asmita senang melihat nenek tersenyum. Nenek bercerita tentang Allah di surga yang pernah ia dengar di gereja.
Asmita belum pernah mendengar tentang Tuhan sebelumnya. Keluarganya menyembah dewa-dewa batu dan kayu. Asmita menyukai cerita-cerita itu.
Pada suatu hari Sabat, Asmita memutuskan untuk pergi ke gereja bersama nenek. Ia meninggalkan pekerjaan rumah dan menggandeng tangan adiknya. Mereka pergi ke gereja bersama-sama.
Anak-anak lain menyambut Asmita dengan hangat di Sekolah Sabat anak-anak. Guru yang mengajarnya memberikan senyuman yang lebar. Asmita langsung menyadari bahwa ia harus pergi ke gereja setiap hari Sabat.
Sekarang, Asmita berusia 12 tahun, dan setiap pekan ia menyanyikan lagu-lagu dan membaca ayat-ayat Alkitab di Sekolah Sabat.
Dia sangat bahagia. Hidupnya menjadi jauh lebih baik bersama Tuhan.
Setiap hari Sabat, Asmita meminta ayahnya untuk datang ke gereja juga, dan ia berdoa agar ayahnya setuju. "Saya pikir jika ayah datang ke gereja, dia akan berhenti minum-minum, dan kami akan memiliki kedamaian di rumah," katanya.
Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membangun sebuah sekolah di mana anak-anak seperti Asmita dapat belajar di Nepal bagian timur. Terima kasih telah merencanakan Persembahan Sabat Ketiga Belas yang murah hati.
Tip Cerita
> Tunjukkan kepada anak-anak lokasi Nepal pada peta. Anda juga dapat menunjukkan kepada mereka lokasi Kota Pedesaan Gadhi di Nepal timur di mana Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu sebuah taman kanak-kanak berkembang menjadi sekolah dasar.
> Ucapkan Asmita sebagai: as-MEE-ta.
> Unduh foto -foto di Facebook: bit.ly/fb-mq.
> Unduh Postingan Misi dan Fakta Singkat dari Divisi Asia Selatan: bit.ly/sud-2024.
> Kisah misi ini mengilustrasikan tujuan dari rencana strategis Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh “I Will Go”: Tujuan Pertumbuhan Rohani No. 5, “Untuk memuridkan individu dan keluarga ke dalam kehidupan yang dipenuhi Roh”; dan No. 7, “Membantu para pemuda dan orang dewasa menempatkan Tuhan sebagai yang utama dan memberikan teladan pandangan dunia yang alkitabiah.” Kunjungi secara online: IWillGo2020.org.
Oleh Andrew McChesney
Komentar
Posting Komentar