Pelajaran Sekolah Sabat 6 - Aku Akan Bangkit

Sabtu, Februari  03

Aku Akan Bangkit

Untuk Pelajaran Pekan Ini Bacalah

Mzm. 18:4-19; Mzm. 41:2-4; Ul. 15:7-11; Mazmur 82; Mzm. 96:6-10; Mzm. 99:1-4; Rm. 8:34.

Ayat Hafalan:

“Oleh karena penindasan terhadap orang-orang yang lemah, oleh karena keluhan orang-orang miskin, sekarang juga Aku bangkit, firman TUHAN; Aku memberi keselamatan kepada orang yang menghauskannya” (Mazmur 12:6).

Zaman kita bukanlah satu-satunya zaman di mana kejahatan, ketidakadilan, dan penindasan merajalela. Para pemazmur juga hidup di masa seperti itu. Jadi, apa pun itu, Mazmur juga merupakan protes Tuhan terhadap kekerasan dan penindasan di dunia, di dunia kita, dan juga di dunia para pemazmur.

Ya, Tuhan panjang sabar dan menahan murka-Nya dalam kesabaran-Nya yang besar, tidak menginginkan siapa pun binasa tetapi bertobat dan mengubah jalan mereka (2 Ptr. 3:9-15). Dan meskipun waktu yang tepat dari Allah untuk campur tangan-Nya tidak selalu sesuai dengan harapan manusia, hari penghakiman Allah akan datang (Mzm. 96:13; Mzm. 98:9). Kita hanya perlu percaya kepada-Nya, dan janji-janji-Nya, sampai hari itu tiba. Hanya Sang Pencipta, yang takhtanya didasarkan pada kebenaran dan keadilan (Mzm. 89:15; Mzm. 97:2), yang dapat memberikan, kedaulatan, stabilitas, dan kemakmuran bagi dunia. Aspek rangkap dua dari penghakiman Ilahi mencakup pembebasan bagi yang tertindas dan penghancuran orang fasik (Mzm. 7:7-18).

Inilah yang telah dijanjikan kepada kita, dan inilah yang memang akan terjadi suatu hari nanti—tetapi pada waktu Tuhan, bukan waktu kita, sebuah poin yang ditekankan oleh pemazmur.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 10 Februari.


Minggu, Februari  04

Pejuang Agung

Bacalah Mazmur 18:4-19, Mazmur 76:4-10, 13, dan Mazmur 144:5-7. Bagaimanakah Tuhan digambarkan dalam ayat-ayat ini? Apakah yang disampaikan hal-hal ini tentang kesiapan Tuhan untuk membebaskan umat-Nya?

Nyanyian pujian ini memuji Tuhan karena kuasa-Nya yang luar biasa atas kekuatan jahat yang mengancam umat-Nya. Nyanyian ini menggambarkan Tuhan dalam keagungan-Nya sebagai Pejuang dan Hakim. Gambaran Allah sebagai Pejuang sering muncul dalam Mazmur dan menyoroti keseriusan dan urgensi tanggapan Allah terhadap tangisan dan penderitaan umat-Nya.

“Maka TUHAN mengguntur di langit, Yang Mahatinggi memperdengarkan suara-Nya. Dilepaskan-Nya panah-panah-Nya, sehingga diserakkan-Nya mereka, kilat bertubi-tubi, sehingga dikacaukan-Nya mereka. Lalu kelihatanlah dasar-dasar lautan, dan tersingkaplah alas-alas dunia karena hardik-Mu, ya TUHAN, karena hembusan nafas dari hidung-Mu” (Mzm. 18:14-16).

Kebulatan tekad dan besarnya tindakan Tuhan harus menghilangkan keraguan tentang perhatian dan kasih sayang Tuhan yang besar bagi para penderita atau tentang kemampuan-Nya untuk mengalahkan kejahatan. Kita hanya perlu menunggu Dia melakukannya.

Pada akhirnya, bahkan ketika umat Allah, seperti Daud, terlibat dalam perang—pembebasan tidak datang dari cara manusia. Dalam banyak pertempurannya melawan musuh umat Allah, Raja Daud memuji Allah sebagai satu-satunya yang meraih semua kemenangan. Mudah bagi Daud untuk mengambil pujian atas apa yang terjadi, atas banyak kesuksesan dan kemenangannya, tetapi itu bukanlah kerangka pikirannya. Dia tahu dari mana Sumber kekuatannya berasal.

Meskipun Daud menyatakan bahwa Tuhan melatih tangannya untuk berperang (Mzm. 18:35), tidak ada dalam kitab Mazmur dia mengandalkan keterampilan bertempurnya. Sebaliknya, Tuhan berperang untuk Daud dan membebaskannya (Mzm. 18:48, 49).

Dalam kitab Mazmur, Raja Daud, yang dikenal sebagai pejuang yang sukses, menjalankan perannya sebagai musisi yang terampil dan memuji Tuhan sebagai satu-satunya Pembebas dan Pemelihara umat-Nya (Mzm. 144:10-15). Pujian dan dia kepada Tuhan adalah sumber kekuatan Daud, yang lebih kuat dari senjata perang apa pun. Hanya Tuhan yang harus dipercaya dan disembah.

Apa pun bakat dan keterampilan serta kesuksesan yang Anda miliki dalam hidup, mengapa Anda harus selalu mengingat Sumber dari semuanya? Bahaya apakah yang Anda hadapi jika Anda melupakan Sumber itu?


Senin, Februari  05

Keadilan bagi yang Tertindas

Bacalah Mazmur 9:19, Mazmur 12:6, Mazmur 40:17, Mazmur 113:7, Mazmur 146:6-10, dan Mazmur 41:2-4. Apakah pesannya di sini bagi kita, bahkan untuk saat ini?

Tuhan menunjukkan perhatian dan kepedulian khusus untuk keadilan terhadap berbagai kelompok orang yang rentan, termasuk orang miskin, membutuhkan, tertindas, yatim piatu, janda, duda, dan orang asing. Kitab Mazmur, seperti kitab Hukum dan kitab para nabi, sangat jelas dalam hal itu (Kel. 22:21-27; Yes. 3:13-15).

Banyak mazmur menggunakan ungkapan “miskin dan membutuhkan” dan menghindari representasi yang tertindas dalam istilah nasional dan agama yang eksklusif. Hal ini dilakukan untuk menonjolkan kepedulian universal Tuhan terhadap seluruh umat manusia.

Ungkapan “miskin dan membutuhkan” tidak terbatas pada kemiskinan materi tetapi juga menandakan kerentanan dan ketidakberdayaan. Ungkapan ini memohon belas kasihan Tuhan, dan menyampaikan gagasan bahwa si penderita sendirian dan tidak memiliki pertolongan selain Tuhan. Penggambaran “miskin dan membutuhkan” juga berkaitan dengan ketulusan, kejujuran, dan kasih seseorang kepada Tuhan dalam mengakui ketergantungannya secara total kepada Tuhan dan meninggalkan segala bentuk kemandirian dan penonjolan diri.

Sementara itu, merawat yang kekurangan (Mzm. 41:2-4) menunjukkan kesetiaan umat kepada Allah. Kejahatan yang dilakukan terhadap yang rentan adalah dosa yang sangat keji dalam budaya alkitabiah (Ul. 15:7-11). Kitab Mazmur mengilhami orang-orang yang setia untuk bersuara melawan setiap penindasan.

Kitab Mazmur juga menggarisbawahi kesia-siaan dalam mendasarkan keyakinan seseorang pada sarana manusia yang fana sebagai sumber hikmat dan keamanan tertinggi. Umat Allah harus menolak godaan untuk menaruh iman tertinggi untuk keselamatan kepada para pemimpin dan lembaga manusia, terutama ketika mereka berbeda dari jalan Allah.

Dalam kasih karunia-Nya, Tuhan kita menyamakan diri-Nya dengan orang miskin dengan menjelma menjadi orang miskin, sehingga melalui kemiskinan-Nya banyak orang menjadi kaya (2 Kor. 8:9). Kekayaan Kristus termasuk pembebasan dari setiap penindasan yang dibawa oleh dosa, dan Dia menjanjikan kepada kita kehidupan kekal dalam kerajaan Allah (Why. 21:4). Yesus Kristus menggenapi janji-janji kitab Mazmur sebagai Hakim Ilahi, yang akan menghakimi setiap perlakuan buruk terhadap orang yang kekurangan, serta yang mengabaikan kewajiban terhadap mereka (Mat. 25:31-46).

Berapa banyak yang kita pikirkan tentang “miskin dan membutuhkan” di antara kita, dan berapa banyak yang kita lakukan untuk mereka?


Selasa, Februari  06

Berapa Lama Lagi Kamu Menghakimi dengan Zalim

Tuhan telah memberi para pemimpin Israel wewenang untuk menegakkan keadilan di Israel (Mzm. 72:1-7, 12-14). Raja-raja Israel harus menjalankan otoritas mereka sesuai dengan kehendak Allah. Perhatian utama para pemimpin harus memastikan perdamaian dan keadilan di negeri ini dan merawat yang kurang beruntung secara sosial. Hanya dengan begitu tanah dan seluruh rakyat akan makmur. Takhta raja diperkuat oleh kesetiaan kepada Tuhan, bukan oleh kekuatan manusia.

Bacalah Mazmur 82. Apakah yang terjadi ketika para pemimpin menyelewengkan "keadilan" dan menindas orang-orang yang harus mereka lindungi?

Dalam Mazmur 82, Allah menyatakan penghakiman-Nya atas para hakim Israel yang korup. Para “allah” (Mzm. 82:1, 6) jelas bukanlah dewa-dewa kafir atau malaikat, karena mereka tidak pernah ditugaskan untuk memberikan keadilan kepada umat Allah sehingga tidak dapat diadili karena tidak memenuhinya. Tuduhan yang tercantum dalam Mazmur 82:2-4 menggemakan hukum Taurat, yang mengidentifikasi “allah” sebagai pemimpin Israel (Ul. 1:16-18; Ul. 16:18-20; Yoh. 10:33-35). Tuhan mempertanyakan “anak-anak manusia” apakah menghakimi dengan adil, dan hukuman mereka diumumkan, karena mereka didapati tidak benar. Para pemimpin terhuyung-huyung dalam kegelapan tanpa pengetahuan (Mzm. 82:5), karena mereka telah meninggalkan hukum Allah, yaitu terang (Mzm. 119:105).

Kitab Suci dengan teguh menjunjung tinggi pandangan bahwa Tuhan adalah satu-satunya Allah. Allah membagi pemerintahan-Nya atas dunia dengan para pemimpin manusia yang ditunjuk sebagai wakil-Nya (Rm. 13:1). Namun, seberapa seringkah perwakilan manusia ini, baik dalam sejarah dan bahkan sekarang, memutarbalikkan tanggung jawab yang telah diberikan kepada mereka?

Mazmur 82 dengan mengejek menyingkapkan kemurtadan beberapa pemimpin yang percaya diri sebagai “allah” di atas orang lain. Meskipun Tuhan memberikan otoritas dan hak istimewa kepada para pemimpin Israel, bahwa mereka disebut “anak-anak Yang Mahatinggi” dan untuk mewakili Dia, Tuhan menolak para pemimpin yang jahat. Tuhan mengingatkan mereka bahwa mereka fana dan tunduk pada hukum moral yang sama seperti semua orang. Tak seorang pun berada di atas Hukum Allah (Mzm. 82:6-8).

Tuhan akan menghakimi seluruh dunia; Umat Allah juga akan memberikna pertanggungjawaban kepada Allah. Baik para pemimpin maupun rakyat harus meniru teladan Hakim Ilahi dan menaruh harapan terakhir mereka kepada-Nya.

Otoritas macam apakah yang Anda pegang atas orang lain? Seberapa adilkah Anda menjalankan otoritas itu? Perhatikanlah.


Rabu, Februari  07

Tuangkan Kekesalanmu

Bacalah Mazmur 58:7-9, Mazmur 69:23-29, Mazmur 83:10-18, Mazmur 94:1, 2, dan Maman 137:7-9. Sentimen apakah yang disampaikan oleh Mazmur ini? Siapakah agen penghakiman dalam Mazmur ini?

Beberapa mazmur memohon Tuhan untuk membalas dendam pada individu dan bangsa yang berniat untuk menyakiti, atau yang telah menyakiti, pemazmur atau orang-orang mereka. Mazmur ini terdengar membingungkan karena bahasanya yang kasar dan ketidaksesuaian yang jelas dengan prinsip alkitabiah tentang kasih kepada musuh (Mat. 5:44).

Namun, kemarahan pemazmur di hadapan penindasan itu bagus. Ini berarti bahwa para pemazmur menganggap yang benar dan yang salah lebih serius daripada banyak orang. Dia begitu peduli, bahkan sangat, tentang kejahatan yang dilakukan di dunia, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang lain.

Namun, pemazmur tidak pernah menyarankan dirinya untuk menjadi agen pembalasan. Sebaliknya, dia menyerahkan pembalasan hanya di tangan Tuhan. Mazmur ini membangkitkan kutukan perjanjian Ilahi (Ul. 27:9-16) dan memohon kepada Tuhan untuk bertindak seperti yang telah Dia janjikan.

Mazmur ini adalah proklamasi kenabian tentang penghakiman Allah yang akan datang; itu bukan hanya doa pemazmur. Mazmur 137 mencerminkan pengumuman penghakiman Ilahi atas Babel, seperti yang terlihat pada kitab para nabi. Kehancuran yang dibawa orang Babel ke bangsa lain akan kembali menimpa mereka. Mazmur menyampaikan peringatan Ilahi bahwa kejahatan tidak akan luput dari hukuman selamanya.

Pembalasan Tuhan diukur dengan keadilan dan kasih karunia. Anak-anak Allah dipanggil untuk berdoa bagi penganiaya yang menganiaya mereka dan bahkan mengharapkan pertobatan mereka (Mzm. 83:19; Yer. 29:7).

Namun, sambil berusaha menyesuaikan Mazmur ini dengan norma alkitabiah tentang kasih kepada musuh, kita harus berhati-hati untuk tidak mengecilkan pengalaman menyakitkan yang diungkapkan di dalamnya. Tuhan mengakui penderitaan anak-anak-Nya dan meyakinkan mereka bahwa “berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya” (Mzm. 116:15). Penghakiman Ilahi mewajibkan umat Allah untuk mengangkat suara mereka melawan semua kejahatan dan mencari kedatangan kerajaan Allah dalam kepenuhannya. Mazmur juga memberi suara kepada mereka yang menderita, memberi tahu mereka bahwa Tuhan mengetahui penderitaan mereka dan suatu hari keadilan akan datang.

Siapa yang tidak, kadang-kadang, memiliki pikiran atau fantasi tentang balas dendam atas orang-orang yang telah melakukan kesalahan besar kepada diri mereka atau orang yang mereka cintai? Bagaimanakah Mazmur ini membantu Anda menempatkan perasaan seperti itu dalam perspektif yang tepat?


Kamis, Februari  08

Penghakiman Tuhan dan Bait Suci

Bacalah Mazmur 96:6-10, Mazmur 99:1-4, dan Mazmur 132:7-9, 13-18. Di manakah penghakiman Allah terjadi, dan apakah implikasi dari jawaban itu bagi kita? Bagaimanakah Bait Suci membantu kita memahami bagaimana Allah akan menangani kejahatan?

Penghakiman Tuhan berhubungan erat dengan Bait Suci. Bait suci adalah lingkungan di mana pemahaman pemazmur tentang masalah kejahatan diubah (Mzm. 73:17-20). Bait Suci ditetapkan sebagai tempat penghakiman Ilahi sebagaimana ditunjukkan oleh penghakiman Urim (Bil. 27:21) dan penutup dada penghakiman imam besar (Kel. 28:15, 28-30). Oleh karena itu, banyak mazmur menggambarkan Tuhan di atas takhta-Nya di tempat kudus yang siap untuk menghakimi dunia karena dosa dan kejahatannya.

Di Bait Suci rencana keselamatan dinyatakan. Dalam paganisme, dosa dipahami terutama sebagai noda fisik, yang harus dihilangkan dengan ritual magis. Sebaliknya, Alkitab menampilkan dosa sebagai pelanggaran terhadap hukum moral Allah. Kekudusan Allah mengartikan bahwa Dia mencintai keadilan dan kebenaran. Demikian pula, umat Tuhan harus mengejar keadilan dan kebenaran dan harus menyembah Tuhan dalam kekudusan-Nya. Untuk melakukan itu, mereka harus menaati hukum Allah, yang merupakan ungkapan kekudusan-Nya.

Jadi, Bait Suci adalah tempat pengampunan dosa dan pemulihan kebenaran sebagaimana ditunjukkan oleh tutup pendamaian takhta Allah dan “korban yang benar” (Ul. 33:19; Mzm. 4:6).

Namun, “Tuhan-Yang-Mengampuni” membalas dendam atas perbuatan jahat orang-orang yang tidak bertobat (Mzm. 99:8). Implikasi praktis dari Bait Suci sebagai tempat penghakiman Ilahi terlihat dalam kesadaran terus-menerus akan kekudusan Allah dan tuntutan untuk hidup benar sesuai dengan persyaratan perjanjian Allah.

Penghakiman Tuhan dari Sion menghasilkan kesejahteraan bagi yang saleh dan kekalahan bagi yang jahat (Mzm. 132:13-18). Bait suci memupuk pengharapan gembira akan kedatangan Tuhan sebagai Hakim, khususnya selama Hari Pendamaian. Demikian pula, Mazmur ini memperkuat kepastian kedatangan Hakim Ilahi yang akan datang (Mzm. 96:13; Mzm. 98:9), yaitu, Yesus Kristus di Bait Suci surgawi (Why. 11:15-19).

Bacalah Roma 8:34. Bagaimanakah ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa apa yang dilakukan Kristus di Bait Suci surgawi adalah kabar baik bagi umat-Nya?


Jumat, Februari  09

Pendalaman

Bacalah Ellen G. White, “Ucapan-Ucapan Berbahagia,” hlm. 15-18, dalam Khotbah di Atas Bukit.

Kitab Mazmur adalah protes terhadap ketidakpedulian manusia terhadap ketidakadilan; itu adalah penolakan untuk menerima kejahatan. Kitab Mazmur dimotivasi, bukan oleh keinginan untuk balas dendam melainkan oleh semangat untuk memuliakan nama Allah. Oleh karena itu, sepatutnya orang benar bersukacita ketika mereka melihat pembalasan Tuhan atas kejahatan, karena dengan cara ini nama Tuhan dan keadilan-Nya dipulihkan di dunia (Mzm. 58:11, 12). Mazmur mewajibkan orang untuk mengangkat suara mereka melawan kejahatan dan mencari kedatangan kerajaan Allah dalam kepenuhannya. Dalam kitab Mazmur, kita diberikan jaminan akan penghiburan dan pembebasan Ilahi. Tuhan akan bangkit!

“ ‘Jika karena Aku, kamu dicela dan dianiaya’, kata Yesus, ‘berbahagialah kamu.’ Dan Dia tunjukkan kepada para pendengar-Nya para nabi yang telah berbicara dalam nama Tuhan, sebagai ‘teladan penderitaan dan kesabaran.’ Yakobus 5:10. Habel, orang Kristen pertama dari anak-anak Adam, mati syahid. Henokh berjalan dengan Allah, dan dunia tidak mengenalnya. Nuh diejek sebagai seorang fanatik dan seorang yang membuat gelisah. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. Orang-orang lain membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. Ibrani 11:36, 35”—Ellen G. White, Khotbah di Atas Bukit, hlm. 43.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Diskusi:

Karena realisasi yang menyakitkan dari kejahatan di dunia dapat membuat orang bertanya-tanya apakah Tuhan benar-benar memerintah, bagaimanakah kita dapat menumbuhkan iman yang tak tergoyahkan yang akan berdiri teguh bahkan di bawah pencobaan? Artinya, apa yang harus kita fokuskan untuk mempertahankan iman kita pada kasih dan kebaikan serta kuasa Tuhan? Apakah yang seharusnya salib katakan kepada kita tentang Allah dan karakter-Nya?

Mengapa penting untuk tidak mengandalkan sarana manusia (pemimpin, lembaga, dan gerakan sosial) sebagai hikmat dan solusi tertinggi untuk keadilan di dunia tetapi hanya mengandalkan Firman dan penghakiman Allah?

Apakah implikasi praktis dari kebenaran bahwa Bait Suci adalah tempat penghakiman Ilahi?

Bagaimanakah kita dapat memahami bahasa kasar dari beberapa mazmur? Bagaimanakah bahasa itu membantu kita berhubungan dengan kemanusiaan dari mereka yang menulisnya?

Komentar