Berita Misi Anak Sabat 8 - Ramuan Pepaya

Ramuan Pepaya

Joylin yang berusia tujuh tahun sedang bermain balok dengan ayahnya di ruang tamu rumah mereka di India. Dia suka menggu-nakan balok kuning, biru, hijau, dan merah untuk membangun menara yang tinggi dan kemudian memu-kul menara dan melihatnya runtuh.

Saat Joylin dan ayah bermain dengan balok-balok itu, ayah bercerita tentang masa kecilnya.

Ayah bercerita tentang bagaimana ia biasa bermain dengan saudara-saudaranya. Sangat menyenangkan bermain dengan ayah.

Tetapi Joylin merasa tidak enak badan. Badannya terasa sedikit hangat, sepertinya dia sedikit demam. Joylin juga merasa badannya sedikit lelah.

Tetapi dia tidak mau tidur. Sangat menyenangkan bermain dengan ayah.

Kemudian telepon genggam ayah berdering. Dia mendengarkannya sejenak dan terlihat wajahnya menjadi serius. Ayah melihat ke arah Joylin. “Kita harus ke rumah sakit,” katanya.

Joylin tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia tidak mengerti bahwa itu adalah sesuatu yang serius. Seorang dokter menelepon dari rumah sakit dan mengatakan bahwa Joylin harus segera dirawat di rumah sakit. Joylin menderita demam berdarah. Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk. Tidak sulit untuk mengobati penyakit ini jika diketahui sejak awal. Tetapi dokter tidak menyadari bahwa Joylin menderita demam berdarah sebelumnya, dan sekarang penting untuk mengobati penyakitnya dengan segera.

Ayah memanggil ibu untuk meminta bantuan, dan ibu segera mengemasi koper berisi pakaian, obat-obatan, dan makanan. Ibu mengemas banyak pepaya, kiwi, dan bit mentah. Joylin tidak suka pepaya. Dia berpikir bahwa buah yang berwarna merah itu rasanya tidak enak. Ia juga berpikir bahwa bit merah rasanya tidak enak. Tetapi ia menyukai buah kiwi yang berwarna hijau dan manis. Ibu mengemas pepaya, kiwi, dan bit mentah karena dokter mengatakan bahwa buah-buah itu adalah obat yang baik untuk Joylin.

Kemudian Joylin, ayah, dan ibu masuk ke dalam mobil dan pergi ke rumah sakit.

Joylin merasa tidak nyaman ketika tiba di rumah sakit. Dia dikelilingi oleh orang-orang yang tidak dia kenal. Dia tidak suka dengan aroma udara rumah sakit. Seseorang memasang infus di lengannya, dan rasanya sakit. Kemudian seorang perawat membawanya ke tempat tidur di bangsal rumah sakit.

Joylin melihat sekelilingnya. Dia tidak mengerti mengapa dia ada di sana. Dia melihat anak-anak yang terlihat jauh lebih sakit daripada dirinya terbaring di tempat tidur.

Ibunya melihat bahwa dia tampak bingung dan mencoba untuk memberinya semangat. “Kamu kuat,” kata ibunya.

Selama enam minggu berikutnya, Joylin tinggal di rumah sakit.

Ibu memberinya banyak pepaya dan bit untuk dimakan. Dia tidak ingin memakannya, tetapi dia harus memakannya. Dia menutup hidungnya dan menelannya, berharap tidak akan merasakannya saat buah itu ditelan. Dia juga makan banyak kiwi. Dia lebih menyukai kiwi. Rasanya sangat manis dan enak. 

Ibu dan seorang bibi bergantian menemani Joylin. Banyak orang dari gereja yang berkunjung dan berdoa bersamanya.

Kadang-kadang dia merasa bosan.

Tetapi dia tidak pernah sendirian.

Akhirnya, tibalah saatnya Joylin boleh pulang ke rumah. Dia sangat senang! Dia sudah bosan berbaring di tempat tidur yang sama di ruangan yang sama begitu lama. Dia senang bisa pulang ke rumah. Ketika dia tiba di rumah, seorang sepupunya yang masih remaja telah menunggu untuk menyambutnya dengan hadiah buah delima merah yang lezat. Joylin senang karena buah itu bukan pepaya. Dia sangat menyukai buah delima.

Sekarang, Joylin berusia 14 tahun, dan dia masih tidak menyukai pepaya, meskipun pepaya membantunya sembuh ketika dia sakit. Dia mengatakan bahwa Tuhanlah yang telah menyembuhkannya. “Tuhan yang menyembuhkan saya,” katanya. “Saya masih terlalu muda pada saat itu untuk menyadari siapa yang telah menyembuhkan saya. Tetapi ketika saya tumbuh dewasa dan semakin mengenal

Tuhan, saya menyadari bahwa Dialah yang telah menyembuhkan saya. Dia adalah penyembuh yang luar biasa.” Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu pembangunan sebuah gereja di dekat sekolah Joylin di Bengaluru, India. Sekolah Joylin berada di kampus yang sama dengan Lowry Adventist College dan beberapa sekolah Advent lainnya. Terima kasih telah merencanakan persembahan yang murah hati.

Tip Cerita 

> Tunjukkanlah kepada anak-anak lokasi India pada peta. Anda juga dapat menunjukkan kepada mereka lokasi Bengaluru, di India bagian selatan-tengah, di mana Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membangun sebuah gereja di kampus Lowry Adventist College.

> Ucapkan Joylin sebagai: JOY-lynn.

> Unduh foto di Facebook: bit.ly/fb-mq.

> Unduh Postingan Misi dan Fakta Singkat dari Divisi Asia Selatan: bit.ly/sud-2024.

> Kisah misi ini mengilustrasikan tujuan-tujuan berikut dari rencana strategis GMAHK “I Will Go”: Tujuan Pertumbuhan Rohani No. 5, “Memuridkan individu dan keluarga ke dalam kehidupan yang dipenuhi Roh,” dan Tujuan Pertumbuhan Rohani No. 7, “Membantu pemuda dan orang dewasa muda untuk mengutamakan Tuhan dan menjadi teladan dalam pandangan dunia yang alkitabiah.” Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs web: IWillGo2020.org.

Oleh Andrew McChesney

Komentar