Berita Misi Dewasa 02 Maret 2024 - Menanti Hari Itu


Menanti Hari Itu

Anak laki-laki Sukamaya adalah satu anugerah dalam hidup-nya. Bayi laki-laki, Shyam, lahir tak lama setelah Sukamaya menikah pada usia 16 tahun di Nepal.

Namun ketika Shyam berusia 8 bulan, ia jatuh sakit karena diare. Sukamaya meminta suaminya memanggil dukun untuk meminta bantuan. Tidak ada dokter atau rumah sakit di dekat kota pegunungan terpencil mereka. Setiap kali ada yang sakit, penduduk kota memanggil dukun. “Itu karena roh jahat,” kata dukun itu. “Dia marah kepada keluargamu. Kamu harus mengorbankan seekor babi untuk membuat roh itu senang.” Tetapi tidak ada yang punya waktu untuk mengorbankan seekor babi. Ketika Sukamaya dan suaminya berbicara dengan

dukun itu, bayinya meninggal di pangkuannya.

Perasaan terpukulnya sungguh luar biasa. Sukamaya pingsan dan tidak sadarkan diri selama tiga hari. Ketika ia terbangun, ia tidak mau makan dan minum. Dia tidak ingin hidup lagi.

Suami dan tetangganya berusaha memberikan semangat kepadanya. “Jangan khawatir, nanti kamu akan kembali mempunyai seorang anak laki-laki,” kata mereka.

Setahun kemudian, Sukamaya melahirkan seorang anak perempuan. Dia menamai anak perempuan itu Shyam, sama seperti anak laki-lakinya. Dia sangat bahagia. Melihat sekarang dia punya alasan untuk hidup. Dia harus hidup untuk putrinya.

Namun, suami Sukamaya mulai minum minuman keras setelah kematian putra mereka. Lambat laun, keluarga tersebut jatuh ke dalam masalah keuangan karena kebiasaan minumnya.

Sementara itu, Sukamaya menyaksikan dengan penuh kasih sayang saat Shyam tumbuh dewasa dan menikah pada usia 20 tahun. Shyam menikah dengan seorang kerabat jauh yang tinggal di kota yang sama.

Sebuah tragedi terjadi ketika Shyam mengandung anak pertamanya. Terjadi komplikasi pada suatu malam. Ia membutuhkan bantuan medis segera. Kota itu masih belum memiliki dokter atau rumah sakit, sehingga penduduk kota menempatkan Shyam di atas tandu darurat dan membawanya ke kota berikutnya. Tidak ada jalan, dan mereka menggendongnya selama empat jam. Di kota berikutnya, yang memiliki jalan raya, ia dimasukkan ke dalam ambulans dan dilarikan ke kota terdekat yang memiliki rumah sakit. Dia meninggal dalam perjalanan.

Kematian tersebut merupakan pukulan berat bagi Sukamaya.

Beberapa hari kemudian, Sukamaya minum minuman keras bersama suaminya. Sepertinya kematian dan kegelapan menyelimuti mereka. Pasangan ini menangis tak terkendali di pemakaman Shyam. Di antara para pelayat yang menghibur mereka di pemakaman adalah seorang pendeta Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Dia telah mendengar tentang kematian kedua anak pasangan itu, dan dia menyampaikan sebuah pengharapan kepada mereka.

Ia membuka Alkitabnya dan membaca kata-kata Yesus, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang

percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3: 16).

Ayat Alkitab tersebut membingungkan Sukamaya.

Ia tidak bisa memahaminya. Ia bertanya-tanya, “Bagaimana mungkin seseorang tidak akan pernah mati dengan percaya kepada Yesus?” Melihat kebingungannya, pendeta membuka Alkitabnya di Lukas 8: 52 dan membaca perkataan Yesus, “Janganlah kamu menangis, ia tidak mati, ia hanya tertidur.” Sukamaya merasa terhibur.

Mungkinkah putrinya, Shyam, hanya sedang tidur? Dia ingin tahu lebih banyak. Beberapa hari setelah pemakaman, ia meminta pendeta untuk menjelaskan ayat-ayat tersebut. Pendeta itu mulai memberikan pelajaran Alkitab kepadanya.

Dalam salah satu pelajaran Alkitab, pendeta bertanya, “Apakah Anda ingin melihat anak-anak Anda ketika Yesus datang?” Mata Sukamaya terlihat berbinar-binar. “Ya!” serunya.

Kemudian Sukamaya menyerahkan hatinya kepada Yesus.

Sekarang, Sukamaya adalah seorang pengikut Advent yang setia. Ia mencoba untuk membagikan pengharapannya kepada suaminya, tetapi suaminya menolak untuk mendengarkan.

Kecanduan alkohol menyebabkan suaminya meninggal lebih cepat.

Sukamaya sekarang tinggal di rumah sendirian, tetapi dia tahu bahwa dia tidak benar-benar sendirian. Ia mengatakan bahwa ia hidup bersama Yesus. Ia bahagia karena ia percaya bahwa Yesus akan datang dan membangkitkan putra dan putrinya suatu hari nanti. “Saya akan memeluk mereka karena mereka adalah anak-anak saya, buah hati saya,” katanya. “Salah satu alasan saya menjadi seorang Kristen adalah karena saya berharap dapat melihat mereka lagi. Saya menunggu hari itu.” Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membangun sebuah sekolah di mana anak-anak dapat belajar tentang harapan Sukamaya di Nepal. Terima kasih telah merencanakan Persembahan Sabat Ketiga Belas yang murah hati pada tanggal 30 Maret.

Oleh Andrew McChesney

Komentar