Pendalaman:
Salah satu hal penting yang bisa diambil dari cerita pengalaman Paulus di Aeropagus adalah pengamatan awal yang dilakukan tentang bagaimana menjangkau satu kelompok orang yang tidak percaya yang belum dijangkau, yang menghasilkan sebuah kelompok kecil orang percaya di Atena.
“Perkataan rasul dan lukisan sikap dan sekitarnya sebagaimana diikuti dengan pena inspirasi, harus diberikan kepada segala generasi yang akan datang, menjadi saksi tentang kepercayaan yang tak tergoyahkan, keberanian dalam kesunyian dan kemalangan, dan kemenangan yang diperolehnya untuk kekristenan di pusat penyembahan berhala.
“Perkataan Paulus mengandung perbendaharaan pengetahuan untuk sidang. Ia ada dalam keadaan di mana ia dengan mudah dapat mengatakan bahwa sesuatu yang akan melukai para pendengarnya yang sombong dan membawa dia sendiri ke dalam kesulitan. Sekiranya pidatonya merupakan serangan yang langsung terhadap ilah-ilah mereka dan orang-orang besar di dalam kota, ia akan ada dalam bahaya menemui nasib seperti Socrates. Tetapi dengan kebijaksanaan yang dilahirkan oleh kasih Ilahi, ia dengan teliti menarik pikiran mereka dari dewa-dewa kafir, oleh menyatakan kepada mereka Allah yang benar, yang belum dikenal oleh mereka”—Ellen G. White, The Acts of the Apostles, hlm. 240, 241.
Melalui kontak langsungnya dengan orang-orang tersebut, sebuah penga-
matan tentang kebudayaan dan agama mereka, dan rasa hormatnya terhadap kesungguh-sungguhan mereka pada hal-hal rohani, Paulus berhasil membuat sesuatu yang penting di Atena—sesuatu yang merupakan harta pengetahuan bagi gereja. Dia menghindari hal-hal yang membuat para pendengarnya kesal. Hal ini dengan sendirinya merupakan satu pencapaian besar yang diilhamkan Allah. Menurut Ellen G. White, hal ini adalah harta pengetahuan yang perlu kita perhatikan sebagai gereja dalam kisah tersebut.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Diskusi:
1. Dengan cerita Paulus di Atena sebagai model, langkah pertama apakah yang harus diambil oleh seseorang untuk memulaikan sebuah pekerjaan Injil di sebuah kota?
2. Perilaku seperti apakah yang dituntut dari seorang Kristen untuk membangun jembatan dengan orang-orang di kota (dan sebetulnya, di tempat-tempat lain juga) yang tidak mengenal Allah?
3. Ketika kita diprovokasi dengan berjenis-jenis berhala modern, apakah yang harus kita hindari, secara khusus pada bagian awal, ketika memulaikan sebuah pekerjaan baru di antara orang-orang yang menyembah berhala-berhala ini?
4. Paulus bisa saja berhenti dengan hanya memperkenalkan orang-orang itu kepada Allah yang mencintai mereka, dan mereka akan cukup senang. Tetapi dia kemudian melewati sebuah garis batas yang membuat orang berpikir dia menipu ketika menyampaikan ide tentang kebangkitan. Apakah kita harus melakukan hal tersebut? Mengapa ya, atau mengapa tidak?
Komentar
Posting Komentar