Misi kepada Wilayah Seberang

Misi kepada Wilayah Seberang

Kita membaca bahwa Yesus membawa murid-murid-Nya dari Genesaret (Mat. 14: 34), “Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon” (Mat. 15: 21). Mengapa Yesus membawa mereka dari Galilea ke tempat-tempat orang kafir ini? Dia menuntun murid-murid-Nya dalam sebuah studi lapangan (field trip) ke perbatasan daerah-daerah asing sehingga mereka bisa belajar di lapangan apa yang mereka tidak bisa pelajari dengan mudah di Galilea. Dia ingin mengajarkan murid-murid-Nya pelajaran-pelajaran yang akan menolong mereka mempersiapkan diri bagi panggilan mereka untuk menjangkau semua kelompok orang, termasuk orang-orang yang tinggal di perkotaan.

Bacalah Hakim-Hakim 3: 1-6; 1 Raja-Raja 5: 1-12; dan 1 Raja-Raja 11: 1-6. Bagaimanakah ayat-ayat ini menolong kita untuk mengerti sedikit tentang latar belakang dari kota-kota ini?

Dari Hakim-Hakim 3:1-6, kita melihat bahwa orang-orang di masa lalu ini digunakan Allah untuk menguji iman dari bangsa Israel. Sayang sekali, umat Allah gagal juga dalam ujian tersebut, paling tidak dalam contoh berikut ini: “Mereka * mengambil anak-anak perempuan, orang-orang itu menjadi isteri mereka dan memberikan anak-anak perempuan mereka kepada anak-anak lelaki orang-orang itu, serta beribadah kepada allah orang-orang itu” (Hak. 3: 6). Itulah sebabnya, dari mulanya, orang-orang ini merupakan batu sandungan bagi Israel.

Dalam 1 Raja-Raja 5: 1-11, kita bisa melihat hubungan yang dekat antara orang Sidon dan orang Ibrani. Walaupun, dalam satu level, ikatan ekonomi di antara mereka sama-sama membawa keuntungan, tetapi, tidak diragukan lagi, orang-orang Ibrani ini pada akhirnya terpengaruh dengan budaya kekafiran dan penyembahan berhala dari rekan bisnis mereka ini.

1 Raja-Raja 11: 1-6 menyatakan bagaimana pengaruh negatif itu terjadi: Raja Salomo menikah dengan seorang ratu dari Sidon, yang membuat dia tersesat “Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon” (1 Raj. 11: 5).

Namun, terlepas dari sejarah kekafiran, penyembahan berhala dan pengaruh negatifnya terhadap bangsa pilihan, Yesus masih membawa murid-murid-Nya ke daerah-daerah ini. Dengan cara ini, Dia memprakarsai bagi mereka sebuah misi perkotaan lintas budaya, dan ini menentang prasangka dan kefanatikan mereka, dan memberikan contoh bagi murid-murid-Nya cara melakukan misi perkotaan yang menyeluruh bagi semua budaya dan bangsa.

Banyak tantangan yang dihadapi oleh misionaris Advent di perkotaan, termasuk di antaranya masalah kesehatan dan lingkungan. Yang lainnya termasuk biaya hidup yang tinggi, rasisme, kefanatikan, nasionalisme, dan pembatasan kebebasan beragama dan berekspresi. Namun demikian, terlepas dari kendala-kendala ini, kita harus bekerja untuk kota-kota itu.

Apakah yang dapat Anda lakukan untuk menolong mereka yang terlibat dalam pelayanan perkotaan?

Komentar