Di Tirus dan Sidon

Di Tirus dan Sidon

Para ahli Alkitab percaya bahwa Injil Matius telah ditulis secara khusus untuk pembaca Yahudi, dan bahwa Markus telah ditulis secara khusus untuk pembaca orang di luar Yahudi. Adalah sangat menolong untuk mengerti perbedaan ini ketika kita mempelajari kitab-kitab Injil.

Bacalah Matius 15: 22-28 dan Markus 7: 24-30. Apakah perbedaan yang Anda lihat di sini dan bagaimanakah perempuan dalam cerita ini digambarkan?

Perhatikan bagaimana Matius menggambarkan ibu ini dengan menggunakan kebangsaan atau rasnya: Kanaan. Markus dengan dituntun oleh Roh Kudus menggunakan istilah-istilah tambahan untuk menggambarkan ibu ini sebagai “seorang Yunani” atau “seorang di luar Yahudi” dan kemudian memberikan tambahan informasi: “bangsa Siro-Fenisia” atau “seorang Syira dari Fenisia”— di mana hanya sekali ini saja istilah ini digunakan dalam Kitab Suci.

Perhatikan bagaimana cerita dalam Matius 15 ini memberikan pengaruh kepada pembaca utama yang menjadi tujuan Matius, dengan latar belakang dan cara pandang mereka. Pembaca Injil Matius akan melihat ibu ini sebagai orang kafir yang dibenci. Hal ini datang dari pengalaman historis bangsa Yahudi dengan orang-orang Kanaan yang merupakan kelompok orang-orang penyembah berhala dengan kebiasaan dan praktik-praktik yang jahat yang sudah lama menjadi batu sandungan bagi bangsa mereka. Bahkan para pengikut Kristus tidak melihat kemungkinan bahwa wanita ini memiliki iman dan merupakan bagian dari kerajaan Allah!

Dalam Markus 7, pembaca Markus yaitu orang-orang di luar Yahudi akan memiliki respons yang berbeda dibandingkan dengan pembaca Matius. Orang-orang di luar Yahudi ini tidak memiliki pengalaman yang sama seperti yang dialami orang Yahudi dengan bangsa Kanaan. Sebaliknya, orang-orang bukan Yahudi ini akan merasa mereka sama dengan perempuan ini, “seorang Yunani, keturunan Siro-Fenisia” (NKJV). Yesus menyembuhkan salah satu dari mereka! Bagi orang bukan Yahudi, wanita ini akan dianggap sebagai seorang ibu yang mengasihi dan peduli dengan nasib dari anak perempuannya dan ingin supaya sang Tuan (Yesus) menyembuhkannya, terlepas dari latar belakang suku dan bangsa dari ibu ini.

“Kristus tidak menjawab permohonan wanita itu dengan segera. Ia menerima utusan dari bangsa yang dihinakan ini sebagaimana cara orang Yahudi melakukannya. Dalam hal ini Ia merencanakan agar murid-murid-Nya mendapat kesan dengan melihat cara yang dingin dan tidak berpengasihan yang digunakan oleh orang Yahudi dalam memperlakukan keadaan seperti itu seperti yang ditunjukkan oleh penerimaan-Nya akan wanita itu, serta cara yang penuh belas kasihan yang hendaknya mereka gunakan dalam memperlakukan kesengsaraan seperti itu, sebagaimana yang dinyatakan ketika pada akhirnya Ia mengabulkan permohonannya”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 436.

Bacalah 1 Yohanes 2: 2. Apakah yang seharusnya disampaikan oleh ayat ini kepada kita sehubungan dengan bagaimana kita semuanya sama di hadapan Allah?

Komentar