“Yang Telah Kamu Salibkan”



“Yang Telah Kamu Salibkan”

Kisah Para Rasul 2 mencatat tentang kecurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Ketika pengikut-pengikut Yesus sedang berdoa, lidah-lidah api hinggap di kepala mereka. Mereka mengetahui bahwa kuasa yang dijanjikan yaitu Roh Kudus telah diberikan.

Bacalah Kisah Para Rasul 2: 1-41. Sebagai hasil dari menerima Roh Kudus di hari Pentakosta, apakah yang terjadi kepada murid-murid ini?

Para murid-murid mulai berbicara dalam bahasa-bahasa yang lain “seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” (Kis. 2: 4). Apa yang penting di sini adalah bahwa Allah melengkapi dengan kuasa kepada setiap pribadi demi kebaikan bagi orang-orang yang belum percaya. Berkat itu bukan hanya untuk kebaikan mereka. Itu juga bukan berkat yang membuat mereka layak untuk surga atau sebuah berkat untuk memudahkan seseorang menjalankan bisnis dalam bahasa asing. Berkat itu diberikan untuk menyelesaikan misi Allah bagi mereka yang hilang. Saat ini Allah memanggil setiap pengikut-Nya untuk menggunakan karunia-karunia mereka demi kepentingan misi-Nya bagi orang yang tidak percaya. Kita telah diberikan pemberian-pemberian itu: Apakah ada panggilan misi yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan apa yang telah diberikan kepada kita untuk menjangkau yang lain?

Kecurahan Roh Kudus mengakibatkan banyak orang bertobat dari penolakan mereka terhadap Mesias, karena tentu saja beberapa dari antara mereka berada di Yerusalem ketika Dia mati. Mari pikirkan tentang kuasa ini: Petrus mempersalahkan mereka karena telah menyalibkan Kristus. Dan pastinya, mereka menyadari apa yang mereka telah lakukan. Setelah diyakinkan, mereka berseru, “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” (Kis. 2: 37).

Namun, mereka pun dapat menerima pengampunan. Kata Petrus kepada mereka “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kis. 2: 38).

bekerja bersama, dalam keselarasan dengan Roh Kudus dan satu sama lain, pengikut-pengikut Yesus ini mengkhotbahkan tentang pertobatan dan pengampunan dari dosa-dosa—bahkan bagi mereka yang kemungkinan besar terlibat langsung dalam penyaliban Yesus! Itulah kuasa dari Injil. Jika pekabaran ini tidak memotivasi kita, lalu apa yang bisa? Kita diminta untuk menyebarkan Injil kepada dunia, yaitu sebuah dunia yang berdosa, yang dihuni oleh orang-orang berdosa, sudah jatuh, dan bobrok. Tugas kita bukan untuk menghakimi; tugas kita adalah untuk bersaksi tentang kuasa yang menyelamatkan dari Yesus.

Mengapa gagasan bahwa walaupun beberapa dari mereka yang terlibat dalam kematian Kristus ditawari keselamatan seharusnya (1) mendorong jiwa kita sendiri, dan (2) mendorong kita untuk bersaksi kepada orang lain, tidak peduli betapa buruknya mereka?

Komentar