Naaman

Naaman

Kristus mati untuk semua, terlepas dari latar mereka, kekayaan, suku, atau status mereka. Allah sedang menjangkau orang-orang berkuasa yang bukan Kristen di dunia ini dan mengharapkan mereka untuk hidup sesuai dengan terang yang mereka miliki (lihat Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 7, hlm. 349).

Bacalah 2 Raja-Raja 5: 1-19. Apakah yang bisa kita dapatkan dari cerita ini tentang menjangkau orang-orang bagi Tuhan?

Dalam 2 Raja-Raja 5: 17-19, Naaman mengajukan dua permintaan yang tidak biasa setelah Tuhan menyembuhkannya dari penyakit kusta. Pertama, ia meminta untuk membawa tanah sebanyak dua muatan keledai dari Israel ke Aram dengan tujuan menyembah Allah yang hidup. Dia menyatakan, “sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada TUHAN” (2 Raj. 5:17). Meskipun Naaman sekarang menjadi orang yang percaya kepada satu-satunya Allah yang benar, permintaannya yang pertama menunjukkan bahwa pengarah penyembahan berhala masih menguasai pemikirannya sampai taraf tertentu. Panglima Aram itu menganggap Allah Israel sebagai ilah yang harus dihormati melalui tanah dari negeri itu. Meskipun Naaman mengakui kenyataan bahwa tidak ada Allah selain Tuhan Israel, ia tidak sepenuhnya melepaskan diri dari anggapan bahwa Allah, dengan suatu cara tertentu, terhubung dengan tanah Israel: Maka, di negerinya sendiri, ia ingin beribadah kepada Allah di tanah Israel.

Permohonan Naaman yang kedua menunjukkan ketulusan imannya. Meskipun ia bertekad untuk beribadah hanya kepada Allah yang di surga, ia menyadari bahwa melakukan penyembahan seperti itu di negerinya sendiri yang penuh dengan penyembahan berhala tidaklah mudah. Di sisi lain, raja Aram masih menyembah dewa Rimon, dan dalam jabatannya ini Naaman akan menjadi pengawal raja. Meskipun Naaman tidak berniat untuk meninggalkan tugasnya mengawal raja duniawi, ia tidak ingin dianggap menyembah Rimon. Setelah menyerahkan hatinya kepada Yahwe, Naaman tidak ingin membuat kelonggaran apa pun terhadap penyembahan berhala dengan menyembah ilah-ilah kafir. Ia juga tidak ingin ada kabar yang sampai kepada Elisa bahwa ia melakukan hal itu.

Elisa menjawab permohonan Naaman dengan berkata, “Pergilah dengan selamat!” (2 Raj. 5: 19). “Kata-kata ini tidak boleh dianggap sebagai ungkapan persetujuan atau ketidaksetujuan atas permintaan Naaman untuk berpisah. Ia harus pergi dengan tenang, tidak dalam keraguan atau kegelisahan. Allah telah berbaik hati kepadanya, dan ia akan menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam pengenalan dan penyembahannya kepada Allah. Naaman adalah seorang petobat bara, seorang pria dengan kehati-hatian, yang akan bertumbuh dalam kekuatan dan kebijaksanaan jika ia berpegang teguh pada imannya yang bara. Allah menuntun orang-orang yang bara bertobat selangkah demi selangkah, dan mengetahui saat yang tepat untuk menyerukan pembaharuan dalam suatu hal. Prinsip ini harus selalu diingat oleh mereka yang bekerja keras untuk keselamatan jiwa-jiwa”— SDA Bible Commentary, jld. 2, hlm. 878.

Pelajaran-pelajaran apakah yang harus kita pelajari dari cerita ini sehubungan dengan tidak mendorong orang terlalu cepat, secara khusus mereka yang datang dari latar belakang atau budaya bukan Kristen?

Komentar