Mengasihi Sesama seperti Kita Mengasihi Diri Kita Sendiri

Mengasihi Sesama seperti Kita Mengasihi Diri Kita Sendiri

Bacalah Matius 22: 37-40. Bagaimanakah kita membandingkan apa yang Yesus sendiri katakan dalam ayat-ayat ini dengan jawaban-Nya kepada ahli taurat, dalam Lukas 19: 27, 28?

Menurut Matius 22: 37-40, Yesus memperjelas bahwa pernyataan setiap hari dari kepercayaan sejati bergantung pada dua perintah ini. Dan Lukas memperjelas bahwa jika seseorang melakukan dua hal ini, maka dia akan memperoleh hidup yang kekal.

“Kasih adalah prinsip dasar pemerintahan Allah di surga dan di bumi dan itu harus menjadi dasar tabiat umat Allah. Ini saja yang dapat menjadikan dan memelihara kita teguh. Ini saja dapat menyanggupkan kita untuk menahan penindasan dan pencobaan”—Ellen G. White, Membina Kehidupan Abadi, hlm. 31.

Bacalah Galatia 5:14; Mikha 6:6-8; dan 1 Yohanes 4:20,21. Bagaimanakah ayat-ayat ini menegaskan apa yang telah Yesus sampaikan kepada kita?

Menurut Paulus, “Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!’” (Gal. 5: 14). Bagi Paulus, mengasihi Allah dapat secara praktis terlihat ketika kasih itu dinyatakan dalam cara bagaimana kita memperlakukan orang lain. Walaupun dia mengatakan bahwa “orang benar akan hidup oleh iman” (Rm. 1: 17), tetapi hidup oleh iman bukanlah sesuatu yang disembunyikan, tidak diketahui, atau tidak dilihat oleh orang lain. Paulus, Mikha, dan Yohanes memperjelas bahwa tindakan-tindakan praktis menunjukkan realitas iman yang kita pegang.

Dalam 1 Korintus 13, Paulus menyatakan dengan sangat tegas bahwa jika seorang mengaku memiliki pengetahuan yang banyak, atau melakukan tindakan yang hebat, atau memiliki iman yang besar, atau bahkan memberikan nyawanya sendiri, tetapi tidak mempunyai kasih, maka orang tersebut menjadi seperti “gong yang berbunyi dan canang yang gemerincing” (1 Kor. 13: 1).

Lihat kembali kutipan Ellen G. White di atas. Perhatikan bahwa dia menyatakan tentang bagaimanakah bahwa hanya dalam kasih orang-orang bisa tetap setia dan bertahan melawan pencobaan. Bagaimanakah ide ini menunjukkan bahwa perintah untuk mengasihi bukanlah keselamatan oleh perbuatan, tetapi, sebaliknya, sebuah ungkapan iman yang kita miliki dalam Yesus?

Komentar