YEHUDA MENEMUKAN SUKACITA LAGI DI PESTA PASKAH
"Tujuh hari lamanya orang Israel yang berada di Yerusalem merayakan hari raya Roti Tidak Beragi dengan kesukaan yang besar, sedang orang-orang Lewi dan para imam setiap hari menyanyikan puji-pujian bagi TUHAN dengan sekuat tenaga.... Kemudian seluruh jemaah sepakat untuk berhari raya tujuh hari lagi. Lalu mereka berhari raya tujuh hari lagi dengan sukaria" (2 Tawarikh 30:21, 23).
Dalam kegiatannya untuk menjadikan upacara-upacara Bait Suci suatu berkat yang betul-betul bagi orang banyak, maka Hizkia menentukan untuk menghidupkan kembali kebiasaan lama yaitu menghimpun orang-orang Israel bersama-sama merayakan pesta Paskah—Alfa dan Omega, jld. 3, hlm. 275.
Pada hari yang ditentukan Paskah pun dirayakan, dan pekan itu digunakan oleh orang banyak untuk membuat persembahan pendamaian dan mempelajari apa yang Allah ingin mereka lakukan. Setiap hari orang-orang Lewi "mengajarkan pengetahuan akan TUHAN yang baik;" dan mereka yang menyediakan hati mereka untuk mencari Allah, memperoleh pengampunan. Suatu kesukaan besar meliputi orang banyak yang sedang berbakti; "orang-orang Lewi dan para imam setiap hari menyanyikan puji-pujian bagi TUHAN dengan sekuat tenaga," semuanya bersatu dalam kerinduan mereka untuk memuji Dia yang terbukti begitu berkemurahan dan menyayangi.
Tujuh hari yang biasanya dilewatkan untuk merayakan pesta Paskah berlalu dengan begitu cepat, dan orang-orang yang datang berbakti memutuskan untuk menggunakan tujuh hari lagi untuk mempelajari jalan Tuhan dengan lebih lengkap. Para imam yang mengajar meneruskan pekerjaan mereka memberikan petunjuk dari kitab undang-undang; setiap hari orang banyak itu berhimpun di Bait Suci untuk mempersembahkan pujian mereka dan rasa syukur; dan ketika perhimpunan besar itu sudah berakhir, ternyata bahwa Allah telah menunjukkan kemurahan yang ajaib sehubungan dengan pertobatan bangsa Yehuda yang murtad dan sehubungan dengan membendung air pasang penyembahan berhala yang mengancam akan melanda semua orang yang berada di muka air pasang itu. Amaran-amaran khidmat para nabi tidak sia-sia disampaikan. "Maka besarlah kesukaan di Yerusalem, karena sejak Salomo bin Daud, raja Israel, tidak pernah terjadi peristiwa semacam itu di Yerusalem"—Alfa dan Omega, jld. 3, hlm. 275, 276.
Komentar
Posting Komentar