Panggilan Abraham
Dengan mengikuti panggilan Allah, Abraham akhirnya memasuki tanah tersebut, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Tetapi, sejak awal, banyak hal yang sepertinya tidak berjalan dengan baik baginya. Dia tiba di tempat di mana Allah perintahkan dia untuk pergi, tetapi menurut Kitab Suci, “Waktu itu, orang Kanaan diam di negeri itu” (Kej. 12: 6), yaitu orang-orang kafir yang terkenal dengan kekejaman dan kekerasan mereka. Tidak heran, sesudah Abraham tiba di sana, Allah menampakkan diri kepadanya dan berkata, “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu” (Kej. 12: 7). Tidak diragukan lagi, Abraham butuh penguatan.
Tetapi, banyak hal yang masih belum berjalan dengan baik baginya, setidaknya pada awalnya.
Bacalah Kejadian 12:10--13:1. Apakah yang kemudian terjadi kepadanya, dan kesalahan-kesalahan apakah yang dilakukan oleh hamba Allah ini?
Betapa mengecewakan hal yang terjadi padanya: meninggalkan tempat yang nyaman dan tempat yang sepertinya penuh dengan kelimpahan di kampung * halamannya, untuk pergi dengan “tidak mengetahui tempat yang ia tujui” (Ibr. 11: 8). Dan satu dari sekian hal yang dia hadapi adalah kelaparan! Kelaparan ini sangatlah buruk sehingga dia harus meninggalkan tempat yang Allah katakan padanya untuk menetap dan kemudian pergi ke daerah lain. Dan selanjutnya, hal-hal berikutnya justru menjadi lebih buruk.
“Selama ia tinggal di Mesir, Abraham memberikan bukti bahwa ia tidak lepas dari kelemahan dan ketidaksempurnaan manusia. Di dalam menyembunyikan fakta bahwa Sarai adalah istrinya, ia telah meragukan penjagaan Ilahi. Ia menunjukkan kurang iman dan keberanian yang amat sering dinyatakan dalam hidupnya .... Oleh karena kurangnya iman Abraham, Sarah telah ditempatkan dalam satu bahaya yang besar. Raja Mesir, setelah mendengar kabar tentang kecantikannya, memerintahkan agar ia dibawa ke istana, dengan maksud akan dijadikan istrinya. Tetapi Tuhan di dalam rahmatnya yang besar, telah melindungi Sarah dengan menyatakan hukuman terhadap seisi istana raja”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. l, hlm. 143.
Tidak seorang pun pernah mengatakan bahwa pekerjaan misi itu mudah, dan dengan berdusta dan menipu, Abraham hanya membuat situasinya lebih buruk. Untung saja, Allah adalah Allah yang sabar, dan Dia tidak membuang hamba-Nya karena kesalahannya itu, yang, sayang sekali, tidak hanya Abraham yang melakukan hal seperti ini. Sungguh sangat menghibur ketika kita mengetahui bahwa terlepas dari kesalahan-kesalahan kita, jika kita berpaut kepada Tuhan dalam iman dan penyerahan sama seperti yang dilakukan oleh Abraham, tidak hanya kekeliruan-kekeliruan, dosa-dosa, dan kesalahan-kesalahan kita akan diampuni, tetapi juga Allah masih tetap menggunakan kita untuk melakukan pekerjaan misi.
Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari cerita tentang Abram di Mesir?
Komentar
Posting Komentar