DUA MARIA BERSUKACITA ATAS BERITA KEBANGKITAN

DUA MARIA BERSUKACITA ATAS BERITA KEBANGKITAN

"Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus" 

(Matius 28: 8).

Wanita-wanita yang telah berdiri di sisi salib Kristus menunggu dan memperhatikan berlalunya jam-jam hari Sabat. Pada hari pertama dari minggu, pagi-pagi benar, mereka menuju ke kubur, sambil membawa rempah-rempah yang mahal harganya untuk mengurapi tubuh Juruselamat....

Wanita-wanita itu datang ke kubur tersebut bukan semuanya dari jurusan yang sama. Maria Magdalena mula-mula sekali tiba di tempat itu, dan setelah melihat bahwa batu sudah digulingkan, ia cepat-cepat pergi untuk menceritakannya kepada murid-murid. Pada saat itu wanita-wanita lain pun datanglah. Suatu terang sedang bercahaya di sekeliling kubur, tetapi tubuh Yesus tidak ada di situ. Sementara mereka berlambat-lambat di sekitar tempat itu, tiba-tiba mereka melihat bahwa bukan mereka saja ada di tempat itu. Seorang muda yang berpakaian jubah yang bercahaya-cahaya sedang duduk di sisi kubur itu. Dialah malaikat yang telah menggulingkan batu itu .... "Jangan takut," katanya, "karena aku mengetahui bahwa kamu mencari Yesus yang disalibkan itu; Ia tidak ada di sini, Ia sudah bangkit sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati".

Ia sudah bangkit. Ia sudah bangkit! Wanita-wanita itu mengulangi perkataan tersebut berkali-kali. Sekarang tidak perlu lagi membawa rempah-rempah bagi-Nya. Juruselamat hidup, dan tidak mati. Mereka teringat sekarang bahwa ketika berbicara tentang kematian-Nya Ia mengatakan bahwa Ia akan bangkit lagi. Alangkah mulianya hari ini bagi dunia! Dengan cepat wanita-wanita itu meninggalkan kubur itu "dengan ketakutan dan sangat kesukaan, sambil berlari hendak memberitahukan hal itu kepada murid-murid Yesus"—Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 441, 442.

Komentar