Allah yang Rindu Tinggal Bersama Kita
Bacalah Kejadian 17: 7; Kejadian 26: 3 dan Kejadian 28: 15. Apakah yang merupakan fokus utama dari janji Allah kepada Abraham dan keturunannya dalam ayat-ayat ini?
Dalam cerita Perjanjian Lama, Allah secara terus-menerus bertindak menurut sifat misionaris-Nya untuk memenuhi maksud-maksud-Nya. Sebagai contoh, sesudah Air Bah, orang-orang di Babel memutuskan untuk berkumpul di satu tempat untuk membangun sebuah kota dan sebuah menara yang bisa mencapai langit. Kemudian Allah melakukan intervensi, mengacaukan bahasa mereka dengan tujuan untuk membuat mereka menyebar ke seluruh bumi (Kej. 11: 1-9). Dia kemudian memperbesar misinya, yaitu memanggil Abram (yang kemudian dipanggil Abraham) untuk menjadi saluran dari berkat-berkat-Nya kepada seluruh dunia (Kej. 12: 1-3). Janji-janji Allah kepada Abraham dan kepada keturunan-keturunannya itu berlipat ganda, tetapi ada satu janji yang melebihi semuanya. Pada dasarnya beberapa kali Allah menyatakan kepada mereka, “Aku menjadi Allahmu.” “Aku akan menyertai engkau.” “Aku menyertai engkau” (Lihat Kej. 17: 7, 8; Kej. 26: 3; Kej. 28: 15).
Sebagaimana sejarah berlanjut, Yusuf akhirnya berada di Mesir, di sana dia menjadi alat keselamatan bagi umat-Nya. Di dalam setiap pengalaman Yusuf— bahkan di saat-saat yang paling sulit dalam hidupnya—Kitab Suci menegaskan bahwa “Tuhan menyertai” dia (Kej. 39: 2, 21, 23). Di generasi berikutnya, dalam memenuhi misi-Nya, Allah kemudian mengirimkan Musa kepada Firaun untuk menjadi pembebas umat-Nya dari perhambaan di Mesir. Selama “pengutusan” Musa, Allah berkata: “Aku akan menyertai engkau” (Kel. 3: 12). Waktu demi waktu, Yahwe selalu menegaskan kerinduan-Nya yang terdalam untuk selalu bersama-sama dengan umat-Nya.
Bacalah Keluaran 29: 43, 45. Apakah yang merupakan salah satu tujuan dari Bait Suci Perjanjian Lama? Allah telah memutuskan untuk tinggal bersama-sama dengan anak-anak-Nya dengan cara yang berbeda. Dia menegaskan kepada Musa kerinduan-Nya untuk tinggal di antara anak-anak Israel dalam bangunan Bait Suci dan dalam sebuah sistem yang benar-benar bertujuan untuk mengarahkan pada instrumen utama dari misi-Nya yaitu: Yesus Kristus. “Persembahan-persembahan korban, dan keimamatan dari sistem Yahudi, telah didirikan untuk menjadi lambang dari kematian dan pekerjaan pengantaraan Kristus. Semua perayaan-perayaan ini tidak memiliki arti, dan tidak bernilai, jika semua itu tidak dihubungkan dengan Kristus”—Ellen G. White, The Adventist Review and Herald of the Sabbath, 17 Desember, 1872.
Dalam cara apa sajakah Anda mengalami pengalaman kehadiran Allah dalam hidup Anda?
Komentar
Posting Komentar