TIUP TROMPET DI BAIT TUHAN
"Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: 'Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan" (2 Tawarikh 5: 13).
Pada akhirnya Bait Suci yang direncanakan oleh Raja Daud, dan dibangun oleh putranya Salomo, selesai. "Demikianlah Salomo menyelesaikan rumah TUHAN dan istana raja, dan berhasil melaksanakan dalam rumah TUHAN dan dalam istananya segala sesuatu yang timbul dalam hatinya" (2 Tawarikh 7: 11). Dan sekarang, dalam rangka menjadikan istana itu sebagai mahkota puncak Gunung Moria benar-benar terwujud, sebagaimana yang sangat diinginkan Daud, menjadi suatu tempat tinggal "bukan untuk manusia, melainkan untuk TUHAN Allah" (1 Tawarikh 29: 1), tinggal menyelenggarakan upacara khidmat untuk menahbiskannya secara resmi kepada Yahwe dan kebaktian-Nya ....
Pada saat yang telah ditentukan orang Israel sebagai bangsa tuan rumah, berdatangan dari luar negeri dengan berpakaian mewah mewakili mereka yang tinggal di antara bangsa-bangsa asing, lalu berhimpun di pelataran Bait Suci. Pemandangan itu adalah suatu kemuliaan yang luar biasa. Salomo, dengan para penatua Israel dan orang-orang yang sangat berpengaruh di antara bangsa itu, yang telah kembali dari bagian lain kota itu, tempat mereka telah membawa tabut perjanjian .... Dengan nyanyian dan musik dan dengan upacara kebesaran, "imam-imam membawa tabut perjanjian TUHAN ke tempatnya, di ruang belakang rumah itu, di tempat maha kudus" (ayat 7). Pada waktu mereka keluar dari tempat suci, mereka menempati tempat yang khusus bagi mereka. Para penyanyi-Suku Lewi dalam seragam lenan putih memegang ceracap, gambus dan kecapi-berdiri di sebelah timur mazbah, dan bersama mereka seratus dua puluh imam peniup nafiri.
"Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: 'Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.' Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan-Nya memenuhi rumah TUHAN"—Alfa dan Omega, jld. 3, hlm. 29-31.
Komentar
Posting Komentar