Pendalaman Sabat ke 13 | September 2023

Pendalaman:

“Seorang prajurit dalam pertempuran akan menjadi bingung dan lemah kecuali semua bekerja bersama. Jika para prajurit bertindak menurut ide-ide dari kehendak mereka sendiri, tanpa mengacu pada posisi dan pekerjaan masing-masing, mereka akan menjadi kumpulan butir yang berdiri sendiri; mereka tidak dapat melakukan pekerjaan tubuh yang terorganisasi. Jadi para prajurit Kristus harus bertindak dalam keselarasan. Mereka tidak boleh saling berharapan. Jika mereka melakukan ini, umat Tuhan yang berada dalam keselarasan yang sempuma, satu pikiran, satu tujuan, dan dikuduskan pada satu maksud besar, akan menemukan upaya-upaya mereka tidak membuahkan hasil, waktu dan kemampuan mereka terbuang. Persatuan adalah kekuatan. Beberapa jiwa yang bertobat bertindak dalam harmoni, bertindak untuk satu tujuan besar, di bawah satu kepala, akan mencapai kemenangan di setiap pertemuan”—Ellen G. White, Spalding dan Magan Collection, hlm. 121.

Apakah pentingnya Paulus menamai dirinya “utusan yang dipenjarakan” (Ef 6: 20)?

Utusan sering memainkan peran yang menantang selama masa perang, sehingga deskripsi diri Paulus sesuai dengan konteks kiasan militernya. Utusan harus diperlakukan dengan hormat karena oknum atau negara yang mengirim mereka. Jadi ada perbedaan mencolok antara status Paulus sebagai utusan Penguasa Tertinggi alam semesta dan rasa tidak hormat yang ditandai oleh penjaranya (secara harfiah, “rantai’’). Namun, karena utusan akan mengenakan “rantai jabatan,” penyebutan Paulus tentang “rantai” mungkin “dibumbui dengan ejekan,” di mana ia melihat rantainya sebagai “hiasan yang harus dikenakan dengan perbedaan”—David J. Williams, Paul’s Metaphors: Their Context and Character (Peabody, MA: Hendrickson, 1999), hlm. 152.

Pertanyaan-Pertanyaan untuk Diskusi:

1 Di dunia Anda yang terpecah dan berperang, apakah artinya bagi Anda dan jemaat Anda untuk “mengobarkan perdamaian”? Bagaimana kita bisa menjadi agen perdamaian di dunia yang semakin ditandai dengan agresi dan kekerasan?

2 “Panah api” seperti apakah yang dilontarkan ke arah Anda? Bagaimanakah Anda dapat memastikan bahwa “perisai iman” ada di tempat untuk memadamkannya?

3 Kita kadang-kadang berbicara tentang “prajurit doa.” Bagaimanakah kita dapat melakukan “pelayanan doa” berdasarkan Efesus 6: 18-20?

4 Bagaimanakah kita harus memperlakukan mereka yang terluka di medan perang pertentangan besar? Bagaimana seharusnya kita memperlakukan orang percaya Kristen yang, dalam panasnya pertempuran, melarikan diri karena ketakutan atau secara terbuka menyerah kepada pihak lain?

Komentar