BUNYIKAN PUJIAN KEPADA-NYA DENGAN TROMPET
"Juga pada hari-hari kamu bersukaria, pada perayaan-perayaan-mu dan pada bulan-bulan barumu haruslah kamu meniup nafiri itu pada waktu mempersembahkan korban-korban bakaranmu dan korban-korban keselamatanmu; maksudnya supaya kamu diingat di hadapan Allahmu; Akulah TUHAN, Allahmu" (Bilangan 10: 10).
Hari raya pondok daun-daunan merupakan perhimpunan tahunan yang terakhir. Allah merencanakan agar pada saat ini orang banyak merenungkan kebaikan dan kemurahan-Nya .... Dari jauh dan dekat orang datang, sambil membawa di tangan mereka suatu tanda kegembiraan. Tua dan muda, kaya dan miskin, semuanya membawa suatu pemberian sebagai persembahan pengucapan syukur kepada-Nya yang telah menganugerahi tahun itu dengan kebaikan-Nya, serta menjadikan panen mereka amat limpah. Segala sesuatu yang dapat menyenangkan mata, serta mengungkapkan kegembiraan menyeluruh, sudah dibawa dari hutan; kota tampak seperti hutan yang indah
Ketika fajar menyingsing, imam-imam meniup nafiri perak itu dengan suara yang panjang dan nyaring, dan nafiri yang menyambut, dan sorak-sorai yang gembira dari orang banyak di pondok-pondok mereka, yang bergema di bukit dan lembah menyambut hari perayaan itu—Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 56-58.
Bait Suci menjadi pusat kegembiraan orang banyak. Di sinilah terdapat kebesaran upacara korban. Di sinilah, berjejer pada kedua sisi tangga bangunan suci yang terbuat dari pualam putih, biduan orang Lewi memimpin acara nyanyian. Orang banyak yang datang berbakti, sambil melambai-lambaikan pelepah kurma dan murid, menyaringkan suara dan menggemakan nyanyian bersama; dan sekali lagi lagu itu disambut dengan suara-suara yang dekat dan jauh, sampai ke bukit-bukit yang mengelilinginya dipenuhi dengan suara pujian—Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 57.
Komentar
Posting Komentar