Menemukan Kuasa di dalam Kristus
Paulus mengakhiri suratnya dengan panggilan yang kuat untuk berperang yang menyatukan tema dan gagasan yang penting bagi surat itu secara keseluruhan. Dia mulai dengan mengumumkan tema menyeluruh dari kesimpulan itu, yang ditawarkan dengan nada seruan pertempuran seorang komandan: “Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya.” (Ef. 6: 10). Bagian lainnya, Efesus 6: 11-20, mengilustrasikan dan membuka tema besar ini.
BacaIah lagi Efesus 6: 10-20. Bagaimanakah Anda melihat realitas pertentangan besar, yang melibatkan kekuatan supernatural literal, sebagai inti dari poin Paulus? Mengapa menjaga kebenaran ini begitu penting dalam perjalanan sehari-hari kita dengan Allah?
Paulus mengidentifikasi Kristus sebagai Sumber kekuatan orang percaya dengan ungkapannya, “di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya” (Ef. 6: 10) karena “Tuhan” merujuk kepada Kristus, seperti yang terlihat secara konsisten di Efesus (Ef. 2: 21; Ef. 4: 1, 17; Ef. 5: 8; Ef 6: 1, 21). “Kekuatan Gereja terletak pada kemahakuasaan Tuhannya yang telah bangkit, Kapten peperangannya”—G.G. Findlay, Surat kepada Jemaat di Efesus (New York: Ray Long & Richard R. Smith, 1931), hlm. 398.
Paulus menggunakan pengulangan dalam Efesus 6: 10, menggunakan sinonim kuasa dan kekuatan untuk menegaskan maksudnya: kekuatan yang harus ditunjukkan oleh gereja tidak melekat pada orang percaya tetapi diturunkan. Itu berasal dari Tuhan, dari Kristus. Paulus meringkas di sini tema penting dari surat itu, kuasa Allah yang dibagikan kepada orang percaya (Ef. 1: 19-22; Ef. 2: 4-6; Ef. 3:16, 17). Kekuatan untuk setiap konflik saat ini dan masa depan harus ditemukan dalam keakraban orang percaya dengan Kristus yang telah bangkit dan dipermuliakan.
Sementara perintah pertama mengumumkan Kristus sebagai pribadi yang aktif dalam memberikan kekuatan kepada orang percaya (Ef. 6:10), ketiga anggota Ketuhanan terlibat dalam memperkuat mereka untuk pertempuran rohani melawan kejahatan. Allah (Bapa) menyediakan senjata-Nya sendiri sebagai “perlengkapan senjata Allah” (Ef. 6: 11, 13; bandingkan Yesaya 59: 17). Sebelumnya, Paulus telah mengidentifikasi Roh sebagai pribadi yang aktif dalam memperkuat orang percaya dengan berdoa agar Allah “menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu” (Ef. 3: 16). Di sini, Rohlah yang mengeluarkan pedang, “pedang Roh, yang merupakan firman Allah” (Ef. 6: 17). Juga, orang percaya harus berdoa “setiap saat di dalam Roh” (Ef. 6: 18). Paulus ingin para pendengarnya memahami bahwa Allah Tritunggal sepenuhnya terlibat dalam memperlengkapi mereka untuk berperang melawan kuasa jahat ini.
Komentar
Posting Komentar