Lamaran yang Tak Diduga
Ayah saya tergabung dalam suatu denominasi Kristen, dan ibu saya tergabung dalam denominasi Kristen lainnya di Ibu Kota Angola, Luanda. Sebagai anak, saya ke gereja bersama ayah pada hari Minggu dan dengan ibu pada hari Minggu berikutnya. Tetapi pada usia yang ke-18 tahun, saya berhenti pergi ke kedua gereja itu. Saya berhenti menyanyi di paduan suara gereja ibu, dan saya berhenti berpartisipasi dalam kegiatan pemuda di gereja ayah. Mengapa kamu tidak datang ke gereja bersama ibu lagi?” Tanya ibu. “Aku tidak merasa nyaman,” jawab saya. “Kalau begitu carilah gereja di mana kamu merasa nyaman,” kata ibu. “Beri Tuhan kesempatan.” Tetapi saya lebih tertarik untuk memberi dunia kesempatan itu. Ketika kakak perempuan saya bertunangan, entah bagaimana dia dan calon suaminya menerima konseling pranikah dari seorang pendeta Advent. Mereka memutuskan untuk berbakti di gereja Advent setelah mereka menikah, dan saudara perempuan saya ini mulai mengirimkan ayat Alkitab dan khotbah tanpa henti. Kemudian serangkaian peristiwa aneh terjadi. Seorang teman mendesak saya untuk memberikan hati saya kepada Tuhan. Saya mengetahui bahwa dia selalu mendoakan saya, dan kata-katanya meluluhkan hati saya. Pada minggu yang sama, seorang teman lain memohon kepada saya untuk hidup bagi Tuhan. “Dunia ini tidak baik,” katanya. “Berserah pada Tuhan.” Dia berdoa dengan saya dan meminta Tuhan untuk memberikan saya seorang suami yang baik dan takut akan Tuhan.
Kata-katanya menyentuh hati saya. Beberapa hari kemudian, kakak perempuan saya mengatakan bahwa dia merasa ditegur oleh Tuhan. “Tuhan mengatakan jika aku tidak memperingatkan kamu, aku yang akan menanggung nyawamu,” dia berkata. Kakak saya membacakan Yehezkiel 3: 18–19, di mana Tuhan berkata, “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.
Tetapi jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu dan ia tidak berbalik dari kejahatannya dan dari hidupnya yang jahat, ia akan mati dalam kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu.” Jantung saya berdetak kencang saat kakak berbicara. Saya mencoba untuk membela diri. “Saya pergi ke gereja ibu kok,” kata saya.“Tetapi kamu kan tidak merasa nyaman di sana,” kata kakak saya. “Pergilah ke Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Pergi ke salah satu gereja mereka di kota.
Beri mereka kesempatan.” Saya berjanji untuk pergi ke gereja Advent pada hari Sabat nanti. Tetapi saya tidak pergi karena ada panggilan kerja. Saya bekerja pada tiga Sabat berturut-turut. Ketika kakak saya menelepon untuk menanyakan tentang gereja, saya menjelaskan bahwa saya memiliki banyak sekali pekerjaan. “Beberapa pekerjaan bukanlah berkat dari Tuhan,” jawab kakak saya. “Kamu bekerja keras untuk sesuatu yang sia-sia. Kamu harus mengesampingkan pekerjaan dan mengutamakan Tuhan.” Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, tetapi saya berhenti bekerja—namun bukan karena pilihan. Saya jatuh sakit. Di klinik, dokter mengenal saya dengan baik karena dia telah menjadi dokter saya selama empat tahun. Kami memiliki hubungan yang baik antar dokter dan pasien. Tetapi kali ini dia mengejutkan saya. Pada saat pemeriksaan, dia tiba-tiba meminta saya untuk menikah dengannya. Dia tidak pernah menunjukkan suatu ketertarikan secara pribadi kepada saya sebelumnya, dan saya tidak pernah memikirkan dia untuk menjadi seorang suami.
Tetapi ketika dia melamar saya, saya senang dengan ide untuk menjadi istrinya. “Saya juga ingin menikahimu,” kata saya. Dia tersenyum. “Saya seorang anggota gereja Advent,” katanya. “Saya ingin istri saya juga menjadi seorang Advent.” Saya tersenyum kembali. “Tidak masalah,” kata saya. Dan saya bersungguh-sungguh. Banyak hal yang aneh telah terjadi selama beberapa minggu terakhir. Dua teman dekat dan saudara perempuan saya mendesak saya untuk memberikan hati kepada Tuhan. Seorang teman mendoakan saya agar mendapatkan seorang suami yang takut Tuhan dan saudara perempuan saya bermohon agar saya pergi bergereja di gereja Advent. Sekarang seorang dokter Advent meminta saya untuk menikah dengannya dan men - jadi seorang Advent. Saya tidak bisa lagi menolak panggilan Tuhan. Saya akhirnya mengikuti kelas baptisan. Saat ini saya adalah seorang Advent.
Saya menjadi Advent bukan karena seorang dokter melamar saya. Saya menjadi Advent bukan karena saudara perempuan saya mendesak saya. Saya menjadi Advent bahkan bukan karena saya merasa nyaman di gereja. Saya menjadi Advent karena Tuhan memanggil saya untuk bersatu dengan umat-Nya yang memelihara perintah-perintah-Nya dan memiliki iman kepada Yesus. Hati saya milik-Nya. Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membuka sekolah Advent di kota asalnya Esmeralda di Luanda, Angola. Terima kasih telah merencanakan persembahan dengan murah hati.
Oleh Esmeralda João Melo
Komentar
Posting Komentar