Berita Mission 16 April | Zimbabwe - Saya Orang Mati, Bagian 2


 Saya Orang Mati, Bagian 2

Setelah melayani selama 11 tahun sebagai penginjil literatur, saya menerima beasiswa untuk berkuliah menjadi pendeta di Universitas Solusi di Zimbabwe. Namun, empat bulan sebelum kelas dimulai, istri saya, Fortunate, dan saya terluka parah karena kecelakaan mobil. Banyak mukjizat terjadi yang saya tidak mengerti sampai saat ini. Saya tidak mengerti bagaimana saya dan istri selamat dari tabrakan secara langsung itu padahal kami duduk di kursi depan sementara tiga penumpang yang berada di belakang itu tidak selamat. Saya tidak mengerti mengapa saya tidak lumpuh. 

Saat saya memulai latihan terapi fisik, ahli terapi menanyakan, “Apakah Anda seorang pria yang suka berdoa? “Ya, kenapa?” Saya bertanya. “Hasil rontgen yang saya pegang ini menunjukkan bahwa Anda seharusnya mengalami kelumpuhan dari bagian leher ke bawah,” katanya. “Biasanya, seseorang dengan hasil rontgen seperti ini sudah meninggal. Saya akan sangat berhati-hati dengan Anda. Saya merasa ngeri.” Saya tidak mengerti kedatangan ambulans yang cepat di lokasi kecelakaan. Manajer tambang emas lokal sedang mengendarai truk pikap tepat di belakang mobil kami, dan dia menyaksikan kecelakaan itu. 

 Dia segera menghubungi seorang perawat yang bekerja di tambang emas dan memintanya untuk segera datang dengan ambulans milik tambang tersebut. Saya tidak mengerti bagaimana saya memperoleh beasiswa gereja untuk berkuliah di Solusi tiga bulan sebelum kecelakaan itu. Tanpa beasiswa, saya dan istri tidak akan menerima bantuan medis, dan kami mungkin sudah meninggal. Tagihan rumah sakit kami berjumlah 36.000 dolar AS, jumlah yang sangat besar di Zimbabwe. Saya tidak mengerti mengapa satu-satunya ahli bedah ortopedi yang memenuhi syarat untuk melakukan pembedahan pada leher saya di Zimbabwe memiliki waktu lowong pada hari di mana saya akan dilakukan operasi darurat. Dia telah memesan tiket pesawat ke Prancis pada hari yang sama dengan hari di mana saya harus di operasi. 

Dia melakukan operasi pada pagi hari dan mengejar penerbangannya pada sore hari itu. Saya bertanya kepada Tuhan, “Mengapa Engkau membiarkan kami hidup? Kami seharusnya sudah mati di tempat.” Saya mempunyai dua kemungkinan jawaban. Barangkali saya dan istri tidak siap secara rohani untuk mati, dan Tuhan memberi kami kesempatan lain agar dapat bersedia untuk Pagi Kebangkitan itu. Atau mungkin Tuhan menyelamatkan kami karena kami masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan di kebun anggur-Nya. Kehidupan doa saya telah berubah sejak kecelakaan itu. Saya lebih sering berdoa, dan saya memohon kepada Tuhan untuk memberi kekuatan melakukan perbuatan baik setiap saat. Saya memohon kepada Tuhan untuk bekerja dalam apa pun kelemahan yang saya miliki sehingga kapan saja saya beristirahat, saya benar di hadapan-Nya. Saya juga memohon kepada Tuhan untuk membantu saya agar tidak kehilangan api semangat untuk melakukan perintah-Nya. Saya berdoa, “Apa pun yang Engkau ingin saya lakukan dalam pekerjaanMu, berikanlah saya kekuatan dan semangat yang besar untuk melakukannya.” Terkadang saya melakukan kesalahan, tetapi saya selalu datang kepada Tuhan dan berkata, “Saya menyesal telah melakukan hal itu. 

 Saya tidak bisa mengontrol diri saya sendiri. Berikan saya kekuatan.” Saya berdoa agar hubungan saya dengan Tuhan selalu baik setiap saat. Saya berdoa, “Izinkan saya melakukan apa yang Engkau ingin saya lakukan. Bantu saya untuk tidak kehilangan api semangat.” Saya tidak memahami apa yang Tuhan telah lakukan ketika terjadi kecelakaan pada 23 Desember 2015 yang lalu. Tetapi saya tahu bahwa saya masih di sini—dan saya akan melayani Tuhan sepanjang hari-hari saya. Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas tahun 2015 telah disalurkan pada Universitas Solusi untuk menggandakan ukuran bangunan kafetaria yang terbatas dari 500 menjadi 1.000 kursi. Terima kasih atas persembahan misi Anda yang telah menopang sekolah Advent seperti Solusi mempersiapkan banyak orang untuk mengabarkan kedatangan Yesus yang segera ke seluruh dunia. 

Oleh Alfred C. Machona.

Tips Cerita 

>Mintalah seorang pria untuk membagikan kisah dari orang pertama ini. 

>Tonton Alfred di YouTube: bit.ly/ Alfred-Machona. 

>Unduh foto-foto di Facebook: bit. ly/fb-mq. 

>Unduh Pos Misi dan Fakta Singkat Divisi Afrika Selatan–Samudra Hindia: bit.ly/sid-2022. 

>Cerita misi ini mengilustrasikan Tujuan Kepemimpinan No. 8 dari rencana strategis “Saya Akan Pergi” Gereja Masehi Advent hariKetujuh, “Untuk memperkuat peran pemuridan para pendeta, guru, dan pekerja garis depan lainnya serta menyediakan kesempatan pertumbuhan yang tetap bagi mereka.” Proyek Sabat Ketiga belas di Universitas Solusi mengilustrasikan Tujuan Misi No. 4, “Untuk memperkuat institusi Advent hari-Ketujuh dalam menjunjung kebebasan, kesehatan holistik, dan pengharapan melalui Yesus, serta mengembalikan peta Allah dalam diri manusia.” Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs web: IWillGo2020.org.

 

Fakta Singkat

 

>Zimbabwe memiliki 16 bahasa resmi, lebih banyak dari negara lain: Chewa, Chibarwe, Inggris, Kalanga, Koisan, Nambya, Ndau, Ndebele, Shangani, Shona, bahasa isyarat, Sotho, Tonga, Tswana, Venda, dan Xhosa. Shona dan Ndebele adalah bahasa yang paling banyak digunakan. Reruntuhan kota di Zimbabwe Raya, sebuah kota Shona kuno di akhir Zaman Besi, sekarang sudah menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO dan salah satu situs arkeologi terpenting di Afrika subSahara. Kota kuno ini terdiri dari tiga kompleks yang terhubung (sekarang sudah hancur) yang dirancang dan dibangun dari batu.

 

>Zimbabwe dipercaya oleh beberapa orang merupakan lokasi dari Ofir, negara kuno dimana Raja Salomo mendapatkan gading, emas, dan barang berharga lainnya.

Komentar