Berita Mission 27 Februari 2021 - Berterima Kasih kepada Tuhan untuk Meja

 Berterima Kasih kepada Tuhan untuk Meja

Dinara yang berusia tujuh tahun secara tidak sengaja membuat ibunya marah saat makan malam.

Dinara mendongak dari piring yang berisi makaroni dengan bawang goreng dan mengangguk ke arah meja kayu di bawah piring.

"Ibu, apakah ibu tahu bahwa Tuhan memberi kita meja ini?" dia berkata.

Ibunya kaget.

"Apa yang kamu bicarakan?"dia berkata.  "Itu jelas omong kosong! Ayahmu bekerja keras agar dapat membeli meja ini di toko. Berhentilah bertingkah seperti gadis bodoh." Dinara terus berbicara.

"Tidak, mereka mengatakan kepada saya bahwa itu karena Tuhan," katanya.

Sabat 9 27 Februari Dinara

"Siapa yang memberitahumu?" kata ibunya, yang bukan seorang Kristen seperti kebanyakan orang di negara itu. "Di mana dan kapan kamu mendengar bahwa Tuhan memberi kita meja ini?"

Dinara menjelaskan bahwa dia dan murid-murid kelas satu lainnya telah belajar tentang kebaikan di sekolah mereka. Guru itu, yang adalah seorang anggota gereja Advent, telah memberitahu anak-anak tentang Tuhan selama pelajaran.

"Semua yang kalian miliki di rumah berasal dari Tuhan," kata guru itu. "Kalian harus berterima kasih."

Dinara berpikir bahwa dia sedang membantu dengan membagikan pengetahuan yang baru ini kepada ibunya. Tetapi ibunya sangat marah, dan dia memarahi Dinara karena tidak menghormati ayahnya yang telah bekerja keras untuk membeli meja.


"Ibu akan pergi ke sekolah besok untuk mencari tahu mengapa mereka  mengajarkan anak-anak tentang



Tips Cerita
> Dinara adalah nama samaran. Dia tinggal di sebuah "negara terselubung," sebuah negara yang dipilih oleh Misi Advent untuk tidak diidentifikasi karena kepekaan regional yang melibatkan agama Kristen.
>Unduh Pos Misi dan Fakta Singkat ESD di: bit.ly/2021-BSD.


Tuhan," katanya.

Ibu membuat keributan di sekolah pada keesokan harinya, dan dia juga melibatkan orang tua lainnya. Kepala sekolah berjanji bahwa tidak ada lagi yang akan menyebut nama Tuhan di kelas.

Keributan itu meninggalkan kesan mendalam pada Dinara. Meskipun dia tidak lagi mendengar tentang Tuhan di sekolah, dia sering memikirkan-Nya.

Sembilan tahun berlalu. Keluarga Dinara membeli rumah baru ketika ia berusia 16 tahun, dan dia menemukan Alkitab untuk anak yang sudah usang. Buku biru muda itu telah kehilangan lebih dari separuh halamannya, tetapi Dinara membaca apa yang tersisa dengan penuh minat. Dia tidak memahami banyak tentang apa yang dia baca, tetapi dia mengerti bahwa itu tentang Tuhan. Dia ingin sekali membaca seluruh Alkitab.
Tiga tahun berlalu lagi. Dinara mulai belajar bahasa Inggris di sekolah Advent, dan seorang guru mengundang dia dan siswa lain ke pertemuan Sabat.

"Jika kalian mau, datanglah ke pertemuan kami pada hari Sabat berikut," kata guru itu.

Dinara pergi ke pertemuan itu. Acaranya sangat menarik. Orang-orang berdoa, berbicara tentang Alkitab, dan menyanyikan lagu-lagu. Beberapa orang asing menghadiri pertemuan itu, dan dia berlatih bahasa Inggris bersama mereka.

Dinara pergi ke pertemuan itu setiap Sabat selama beberapa waktu. Selang beberapa waktu, dia kemudian menikah dengan seorang pria yang percaya Sabat hari ketujuh dan dengan senang hati pergi bersamanya ke pertemuan-pertemuan itu ketika dia tidak bekerja.

Namun Dinara mulai merasa tidak nyaman. Saat duduk di pertemuan suatu hari Sabat, sebuah pikiran muncul di benaknya.

"Apakah saya melakukan hal yang benar?" dia berpikir. "Apakah yang saya lakukan di sini? Keluarga saya bukan orang Kristen"

Dia berhenti pergi ke gereja. Sebenarnya dia ingin pergi, tetapi dia takut.

Merasakan pergumulan yang sedang berlangsung, suaminya, Nikolai, bertanya mengapa dia tidak lagi menghadiri pertemuan Sabat.
Dinara menjelaskan kegalauannya.

"Orang tua saya percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan mereka," katanya.

"Terus kenapa kamu takut?" kata Nikolai."Hanya ada satu Tuhan. Tidak ada alasan untuk takut."

Dinara mengatakan bahwa dia mengetahui kaumnya hanya diperbolehkan membaca buku suci tradisional mereka, tetapi dia malah memiliki keinginan untuk membaca Alkitab.

Nikolai menunjukkan kepadanya bahwa kitab suci tradisional dan Alkitab memiliki kesamaan.

Kemudian Dinara berkata bahwa dia khawatir kaumnya seharusnya beribadah di rumah ibadah tradisional mereka, sedangkan dia memiliki keinginan untuk pergi ke rumah ibadah orang Advent.

"Itu bukan masalah," kata Nikolai. "Kamu bisa pergi ke kedua pertemuan tersebut. Merasa bebaslah untuk
pergi beribadah bersama orang Advent. Tidak ada yang akan menghentikanmu."

Dinara kembali beribadah bersama orang Advent, dan dia memberikan hatinya kepada Tuhan.

Saat ini dia sangat senang bisa membaca Alkitab kapan saja dia mau. Dia berterima kasih kepada Tuhan untuk Alkitab dan semua yang ada di rumahnya.

"Saya mengucapkan'terima kasih' sepanjang waktu!" dia berkata. "Dari saat saya bangun sampai tidur di malam hari, saya bersyukur kepada tuhan untuk hidup, untuk makanan, dan bahkan untuk meja. Segala kebaikan datang dari Tuhan."

Terima kasih telah mendukung pendidikan Advent di Divisi Euro-Asia dengan doa dan persembahan misi Anda.

Oleh: Andrew McChesney

Komentar