Membuat Keputusan Besar
Apakah yang Anda lakukan saat membuat sebuah keputusan besar?
Paula Cristina Ghibut mengambil sebuah keputusan besar.
Dia berusia 14 tahun dan segera menyelesaikan kelas delapan di Rumania. Dia harus memutuskan sekolah menengah mana yang akan dia tuju.
Paula ingin menjadi guru Sekolah Dasar. Sebenarnya, dia bisa bersekolah di sekolah negeri terdekat yang menawarkan siswanya jurusan mengajar, tetapi sejak taman kanak-kanak dia telah belajar di sekolah Advent. Selain itu, Sekolah Menengah Advent hanya menawarkan jurusan sains.
Paula berdoa dan membaca Alkitab di rumahya yang terletak di
Desa Targu Mures di sebelah utara tengah Rumania. Dia berbagi cerita dengan kedua orang tuanya dan membaca bagian-bagian dari buku Ellen White, pendiri Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.
Saat membaca, dia menemukan nasihat yang menyarankan anak-anak Advent untuk bersekolah di sekolah-sekolah non-Advent agar dapat menjadi terang dunia. Dalam buku Ellen White yang berjudul "Counsels to Parents, Teachers, and Students"dia membaca sebuah kutipan yang berbunyi, "para pengikut Kristus haruslah terpisah dari dunia ini dalam prinsip dan keinginan, tetapi mereka tidak boleh mengasingkan diri mereka dari dunia" (halaman 323). Dalam buku "The Great Controversy"dia dapati bahwa pada abad ke-13 dan seterusnya, siswa Waldensia memakai pengaruh ke-kristenan mereka untuk mengubah seluruh sekolah. Paula memutuskan untuk mendaftar di sekolah negeri. Menurutnya, ini merupakan kesempatan yang bagus baginya untuk membagikan Yesus selama dia mempersiapkan dirinya untuk
menjadi seorang guru.
Namun, pertama yang dia butuhkan ialah lulus ujian masuk. Dia berdoa: "Bila bersekolah di tempat ini adalah kehendak-Mu, bantulah saya melakukan yang terbaik."
Persaingan begitu ketat untuk memperebutkan 150 kursi di sekolah itu. Empat anak mendaftar untuk setiap penerimaan. Akhirnya Paula menduduki peringkat ketujuh.
Sayangnya, Paula tetap tidak merasakan kedamaian. Sulit baginya untuk meninggalkan sekolah Advent. Dia tahu guru-guru di sekolah negeri tidak akan berdoa dan siswanya pun tidak akan menyanyikan lagu tentang Yesus.
Dua minggu sebelum kelas dimulai, Paula bermimpi di malam hari. Dalam mimpinya, dia seperti berada di sekolah negeri. Para guru di sana sombong dan tidak ada kasih. Mereka menyalahkan dia untuk kesalahan yang terjadi di kelasnya. Tuduhan palsu itu membuat Paula sedih. Di ujung hari itu, ketika dia bersiap untuk pulang, dia mendengar sebuah suara teriakan, "lari, lari, dan jangan pernah kembali!" Paula melihat sekeliling mencari suara yang berteriak itu, tetapi tak ada seorang pun.
Saat dia terbangun di pagi hari, dia penasaran tentang mimpinya semalam. Dia tidak yakin mimpi itu dari Tuhan karena dia tahu setan pun bisa membuat mimpi. "Tuhan, bila mimpi ini datang dari-Mu, tunjukkanlah lewat cara yang lain," dia berdoa.
Tips Cerita
> Unduh foto di Facebook (bit.ly/ fb-mq) atau di bank data ADAMS (bit.ly/making-big-decision)
> Unduh foto-foto proyek Sabat Ketiga Belas: bit.ly/eud-2020-projects
Pos Misi
>Doktrin Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh pertama kali dikhotbahkan di Rumania oleh M. B. Czechowski, mantan pendeta Katolik yang belajar tentang Sabat hari ketujuh dan kedatangan Kristus yang semakin dekat, ketika dia berada di Amerika. Kembali ke Eropa pada tahun 1864, dia mengkhotbahkan doktrin ini di Italia dan Switzserland meskipun dia tidak dikirim oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Pada musim dingin di tahun 1868—1869 dia datang ke Rumania dan berkhotbah di Pitesti, tempat 12 orang menerima kabar baik itu.
Paula kembali bertemu dengan kedua orang tuanya dan meminta nasihat. Kata mereka, dia harus membuat keputusan sendiri. Jadi dia berdoa dan berpuasa dalam beberapa hari. Dia juga membaca Alkitab dan tulisan Ellen White, dia terkejut karena semua yang dia baca sekarang sepertinya mengarahkan dia untuk belajar di sekolah Advent.
Dalam buku "Counsels to Parents,Teachers, and Students," dia dapati kutipan yang berbunyi "memberikan anak-anak untuk diajar oleh guru-guru yang sombong dan tidak memiliki kasih adalah tindakan yang keji" (halaman 175), Di buku yang sama, dia baca kutipan, "Sekolah-sekolah milik gereja kita telah ditahbiskan oleh Allah untuk menyiapkan anak-anak untuk pekerjaan yang besar itu" (halaman 176).
Kemudian dia berpikir: "Saya ingin belajar menjadi guru di sekolah negeri, tetapi sekolah Advent dapat melatih saya lebih baik lagi, meskipun sekolah itu hanya menekankan pelajaran sains."
Dia pun membaca dari buku "Child Guidance".Dia dapati bahwa "dalam merencanakan pendidikan bagi anak-anak di luar rumah, orang tua harus menyadari bahwa tidaklah aman mengirim mereka ke sekolah negeri dan mereka harus berusaha keras untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah tempat mereka akan mendapatkan pendidikan yang didasarkan pada fondasi Firman Allah" (halaman 304).
Paula akhirnya masuk sekolah Advent.
Paula belajar beberapa pelajaran penting tentang memahami kehendak Allah. Dia berdoa dan meminta nasihat dari orang tua. Dia membaca Alkitab dan tulisan Ellen White, barulah dia membuat keputusan.
Paula yakin bahwa dia telah membuat keputusan yang benar. Saat bersekolah di Sekolah Advent, dia memberikan hatinya kepada Yesus dan dibaptis ketika dia berusia 18 tahun. Sekarang dia akan segera tamat. Dia menyadari bahwa dia akan memiliki banyak waktu untuk mempelajari bagaimana menjadi guru saat dia berkuliah nanti.
"Perjalanan saya bersama Allah merupakan sebuah proses", katanya. "Saya tidak lagi teler dan ketika sadar, kehidupan saya telah berubah drastis seperti disulap. Allah menuntun saya selangkah demi selangkah. Saya juga ingin menguatkan orang muda untuk perlahan-lahan hidup di dalam Kristus. Dalam setiap langkah hidup kita, kita harus mengenal-Nya dan Dia akan bekerja di dalam hidup kita."
Tiga tahun yang lalu, sebagian dari persembahan Sabat Ketiga Belas telah membantu program gereja untuk menjangkau keluar bagi orang muda di Rumania. Terima kasih atas persembahan Sabat Ketiga Belas yang telah Anda berikan.
Oleh: Andrew McChesney.
Komentar
Posting Komentar