Dilempari dengan Batu di Sisilia
Sang ayah membawa Salvina Mazza yang saat itu berusia 13 tahun mengendarai sepeda sejauh 33 mil (43 kilometer) di sebuah pulau di Italia, Sisilia.
Namun, perjalanan ini bukan untuk tamasya.
Kata ayah sebelum mereka berangkat: "Ada sebuah keluarga di Desa Rosolini yang meminta bantuan untuk memahami Alkitab, ikutlah dengan ayah dan dengarkan supaya kamu bisa belajar bagaimana berbagi tentang Yesus"
Ayah Salvina tidak memiliki mobil jadi dia dan Salvina mengayuh sepeda dari lereng gunung Ragusa. Mereka ditemani seorang sahabat bernama Giovanni Giallanza, anggota gereja Advent pertama
di Ragusa. Giovanni mengenalkan gereja Advent dan umat Advent di Belgia kepada ayah Salvina.
Hingga beberapa saat kedua pria dan anak perempuan itu tiba di rumah keluarga tersebut di Rosolini. Para tetangga dengan penasaran menjulurkan kepala mereka keluar jendela dan pintu rumah mereka.
"Siapakah orang asing ini?"ta-nya salah satu dari mereka.
"Apakah yang mereka lakukan di sini?"tanya yang lain.
Para tetangga akhirnya mengikuti mereka sampai di rumah keluarga itu dan segera saja rumah itu dipenuhi oleh para tetangga. Pria yang mengundang ayah Salvina menanyakan sebuah pertanyaan dari Alkitab. Lalu ayah membuka Alkitabnya dan menunjukkan jawabannya. Pria itu kemudian menanyakan lagi pertanyaan yang lain dan ayah kembali menjawab dengan Alkitab.
Saat itu, ada dua wanita yang rupanya tidak senang dengan jawaban ayah Salvina dan tiba-tiba mereka meninggalkan rumah. Sekitar 20 menit kemudian, dua pria
berpakaian rapih, membawa tas, berjalan memasuki rumah itu. Setelah mendengarkan diskusi untuk beberapa waktu yang tidak lama, tiba-tiba salah satu dari mereka berkata kepada temannya.
"Tidak terjadi apa-apa di sini," kata pria itu.
"Mereka hanya berbicara tentang Injil."
Kedua pria tersebut akhirnya pergi. Rupanya mereka adalah petugas polisi yang dikirim kedua wanita yang tidak senang tadi.
Tiga jam kemudian, pertemuan itu berakhir dan ayah Salvina pun pamit pulang.
"Beri tahu saya bila Anda ingin belajar lebih lanjut, saya pasti kembali" katanya.
Di luar, Salvina menaiki sepedanya dan mengikuti ayah dan temannya menuju jalan raya untuk kembali ke Ragusa. Namun, dia begitu terkejut karena jalan itu dipenuhi barisan ratusan orang.
"Ayah apakah ada festival agama saat ini?" tanya Salvina.
"Ya"jawab ayah. "Ada festival besar yang berlangsung untuk menyambut kita!"
Suaranya terdengar cemas. "Mengayuhlah lebih cepat supaya kita bisa melewati kerumunan orang ini", kata ayah.
Mereka bertiga mengayuh secepat yang mereka mampu.
Tiba-tiba terdengar teriakan yang nyaring dari antara kerumunan.
Tips Cerita
> Tonton Salvina di YouTube: bit.ly/Salvina-Mazza>Unduh foto-foto di Facebook (bit.ly/fb-mq) atau bank data ADAMS (bit.ly/Stoned-in-Sicily)>Unduh foto-foto proyek Sabat Ketiga Belas: bitly/eud-2020-projects.Pos Misi> Italia menempati tempat terunik dalam sejarah denominasi karena Italia merupakan negara pertama di Eropa tempat M. B. Czechowski mengkhotbahkan tentang doktrin Advent. Dia adalah seorang mantan pendeta Katolik Polandia yang dibaptis pada tahun 1857 dan bekerja di antara orang-orang yang berbahasa Prancis di Amerika Utara. Beliau gagal meyakinkan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh untuk mengirimnya ke Eropa. Jadi beliau bergerak dengan bantuan sponsor denominasi Advent lainnya dan tiba di Torre Pellice di lembah Waldensia di Predmont, Italia Utara pada tahun 1864, tempat beliau mengajar tentang doktrin Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh.> Universitas Advent Villa Aurora Italia (IstitutoAwentista di Cultura Biblica Villa Aurora terletak di Florence, Italia.
"Kami tidak ingin umat Protestan di sini" kata seseorang.
Orang-orang mulai memunguti batu dan melemparkannya ke arah para pengendara sepeda.
"Jangan bereaksi apa pun," kata ayah. "Tetaplah mengayuh."
Salvina mengayuh sepedanya dengan cepat.
Pada jarak yang aman dari orang banyak, ayah Salvina berhenti sejenak untuk memastikan tidak ada yang terluka. Semua orang baik-baik saja. Mereka bertiga kemudian menundukkan kepala dan berdoa.
"Terima kasih Allah atas perlindungan-Mu bagi kami,"kata ayah. "Orang banyak itu melemparkan batu, tetapi tidak satu pun dari kami yang terluka."
Setelah kejadian pelemparan, tidak seorang pun dari Rosolini yang meminta ayah untuk berkunjung lagi.
Ayah Salvina bernama Carmelo Mazza. Beliau sering menghadapi kesulitan saat membagikan imannya. Pekerjaannya sebagai tukang foto setelah Perang Dunia II mengharuskan dia mengelilingi Sisilia dengan sepeda. Namun, kejadian pelemparan batu di tahun 1946 atau kesulitan lain yang dihadapi tidak pernah mematahkan semangatnya. Beliau dan Giovanni membuka gereja Advent pertama di Ragusa pada tahun 1952 dan me
reka juga mendirikan tiga gereja di Mazzarrone, Modica, dan Vittoria.
Salvina yang sekarang berusia 85 tahun selalu mengingat dengan jelas peristiwa yang terjadi saat dia mengendarai sepeda.
"Itu adalah mukjizat luar biasa yang tidak pernah saya lupakan," katanya.
Setelah penyerangan itu, Salvina tak pernah takut berbicara tentang Yesus. Dia tetap memperlakukan para tetangga dengan sabar dan kasih walaupun mereka melecehkan dia karena memeluk agama Advent. Dia tetap membagikan imannya di sekolah meskipun teman kelas dan pendeta mengejeknya. Meskipun demikian, dia sangat antusias membagikan imannya. "Saya senang menyebarkan injil," katanya.
Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas tahun 2016 telah membantu pembangunan gedung gereja di Ragusa. Pada tahun 1952 sejak ayah Salvina mendirikan gereja, anggota jemaat beribadah di gedung sewaan dan mereka bersyukur karena sekarang mereka telah memiliki gedung sendiri. Terima kasih telah membuat semuanya menjadi nyata dengan persembahan Anda.
Oleh: Andrew McChesney.
Komentar
Posting Komentar