Berita Mission Sabat 11 | 15 Juni 2019 | Dari Marxisme Menjadi Advent


Maria dibaptis pada usia 12 tahun di Brasil.

Namun dia meninggalkan gereja pada saat dewasa muda, dan 38 tahun berlalu sebelum dia dapat menyingkirkan imannya dalam Marxisme untuk menjadi tokoh besar bagi Tuhan di komunitasnya.

"Teladan Marxisme digantikan dengan teladan Kristus dalam hidup saya," kata Maria, yang dikenal teman-temannya sebagai Marita.

Dibesarkan oleh seorang ibu yang beragama Advent, Maria mengajar kelas Sekolah Sabat dan melayani sebagai pemimpin remaja di gerejanya saat dia remaja. Namun dia berhenti pergi ke gereja pada usia 22 tahun setelah seorang anggota gereja terkemuka mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaannya. Maria membenamkan diri dalam studi sosiologi dan menganut filsuf Jerman dan ajaran sosiolog Kari Marx tentang hak asasi manusia.

Dua puluh lima tahun berlalu. Maria menikah, memiliki seorang putra, dan menjadi janda. Dia pindah ke Montreal, Kanada, untuk melanjutkan studi pasca-doktoral di Universite du Quebec a Montreal.

Selama di sana, dia menerima kunjungan yang mengagetkan dari seorang teman lama, pendeta Brasil, Luis Santana, dan istrinya, Leoni. Pendeta Luis menghadiri pesta pernikahan di Amerika Serikat dan menginap di Montreal selama delapan hari untuk melihat Maria sebelum terbang pulang. Pada masa dewasa muda, dia dan Maria menghadiri gereja yang sama.

Pendeta Luis dan istrinya mengunjungi Maria setiap hari. Mereka berbicara tentang Alkitab dan cinta Yesus untuknya. Mereka mengundangnya untuk kembali kepada Kristus. Maria mendengarkan dengan sopan tetapi tidak tergerak hatinya.
Dua tahun kemudian, dia kembali ke Brasil untuk mengajar sebagai profesor di suatu Universitas.

Istri Pendeta Luis meneleponnya setiap minggu selama tiga tahun untuk mengundangnya menghadiri kelompok belajar Alkitab. Maria selalu mencari alasan untuk tidak  pergi.

Suatu hari Maria memperhatikan, sementara mempersiapkan kelas, bahwa Marx menulis naskah pertamanya pada tahun 1844. Dia ingat bahwa ibunya pernah mengatakan gerakan Advent dimulai pada tahun 1844, dan dia bertanya-tanya apakah Iblis mungkin telah memperkenalkan Marxisme untuk meniadakan Pekabaran Advent. Dia membandingkan Marxisme dengan Adventisme. Dia melihat bahwa Marx mengajarkan bahwa manusia dapat mengubah dunia dengan kekuatan mereka sendiri, sementara orang Advent percaya bahwa manusia membutuhkan Kristus untuk berubah.

Beberapa saat kemudian, Maria mengumumkan kepada tamatan kelas sosiologinya:"Saya sekarang percaya bahwa Yesus adalah seorang pemimpin revolusioner yang hebat, tetapi Dia bukanlah Anak Allah."

Maria tidak bisa tidur malam itu.

Keesokan harinya, seorang siswa perempuan, Dinalva, mendekatinya sambil menangis.

"Anda mengatakan di kelas bahwa Anda tidak percaya bahwa Kristus adalah Anak Allah," kata Dinalva. "Saya tidak bisa tidur sepanjang malam. Saya merasa bahwa Tuhan ingin saya memberi tahu Anda bahwa Anda tidak berbicara dari hati Anda. Anda tidak ingin mengakui bahwa Anda percaya kepada Yesus karena Anda adalah seorang Marxis."

Maria tidak tahu harus berkata apa.
Tips Cerita
> Ketahuilah bahwa Maria lebih memilih nama panggilannya, Marita.
> Tonton video Marita menyanyikan "Maravilhosa Graca"(Wonder-ful Grace of Jesus) di gereja rumah Sharing Jesus. Tautan: bit.ly/Marita-Palmeira.
> Temukan foto untuk kisah ini di tautan: bit.ly/fb-mq.

Dua minggu kemudian, Maria sedang makan siang di kafe ketika dia mendengar paduan suara sedang berlatih "Maravilhosa Graca" (Wonderful Grace of Jesus) di sebuah gereja yang beribadah pada hari Minggu. Itu adalah nyanyian pujian yang dia nyanyikan dalam paduan suara Advent saat remaja.

Maria menyelinap ke bangku belakang gereja untuk mendengarkan. Beberapa saat kemudian, Dinalva memasuki gereja dan berjalan langsung ke arah Maria. Dia memeluk profesor dan menangis, sambil berkata: "Saya tahu bahwa
saya akan menemukan Anda di sini! Sementara saya di rumah memberi makan anak saya, dan saya memiliki kesan kuat bahwa saya perlu datang ke sini."

Maria kaget. Dinalva tidak tinggal di dekatnya, dan Maria telah memilih kafe yang jauh dari kampus universitas.

Setelah lagu selesai, keduanya berpisah. Pengalaman itu meyakinkan Maria bahwa Tuhan ingin agar dia belajar Alkitab, dan dia menerima undangan dari istri pendeta Luis untuk bergabung dalam pelajaran Alkitab mingguan.

Maria belajar dengan pendeta Luis dan istrinya selama 10 tahun, tetapi dia tidak dapat menerima Alkitab sebagai Firman Tuhan. Akhirnya, sang istri pendeta berkata: "Anda perlu meminta iman kepada Tuhan. Anda telah kehilangan iman Anda. Aku akan mendoakanmu."

Ketika istri pendeta berdoa, sebuah hasrat tumbuh di hati Maria untuk membaca Alkitab di rumah. Dia membaca Alkitab selama dua bulan dan dibaptis ulang. Tetapi dia punya masalah.

Dia tidak mau pergi ke gereja.

"Mengapakah kita tidak bisa mengadakan pertemuan di rumah?" dia bertanya kepada Pendeta Luis.

Keduanya membahas gagasan mendirikan tempat pertemuan bagi orang-orang yang menyukai Alkitab tetapi tidak ingin pergi ke gereja. Pendeta meminta Maria menulis rencana untuk gereja rumah semacam itu. Para pemimpin gereja kemudian merevisi proposal tersebut, dan gereja rumah Sharing Jesus pun didirikan.

Gereja rumah Sharing Jesus dimulai dengan 13 orang pada tahun 2004. Sekarang telah membaptis lebih dari 200 orang.

"Orang belajar bagaimana mencintai gereja Advent di sini. Mereka bertobat dan dibaptis, dan kemudian kami mengirim mereka ke gereja-gereja Advent di sekitar Salvador," kata Maria, sekarang sudah berusia 70 tahun dan seorang rekan pemimpin gereja rumah.

Gereja rumah akan menerima bagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini untuk pindah dari tempat sewanya ke gedung yang lebih besar, di mana dia juga akan menawarkan kelas memasak yang sehat dan seminar kesehatan.

"Kami punya banyak musik," kata Maria."Banyak kelompok kecil mempelajari Alkitab dan berdoa. Dan kami benar-benar bahagia, menunggu kedatangan Yesus."

Oleh: Andrew McChesney.