Mencintai Lagu Cinta
Uraikan beberapa aspek cinta seperti yang ada di dalam Kidung Agung. Kid. 1: 2, 13; 2: 10-13, 16; 3: 11; 4: 1-7; 5: 16; 6: 6; 1; 1-9; 8: 6, 7.
Kidung Agung menunjukkan bagaimana teman-teman melewatkan waktu bersama-sama, berkomunikasi secara terbuka, dan saling memperhatikan. Di dalam Kidung Agung, dua sahabat baik menjadi pasangan menikah. Sang istri menyatakan, “Demikianlah kekasihku, demikianlah temanku” (Kid. 5: 16,). Kata teman memperlihatkan kedekatan dan persahabatan tanpa tambahan sebagai pasangan seksual. Berbahagialah suami atau istri yang pasangannya adalah sahabatnya.
Sepanjang puisi, pujian intim dan gerakan yang penuh kasih menyampaikan daya tarik yang kuat, kesenangan fisik dan emosional yang ditemukan oleh pria dan wanita satu sama lain. Keintiman cinta romantis yang alami adalah karunia Sang Pencipta, untuk menolong pasangan-pasangan terikat lebih erat satu sama lain dalam pernikahan. Sebagai pasangan terbuka untuk karya cinta Ilahi di dalam hati mereka, cinta mereka sebagai manusia “dihaluskan dan disucikan, ditinggikan dan dimuliakan.”—Ellen G. White, Seri Membina Keluarga, jld. 1, hlm. 93.
Ayat-ayat ini juga menyampaikan pemikiran-pemikiran paling mulia tentang cinta. Karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita (Rm. 5: 5). Ikatan seperti itulah yang mengikat suami dan istri dalam persatuan yang kekal. Kasih yang berkomitmen sangat dibutuhkan dalam hubungan orang tua dengan anak, untuk membangun rasa percaya pada orang muda. Itu adalah cinta yang memberi diri sendiri yang mengikat orang percaya bersama dalam tubuh Kristus.
Kidung Agung memanggil kita untuk membuat cinta ini menjadi kekuatan aktif dalam hubungan kita dengan pasangan kita.
Bagaimanakah keintiman semacam ini mencerminkan keintiman yang kita miliki dengan Tuhan? Apakah kesamaan yang dapat ditarik seseorang (misalnya, menghabiskan waktu, memberi diri sepenuhnya, dan sebagainya)? Apakah kesamaan yang lain yang ada di sana?
Sepanjang puisi, pujian intim dan gerakan yang penuh kasih menyampaikan daya tarik yang kuat, kesenangan fisik dan emosional yang ditemukan oleh pria dan wanita satu sama lain. Keintiman cinta romantis yang alami adalah karunia Sang Pencipta, untuk menolong pasangan-pasangan terikat lebih erat satu sama lain dalam pernikahan. Sebagai pasangan terbuka untuk karya cinta Ilahi di dalam hati mereka, cinta mereka sebagai manusia “dihaluskan dan disucikan, ditinggikan dan dimuliakan.”—Ellen G. White, Seri Membina Keluarga, jld. 1, hlm. 93.
Ayat-ayat ini juga menyampaikan pemikiran-pemikiran paling mulia tentang cinta. Karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita (Rm. 5: 5). Ikatan seperti itulah yang mengikat suami dan istri dalam persatuan yang kekal. Kasih yang berkomitmen sangat dibutuhkan dalam hubungan orang tua dengan anak, untuk membangun rasa percaya pada orang muda. Itu adalah cinta yang memberi diri sendiri yang mengikat orang percaya bersama dalam tubuh Kristus.
Kidung Agung memanggil kita untuk membuat cinta ini menjadi kekuatan aktif dalam hubungan kita dengan pasangan kita.
Bagaimanakah keintiman semacam ini mencerminkan keintiman yang kita miliki dengan Tuhan? Apakah kesamaan yang dapat ditarik seseorang (misalnya, menghabiskan waktu, memberi diri sepenuhnya, dan sebagainya)? Apakah kesamaan yang lain yang ada di sana?