Sekolah Sabat 30 Mei 2019 - Kehilangan Nyawa

Kehilangan Nyawa

Sebagai manusia, kita mengetahui realitas kematian. Kita membaca mengenai hal tersebut, kita melihatnya, dan kita mungkin bahkan telah secara dekat menyaksikannya sendiri.

Baca 1 Korintus 15: 26. Bagaimanakah kematian itu dijelaskan, dan mengapa dijelaskan dengan cara seperti itu?

Siapakah, kehilangan orang yang dicintai, tidak mengalami sendiri betapa hebatnya musuh yaitu kematian? Di sisi lain, orang mati itu memperoleh “kebaikan.” Jika, mati di dalam Tuhan, mereka menutup mata mereka dan kelihatannya instan bagi mereka, mereka dibangkitkan untuk kekekalan. “Bagi orang percaya, kematian adalah perkara kecil.... Bagi orang Kristen, kematian adalah tidur, saat keheningan dan kegelapan. Kehidupan disembunyikan bersama Kristus dalam Allah, dan “apabila Kristus yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan." Yoh. 8:51,52; Kol. 3: 4."—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 6, hlm. 439.

Orang yang tinggal hidup, khususnya teman-teman yang tersisa atau anggota keluarga, yang tahu penderitaan dan kesedihan nyata setelah kematian. Faktanya adalah kesedihan itu alami, reaksi normal atas kehilangan. Itu adalah penderitaan emosional yang kita alami ketika seseorang yang kita cintai meninggal.

Proses dukacita tidak sama bagi setiap orang, tetapi pada umumnya kebanyakan orang melalui beberapa tahap. Yang pertama dan yang paling umum adalah reaksi atas kematian dari orang yang dikasihi yakni terkejut dan menyangkal, bahkan ketika kematian itu sudah dapat diduga. Terkejut adalah perlindungan emosional terhadap peristiwa yang tiba-tiba, kewalahan oleh karena kehilangan, dan itu dapat berlangsung selama dua atau tiga bulan. Anda juga akan melewati waktu ketika Anda terus-menerus terserap oleh pikiran mengenai orang yang Anda kasihi, bahkan dalam menjalankan tugas yang biasa sehari-hari. Bahkan dalam percakapan pun bisa berubah mengarah kepada masalah kehilangan Anda. Periode ini bisa berlangsung selama enam bulan sampai satu tahun.

Tahap putus asa dan depresi adalah periode yang panjang dari dukacita, mungkin yang paling menyakitkan tahap yang panjang bagi yang berduka, di mana Anda secara bertahap berusaha untuk menerima kenyataan kehilangan Anda. Selama masa ini, Anda akan mengalami satu tingkatan emosi, seperti kemarahan, merasa bersalah, penyesalan, kesedihan, dan kegelisahan. Tujuan berduka adalah bukan untuk melenyapkan semua rasa sakit Anda atau kenangan kehilangan Anda. Di tahap akhir pemulihan. Anda mulai memiliki minat baru dalam aktivitas sehari-hari dan berfungsi normal dari hari ke hari.

Gagasan yang menenangkan apakah yang dapat Anda temukan dalam ayat-ayat berikut? Rm. 8: 31-39; Why. 21: 4; 1 Kor. 15: 52-57.