Koreksi dengan Kasih
Apakah yang diajarkan Amsal tentang pentingnya disiplin dan koreksi untuk seorang anak? Ams. 10: 17; 23: 13, 14; 29: 1; 29: 15.
Orang tua kadang-kadang mendisiplin anak-anak mereka untuk memberi kesan kepada mereka apa perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, untuk menghukum karena ketidaktaatan, atau bahkan untuk mengekspresikan ketidaksenangan mereka ketika merasa malu. Tetapi apakah maksud Tuhan sehubungan dengan disiplin untuk anggota muda dari keluarga-Nya ini?
Amsal mengatur disiplin dalam konteks harapan untuk masa depan (Ams. 19: 18). Orang tua yang saleh tahu bahwa anak-anak memiliki sifat yang berdosa. Hanya satu kekuatan yang dapat membantu mereka, dan kekuatan ini adalah Kristus (lihat Ellen G. White, Seri Membina Keluarga, jld. 3, hlm. 27). Misi pengasuhan orang Kristen, termasuk disiplin, adalah membimbing anak-anak kepada Tuhan.
Menopang tanaman yang masih muda. Dari awal hingga akhir disiplin Kristus dipandang bukan sebagai hukuman, atau ekspresi otoritas, tetapi sebagai koreksi penebusan. Rencana Allah adalah bahwa orang tua yang mengasihi, mengetahui kekuatan dosa, menuntun langkah anak-anak mereka kepada Kristus. Orang tua yang peduli mengoreksi dengan baik dan tegas, menahan dan membimbing anak-anak selama tahun-tahun awal, sama seperti seorang petani memberikan dukungan pada pohon yang baru ditanam, sampai pengendalian diri muncul dan seorang pemuda datang untuk percaya kepada Tuhan dan bekerja sama dengan rencana Ilahi untuk keselamatan, pertumbuhan, dan kedewasaan.
Pesan apakah untuk orang tua yang ditemukan dalam Amsal 13: 24;23: 13,14?
Semua mengatakan, bahwa hanya beberapa ayat yang menyebutkan “tongkat” (Ibr. Shebet) dalam konteks mendisiplin anak-anak. Dalam tulisan-tulisan populer mengenai mendidik anak Kristen, gagasan bahwa penggunaan rotan oleh orang tua harus seperti gembala surgawi menggunakan rotan untuk menuntun kawanan domba-Nya (Mzm. 23: 4). Di tempat lain, Kitab Suci menunjuk untuk mengajar dengan sabar, memberi contoh dengan konsisten, komunikasi yang baik, dan hubungan yang dekat agar memengaruhi perubahan pada anak-anak (Ul. 11: 18, 19). Perasaan dicintai dari seorang anak oleh orang tuanya sangat penting jika disiplin memiliki efek seperti yang diinginkan sebagai koreksi dan penebusan (Ams. 13: 24).
Ketika disiplin telah kehilangan arah, menjadi terlalu keras atau disalahmengerti, bagaimanakah orang tua dapat mengatur hal-hal yang benar dengan anak-anak mereka?
Orang tua kadang-kadang mendisiplin anak-anak mereka untuk memberi kesan kepada mereka apa perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, untuk menghukum karena ketidaktaatan, atau bahkan untuk mengekspresikan ketidaksenangan mereka ketika merasa malu. Tetapi apakah maksud Tuhan sehubungan dengan disiplin untuk anggota muda dari keluarga-Nya ini?
Amsal mengatur disiplin dalam konteks harapan untuk masa depan (Ams. 19: 18). Orang tua yang saleh tahu bahwa anak-anak memiliki sifat yang berdosa. Hanya satu kekuatan yang dapat membantu mereka, dan kekuatan ini adalah Kristus (lihat Ellen G. White, Seri Membina Keluarga, jld. 3, hlm. 27). Misi pengasuhan orang Kristen, termasuk disiplin, adalah membimbing anak-anak kepada Tuhan.
Menopang tanaman yang masih muda. Dari awal hingga akhir disiplin Kristus dipandang bukan sebagai hukuman, atau ekspresi otoritas, tetapi sebagai koreksi penebusan. Rencana Allah adalah bahwa orang tua yang mengasihi, mengetahui kekuatan dosa, menuntun langkah anak-anak mereka kepada Kristus. Orang tua yang peduli mengoreksi dengan baik dan tegas, menahan dan membimbing anak-anak selama tahun-tahun awal, sama seperti seorang petani memberikan dukungan pada pohon yang baru ditanam, sampai pengendalian diri muncul dan seorang pemuda datang untuk percaya kepada Tuhan dan bekerja sama dengan rencana Ilahi untuk keselamatan, pertumbuhan, dan kedewasaan.
Pesan apakah untuk orang tua yang ditemukan dalam Amsal 13: 24;23: 13,14?
Semua mengatakan, bahwa hanya beberapa ayat yang menyebutkan “tongkat” (Ibr. Shebet) dalam konteks mendisiplin anak-anak. Dalam tulisan-tulisan populer mengenai mendidik anak Kristen, gagasan bahwa penggunaan rotan oleh orang tua harus seperti gembala surgawi menggunakan rotan untuk menuntun kawanan domba-Nya (Mzm. 23: 4). Di tempat lain, Kitab Suci menunjuk untuk mengajar dengan sabar, memberi contoh dengan konsisten, komunikasi yang baik, dan hubungan yang dekat agar memengaruhi perubahan pada anak-anak (Ul. 11: 18, 19). Perasaan dicintai dari seorang anak oleh orang tuanya sangat penting jika disiplin memiliki efek seperti yang diinginkan sebagai koreksi dan penebusan (Ams. 13: 24).
Ketika disiplin telah kehilangan arah, menjadi terlalu keras atau disalahmengerti, bagaimanakah orang tua dapat mengatur hal-hal yang benar dengan anak-anak mereka?