Orang Tua Tanpa Anak
Bacalah Kejadian 18: 11; 30: 1; 1 Samuel 1: 1-8, dan Lukas 1: 7. Apakah persamaan mereka? Bagaimanakah Allah mengabulkan keinginan mereka?
Anak-anak adalah berkat. Tetapi untuk alasan tertentu Allah tidak selalu memberkati seseorang dengan anak. Sebagian orang berharap dan berdoa untuk sebuah keluarga, dan Allah menjawab permohonan mereka; kadang-kadang dengan cara yang ajaib, seperti dalam kasus Sarah; yang lain juga memohon dengan sungguh-sungguh di hadapan takhta Allah yang dipenuhi dengan keheningan. Setiap kali mereka melihat teman yang memuji Tuhan karena kehamilan dan kemudian menyambut kelahiran bayi, hal itu memperdalam luka mereka memikirkan bahwa mereka tidak bisa. Bahkan dengan pertanyaan seperti "Anda memiliki berapa anak?” merupakan pengingat bahwa mereka tidak termasuk dalam kelompok yang memiliki anak, walaupun mereka juga menginginkan hal itu.
Mereka yang telah melalui pengalaman seperti itu harus menerima bahwa Allah mengerti penderitaan mereka. Pemazmur menyatakan bahwa, “Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan” (Mzm. 56: 9). Walaupun kelihatannya diam, “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm. 103: 13).
Sementara itu, orang lain untuk berbagai alasan memilih untuk tidak mau memiliki anak. Seseorang bisa mengerti bahwa dalam dunia seperti ini yang penuh penderitaan, kesakitan, kejahatan, dan potensi bencana, mengapa beberapa orang mengambil keputusan untuk tidak menambah manusia ke dalam hal tersebut. Dalam beberapa kasus, beberapa orang lebih memilih untuk mengadopsi anak daripada memiliki anak mereka sendiri; dengan cara itu mereka dapat membesarkan anak yang sudah ada, sering kali memberi mereka kesempatan pada kehidupan yang jauh lebih baik daripada apa yang mereka miliki.
Dunia kita adalah tempat yang rumit, dan kita cenderung akan bertemu semua jenis orang dalam segala macam situasi dalam hal memiliki atau tidak memiliki anak. Dalam situasi apa pun kita menemui pertanyaan mengenai anak-anak, kita dapat hidup dengan kepastian kasih Allah bagi kita dan keinginan-Nya untuk tujuan yang baik bagi kita. Di saat yang sama, marilah selalu mengingat untuk menjadi sensitif terhadap orang-orang, yang untuk alasan apa pun, tidak memiliki anak.
Yesus tidak pernah memiliki anak-anak alami milik-Nya sendiri. Pelajaran apakah, yang ada untuk kita dalam kenyataan ini?
Anak-anak adalah berkat. Tetapi untuk alasan tertentu Allah tidak selalu memberkati seseorang dengan anak. Sebagian orang berharap dan berdoa untuk sebuah keluarga, dan Allah menjawab permohonan mereka; kadang-kadang dengan cara yang ajaib, seperti dalam kasus Sarah; yang lain juga memohon dengan sungguh-sungguh di hadapan takhta Allah yang dipenuhi dengan keheningan. Setiap kali mereka melihat teman yang memuji Tuhan karena kehamilan dan kemudian menyambut kelahiran bayi, hal itu memperdalam luka mereka memikirkan bahwa mereka tidak bisa. Bahkan dengan pertanyaan seperti "Anda memiliki berapa anak?” merupakan pengingat bahwa mereka tidak termasuk dalam kelompok yang memiliki anak, walaupun mereka juga menginginkan hal itu.
Mereka yang telah melalui pengalaman seperti itu harus menerima bahwa Allah mengerti penderitaan mereka. Pemazmur menyatakan bahwa, “Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan” (Mzm. 56: 9). Walaupun kelihatannya diam, “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm. 103: 13).
Sementara itu, orang lain untuk berbagai alasan memilih untuk tidak mau memiliki anak. Seseorang bisa mengerti bahwa dalam dunia seperti ini yang penuh penderitaan, kesakitan, kejahatan, dan potensi bencana, mengapa beberapa orang mengambil keputusan untuk tidak menambah manusia ke dalam hal tersebut. Dalam beberapa kasus, beberapa orang lebih memilih untuk mengadopsi anak daripada memiliki anak mereka sendiri; dengan cara itu mereka dapat membesarkan anak yang sudah ada, sering kali memberi mereka kesempatan pada kehidupan yang jauh lebih baik daripada apa yang mereka miliki.
Dunia kita adalah tempat yang rumit, dan kita cenderung akan bertemu semua jenis orang dalam segala macam situasi dalam hal memiliki atau tidak memiliki anak. Dalam situasi apa pun kita menemui pertanyaan mengenai anak-anak, kita dapat hidup dengan kepastian kasih Allah bagi kita dan keinginan-Nya untuk tujuan yang baik bagi kita. Di saat yang sama, marilah selalu mengingat untuk menjadi sensitif terhadap orang-orang, yang untuk alasan apa pun, tidak memiliki anak.
Yesus tidak pernah memiliki anak-anak alami milik-Nya sendiri. Pelajaran apakah, yang ada untuk kita dalam kenyataan ini?