Keegoisan: Penghancur Keluarga
“Jikalau kecongkakan dan mementingkan diri dikesampingkan, maka lima menit saja lamanya segala kesulitan yang paling sengit sudah lenyap.”—Ellen G. White, Tulisan-tulisan Permulaan, hlm. 194.
Sebagai manusia, kodrat kita telah dirusak oleh dosa. Dan barangkali, contoh terbesar dari kerusakan itu adalah kutukan keegoisan. Kita sepertinya terlahir egois; kita dapat melihat kenyataan ini pada anak-anak kecil, yang alaminya menginginkan hanya untuk diri mereka. “Saya, saya, saya...” Tetapi ketika kita beranjak dewasa sifat ini dapat menjelma dalam beberapa cara yang sangat mengerikan, khususnya di rumah.
Tentu saja. Yesus datang untuk mengubah hal ini (Ef 4: 24). Firman-Nya menjanjikan kita bahwa kita, melalui Dia, tidak harus dikuasai oleh sifat karakter yang merusak ini. Seluruh hidup-Nya adalah contoh sempurna dari apa artinya hidup tanpa keegoisan; sampai pada tingkat yang kita tiru dari kehidupan-Nya (1 Yoh. 2: 6), kita akan mengatasi kecenderungan untuk hidup hanya bagi diri kita sendiri.
Bacalah ayat-ayat berikut. Apakah yang dikatakannya kepada kita tentang menjalani kehidupan yang tidak mementingkan diri sendiri?
Flp. 2: 3-5
1 Yoh. 3: 16-18
Seperti yang ditulis Ellen G. White di atas, jika kesombongan dan keegoisan dikesampingkan, begitu banyak masalah dapat diselesaikan dengan sangat cepat, jauh sebelum hal tersebut bernanah dan akhirnya berubah menjadi sesuatu yang sangat buruk. Semua anggota keluarga, khususnya orang tua, harus dibersihkan (Ams. 16: 6) dari dosa ini di kaki Salib (contoh terbesar di seluruh alam semesta mengenai tidak mementingkan diri sendiri), bahkan jika itu berarti terus-menerus, kembalilah ke salib dan berlutut dalam doa, iman, air mata, dan kepatuhan.
Berapa banyakkah waktu yang Anda habiskan di salib berjuang melawan keegoisan yang ada di dalam kehidupan Anda? Bagaimanakah ayat ini (Mat. 7: 16) membantu menunjukkan jika Anda telah menghabiskan cukup waktu di sana?