Sekolah Sabat 13 Mei 2019 - Menjadi Satu melalui Kasih-Nya

Menjadi Satu melalui Kasih-Nya

“Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu” (1 Tes. 3: 12).

Yesus berdoa kepada Bapa-Nya bahwa para pengikut-Nya dapat “menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu” (Yoh. 17: 22, NIV). Rangkumkan apakah yang Yesus katakan di sini, fokuskan secara khusus pada peran kasih yang dibutuhkan untuk mencapai kesatuan ini.
Kesatuan di antara para pengikut-Nya ada di dalam pikiran Yesus dalam doa ini. Mengalami kasih agape adalah penting bagi kesatuan ini. "Agape” adalah kata Alkitab untuk kasih Allah digunakan dalam doa ini dan di dalam banyak tempat di dalam Perjanjian Baru. Kasih seperti itu adalah sifat alami Allah (1 Yoh. 4: 8), dan itu adalah pengenal pengikut-pengikut Yesus (Yoh. 13: 35). Kasih Allah tidak alamiah bagi hati manusia yang berdosa. Itu datang ke dalam hidup seseorang seperti Yesus berdiam dengan orang percaya oleh Roh-Nya (Rm. 5: 5; 8: 9, 11).

“Yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu ’’ (Yoh. 15: 12). Yohanes murid Yesus, yang menulis kata-kata ini, yang dulunya seorang yang angkuh, haus akan kekuasaan, suka mengkritik, dan bertemperamen panas (Mrk. 3: 17; Luk. 9: 54, 55; lihat juga Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 313,314).

Di kemudian hari dia ingat bagaimana Yesus terus mencintainya terlepas dari sifat-sifat ini. Kasih Yesus secara bertahap mengubah Yohanes. memungkinkan dia untuk mengasihi orang lain dalam kesatuan Kristen. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita)” (1 Yoh. 4: 19), dia menulis, dan “jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi” (1 Yoh. 4: 11).

Baca 1 Korintus 13: 4-8. Coba tempatkan nama Anda di mana kata “kasih” muncul. Apakah cocok? Mintalah Yesus untuk membawa sifat-sifat kasih ini ke dalam hidup Anda oleh Roh-Nya. Perubahan apakah yang mungkin diminta oleh Roh untuk membuat Anda menjadi Kristen yang ideal?