Sekolah Sabat 10 Mei 2019-Pendalaman


Pendalaman: “Pernikahan telah menerima berkat Kristus, dan itu harus dianggap sebagai satu lembaga yang suci. Agama yang sejati bukan untuk menandingi rencana Tuhan. Ia menetapkan bahwa pria dan wanita harus bersatu dalam pernikahan yang suci, untuk membangun keluarga yang dimahkotai dengan kehormatan, akan menjadi simbol keluarga di surga. Dan pada awal pelayanan-Nya, Kristus memberikan dukungan-Nya kepada institusi yang telah disetujui di Eden. Karena itu Ia menyatakan kepada semua orang bahwa Ia tidak akan menolak hadir pada saat pernikahan, dan bahwa pernikahan, ketika dengan kemurnian dan kekudusan bersatu, kebenaran dan kebajikan, adalah salah satu berkat terbesar yang pernah diberikan kepada keluarga manusia.”— Ellen G. White, Daughters of God, hlm. 180, 181.

Seperti yang ditunjukkan Kidung Agung, cinta seksual dapat menjadi hal yang luar biasa dalam pernikahan. Tetapi hubungan yang langgeng tidak bisa hanya didasarkan pada kecantikan luar dan kesenangan fisik. Tubuh kita akan menua dan membusuk, dan tidak ada diet, olahraga, atau operasi plastik yang akan membuat kita muda selamanya. Pernikahan Salomo dan perempuan Sulam adalah untuk seumur hidup, hubungan yang berkomitmen. Tiga kali mereka menegaskan bahwa mereka saling memiliki (Kid. 2: 16; 6: 3; 7: 10). Yang pertama adalah pengakuan saling memiliki (bandingkan dengan Ef. 5: 21, 33). Yang kedua dia mengulang dalam menegaskan kembali kepatuhannya (juga Ef 5: 22, 23). Ketiga kalinya ia mengungkapkan hasrat untuknya (Ef 5: 24-32). Cinta seperti ini tidak bisa ditenggelamkan (Kid. 8: 7), seperti meterai yang tidak bisa diingkari (Kid. 8: 6).
Pertanyaan Diskusi:

1.    Bagaimanakah Salomo menggambarkan istrinya yang sempurna (Kid. 4: 1-5; 6: 8, dan 7; 1-9) bandingkan dengan ketika Adam melihat Hawa untuk pertama kalinya? (Kej. 2: 23). Bagaimanakah suami terhadap istri mereka sendiri? (Ef. 5: 28, 29).

2.    Beberapa orang telah melihat dalam kitab Kidung Agung sebuah alegori hubungan yang ada antara Allah dan umat-Nya atau antara Yesus dan gereja-Nya. Sementara kita harus berhati-hati untuk tidak terlalu banyak mengiaskan, keistimewaan apa dari hubungan antara kedua orang ini dibandingkan dengan hubungan kita dengan Allah? Juga bandingkan dengan Yes. 54: 4, 5; Yer. 3: 14; 2 Kor. 11: 2.

3.    Baca Amsal 31: 26; Kidung Agung 5: 16, dan Amsal 25: 11. Seberapa pentingkah kata-kata kita dalam meruntuhkan atau membangun pasangan kita dan melemahkan atau memperkuat pernikahan kita? Gunakan ayat-ayat berikut sebagai ilustrasi lebih lanjut:

Yak. 1: 26, 3: 5-11.