Renungan Pagi 23 Mei 2019 - Berjalan Menuju Kemenangan

Berjalan Menuju Kemenangan

"Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita" (1 Korintus 15:57).

Tidak ada yang bisa lebih tak berdaya, tidak ada yang bisa lebih bergantung, daripada jiwa yang merasakan kekosongannya dan bersandar sepenuhnya pada kemurahan darah Juruselamat yang disalibkan dan yang telah bangkit. Kehidupan Kristen adalah kehidupan peperangan, konflik yang berkesinambungan. Peperangan dan perjalanan baris-berbaris. Namun setiap perbuatan penurutan kepada Kristus, setiap perbuatan penyangkalan diri untuk nama-Nya, setiap pencobaan yang dihadapi dengan baik, setiap kemenangan yang diperoleh atas godaan, adalah satu langkah dalam perjalanan menuju kemuliaan kemenangan akhir.

Jika kita minta Kristus memimpin kita, maka Ia akan menuntun kita sepanjang jalan sempit. Jalannya mungkin kasar dan berduri; pendakian itu boleh jadi curam dan berbahaya; mungkin ada lubang perangkap di sisi kanan dan kiri; mungkin kita harus merasakan kerja keras dalam perjalanan kita; ketika letih, ketika merindukan perhentian, kita mungkin harus berusaha keras; ketika pingsan, kita mungkin harus berjuang; ketika kecewa, kita mungkin diminta berharap; namun dengan Kristus sebagai Pemandu, kita tidak akan kehilangan jalan menuju kehidupan kekal, kita tidak akan gagal mencapai tempat berlindung yang diinginkan pada akhirnya.

Kristus sendiri telah menapaki jalan kasar itu sebelum kita dan telah menghaluskan jalannya untuk kaki kita. Jalan sempit kesucian, jalan yang dihamparkan untuk dilalui umat tebusan Tuhan, disinari oleh Dia yang adalah terang dunia. Saat kita mengikuti langkah-Nya, terang-Nya akan bersinar atas kita, dan sementara kita memantulkan terang yang kita terima dari kemuliaan Kristus, maka jalannya akan tampak lebih terang dan semakin terang sampai hari yang sempurna itu.

Mungkin pada awalnya kita merasa senang memegahkan diri dan mengikuti ambisi duniawi, namun akhirnya kesedihan dan kedukaan. Rencana-rencana mementingkan diri mungkin menghadirkan janji-janji yang mengangkat diri, dan memberi harapan sukacita, namun kita akan mendapati bahwa kebahagiaan kita diracuni dan menjadi pahit oleh harapan-harapan yang berpusat pada diri sendiri. Dalam mengikuti Kristus kita aman, karena Ia tidak akan membiarkan kuasa kegelapan melukai sehelai rambut pun di kepala kita. Ia akan menjaga apa yang dipercayakan kepada-Nya, dan kita akan menjadi lebih dari sekadar pemenang melalui Dia yang mengasihi kita.