Renungan Pagi 22 Mei 2019 - SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN

SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN


"Dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,'entah kamu menganan atau mengiri" (Yesaya 30:21).

Aku tahu bahwa manusia banyak menderita karena mereka keluar dari jalur yang ditentukan Allah agar mereka ikuti. Mereka berjalan di bawah percikan api buatan mereka sendiri, dan akibat pasti adalah penderitaan, kegelisahan, dan kesedihan, yang seharusnya bisa mereka hindari kalau saja mereka menyerahkan kehendaknya kepada Allah dan mengizinkan Dia mengendalikan jalannya. Allah melihat perlunya menentang kemauan dan cara kita, dan menaklukkan kemauan kita.

Jalan mana pun yang Allah pilih buat kita, jalan mana pun yang Ia tetapkan bagi kaki kita, maka itulah satu-satunya jalan aman. Setiap hari kita harus biasakan penyerahan seperti anak kecil, dan berdoa agar mata kita diurapi dengan salep surgawi agar kita bisa melihat petunjuk kehendak Ilahi, kalau tidak kita bingung dalam pemikiran kita, karena kemauan kita tampaknya mengendalikan semua. Dengan mata iman, dengan kepasrahan anak kecil sebagaimana anak yang menurut, kita harus memandang Allah, mengikuti tuntunan-Nya, dan kesukaran akan hilang. Janji-Nya adalah: “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh... mata-Ku tertuju kepadamu” (Mazmur 32:8).

Jika kita datang kepada Allah dengan roh yang mau diajar dan rendah hati, bukan dengan rencana-rencana yang kita telah buat sebelum kita bertanya pada-Nya, dan dibentuk menurut kemauan kita, namun dalam penyerahan, dalam kesediaan untuk diajar, dalam iman, maka sudah menjadi hak istimewa kita untuk menuntut janji itu setiap jam setiap hari. Bisa saja kita tidak percaya diri kita, dan kita perlu waspada terhadap kecenderungan kita sendiri yang kuat, kalau tidak kita akan mengikuti pikiran dan rencana kita dan mengira itulah jalan Tuhan....

Bapa surgawi kita adalah Penguasa kita, dan kita harus pasrah dengan disiplin-Nya. Kita adalah anggota keluarga-Nya. Ia berhak mendapat pelayanan kita; dan bila salah seorang dari anggota keluarga-Nya berkeras memilih jalannya sendiri, ingin melakukan kesukaannya sendiri, maka cara berpikir itu akan mengakibatkan gangguan dan keadaan yang membingungkan. Kita tidak boleh belajar untuk mencari jalan sendiri, namun jalan Allah dan kehendak Allah.