Renungan Pagi 19 Mei 2019-IMAN YANG SENANTIASA BERTUMBUH

IMAN YANG SENANTIASA BERTUMBUH

"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Aliah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia" (Ibrani 11:6).

Waktunya telah tiba ketika kita mengharapkan berkat besar dari Tuhan. Kita harus bangkit ke standar yang lebih tinggi berbicara tentang iman. Iman kita terlalu sedikit. Firman Allah adalah sokongan kita. Kita harus menerimanya, benar-benar memercayai setiap perkataan. Dengan jaminan ini kita bisa meminta hal-hal besar, dan sesuai dengan iman kita itu akan terjadi atas kita....

Kerja iman berarti lebih dari yang kita pikirkan. Artinya ketergantungan penuh pada Firman Allah. Oleh perbuatan kita memperlihatkan bahwa kita percaya kalau Allah itu akan melakukan sebagaimana yang Ia katakan. Roda alam dan pemeliharaan Tuhan tidak dimaksudkan untuk berputar mundur atau tetap diam. Kita harus memiliki iman yang bekerja dan maju, iman yang bekerja dengan kasih dan memurnikan jiwa dari setiap sisa-sisa kecintaan diri. Bukan diri sendiri, tetapi Allah yang harus kita andalkan. Jangan kita pelihara ketidakpercayaan. Kita harus memiliki iman yang menerima Allah sebagaimana Firman-Nya....

Iman sejati terdiri dari melakukan apa yang diperintahkan Allah, bukan menciptakan apa yang tidak Ia perintahkan. Keadilan, kebenaran, kemurahan, adalah buah dari iman. Kita perlu berjalan dalam terang hukum Allah; maka perbuatan baik akan menjadi buah dari iman kita; hasil dari hati yang diperbarui setiap hari. Pohonnya harus dibuat baik sebelum menghasilkan buah yang baik. Kita harus sepenuhnya mengabdikan diri kepada Allah. Kemauan kita harus dijadikan benar sebelum buahnya baik. Kita tidak boleh memiliki agama gelisah. “Apa pun yang engkau lakukan, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31, KJV).

Sungguh suatu ladang luas terhampar di hadapanku! Umat kita harus memiliki Roh Kudus yang bekerja dalam batin setiap harinya. Mereka harus memiliki iman yang bekerja oleh kasih, suatu iman yang dipancarkan dari Allah. Tidak boleh ada sedikit pun sifat cinta diri. Bilamana iman kita bekerja dengan kasih, sama seperti kasih yang dinyatakan Kristus dalam hidup-Nya, maka bentuknya akan kukuh; itu akan menjadi buah dari ke-mauan yang ditaklukkan. Namun tidak sampai diri mati barulah Kristus bisa tinggal di dalam kita. Bukan hingga diri sendiri mati maka kita bisa memiliki iman yang bekerja dengan kasih dan memurnikan jiwa.