Menemukan Sebuah Gereja Pemelihara Sabat
Ivaldo adalah siswa Sekolah Menengah Atas yang sangat menaruh perhatian untuk menjadi seorang Imam. Dengan rajin ia mempelajari katekismus dan mengajarkannya di gerejanya di Nampula. kota ketiga terbesar di Mozambik dengan penduduk sebanyak 500.OOO JIWA. Ia mempersiapkan diri berpindah ke Ibu Kota, Maputo, untuk pendidikan menjadi seorang imam.
Tetapi kemudian Ia membandingkan antara katekismus dengan Alkitab berkaitan dengan sepuluh perintah Allah yang akan diajarkannya pada suatu hari Minggu yang akan datang Ia mendapati bahwa ajaran Alkitab sangatlah berbeda.
Ia coba bertanya kepada seorang imam untuk menjelaskan kepadanya tentang hal ini, akan tetapi sang imam tak dapat menjawabnya.
Di Sekolah Menengah Atas ini, ivalldo pernah membentuk sebuah kelompok sosial yang terdiri dari 30 siswa untuk menghitung berapa banyak perbedaan antara Alkitab dengan ajaran-ajaran gereja. Pekerjaan dari para siswa ini menjadi tanda awas bagi para bishop, sehingga mereka menyerukan bahwa apa yang mereka teliti adalah sebuah dosa dan mereka diminta untuk melakukan pengakuan dosa kepada bishop atau jika tidak akan berisiko mendapat penolakan dari gereja.
"Kami hanya akan mengakui dosa kepada Tuhan," kata para siswa tersebut Sang bishop kemudian menghukum para siswa tersebut dari gereja.
Tiga puluh siswa tersebut terus membaca dalam Alkitab bahwa perbaktian orang Kristen mula-mula itu adalah setiap hari yang ketujuh, tetapi mereka tidak mengetahui jika ada orang-orang di Nampula yang beribadah pada hari Sabat Kelompok itu terhenti sejenak karena beberapa pelajar mengikuti gereja Evangelical dan yang lainnya tertarik masuk Islam.
Fakta Singkat
> Mozambik memiliki terumbu karang terkaya di dunia. Lebih dari 1.200jenis ikan yang telah diidentifikasi di perairan pantai Mozambik.
> Terdapat 147 air port di Mozambik, meskipun hanya 22 saja yang memiliki landasan pacu yang diaspal.
Tips Cerita
> Saksikan Ivaldo di tautan: bit. ly/Ivaldo-Nazare
> Temukan foto-foto untuk kisah ini di tautan: bit.ly/fb-mqSementara itu, orang tua Ivaldo adalah orang yang berpengaruh di gereja mereka, karena itu anak mereka diizinkan untuk kembali tetapi tidak bisa lagi menjadi seorang imam.
Pada suatu hari Minggu, Ivaldo sedang berbicara tentang hari Sabat di gerejanya tiba-tiba seorang perempuan mengatakan:"Anda tahu, ada sebuah gereja yang beribadah pada hari Sabat di Nampula.'
Ivaldo begitu bersemangat menyampaikan berita itu kepada ke-30 sahabatnya. Akan tetapi kebanyakan dari mereka sudah tidak tertarik lagi dengan hal itu. Tinggal Ivaldo dan tiga sahabatnya yang pergi ke gereja Masehi Advent Hari Ketujuh pada hari Sabat berikutnya.
Lima bulan kemudian, Ivaldo dibaptiskan. Pada saat ia sampaikan
keputusannya kepada orang tuanya, ibunya berkata bahwa ia sudah tahu sebelumnya. "Saya memperhatikan bahwa kelakuanmu telah banyak berubah," kata sang ibu''engkau selalu saja memulaikan percakapan menggunakan Alkitab." Ayah dengan segera memperlakukan seolah-olah dia bukan lagi anaknya. "Jika engkau pergi ke gereja Advent pada hari Sabat depan, saya akan membuang engkau beserta seluruh pakaian ke luar rumah,"kata sang ayah.
Hari Sabat berikutnya Ivaldo pergi ke gereja, ayahnya pun segera memerintahkan dia untuk keluar dari rumah. Akan tetapi, ibunya mencoba meyakinkan ayahnya untuk tenang.
Namun sang ayah tetap kepada keputusannya, bahkan tidak lagi membiayai sekolah Ivaldo.
"Saya tidak mau menggunakan uang untuk keperluanmu kecuali untuk membeli peti jenazah kamu," kata sang ayah. Ivaldo menerima makanan dari ibunya, dan anggota-anggota gereja memberikan uang untuk biaya sekolah serta keperluan-keperluan lainnya.
Melihat bahwa Ivaldo menjadi lebih sejahtera, ayahnya menjadi sangat murka. Sang ayah berkata kepada para tetangga bahwa anaknya itu mengidap penyakit HIV dan penyakit-penyakit lainnya.
"Orang-orang mulai menghindari saya," kata Ivaldo. "Bahkan para tetangga melarang anak-anak mereka untuk tidak bercakap-cakap dengan saya." Ivaldo tinggal dengan omanya
selama setahun. Tetapi kemudian sang ayah mengirim pesan permohonan maaf dan mengundang Ivaldo untuk pulang ke rumah.
Ayah mencoba untuk menolong Ivaldo masuk ke universitas, tetapi semua kelas akan masuk pada hari Sabtu jadi Ivaldo tidak bisa untuk hal itu.
Ayah mengatur sebuah pekerjaan dengan sebuah agen pemerintah, tetapi wawancaranya jatuh pada hari Sabat lagi-lagi Ivaldo tidak bisa memenuhinya.
Kembali sang ayah menjadi marah. 'Saya tidak mengerti apa yang kamu inginkan dalam hidupmu," ucapnya "Saya sudah mencoba untuk menolong kamu, tetapi kamu hilangkan banyak kesempatan karena hari Sabat. Jangan pernah mengharapkan pertolongan saya lagi."
Ivaldo mulai bekerja secara tak terikat sebagai wartawan dan memanfaatkan pendapatannya untuk mengongkosi sekolah jurnalis yang diikutinya Ia bekerja di beberapa perusahaan radio dan televisi, tetapi tidak ada yang akan menerima dia
untuk bekerja penuh waktu oleh karena hari Sabat.
Tetapi Ivaldo, yang sekarang berusia 23 tahun, tidak putus asa. Melalui pengaruhnya, ada 10 anak muda sahabatnya telah bergabung dengan gereja Advent. Dan sebagai tambahan 3 adiknya laki-laki telah mulai menghadiri gereja, ibunya juga rindu untuk bergabung Ayahnya telah mengancam akan bercerai dengan ibunya.
'Saya selalu berdoa untuk ibu saya dan berharap agar ia akan menjadi seorang Advent," kata Ivaldo. "Doa saya Juga agar ayah paling sedikit dapat mengizinkan anggota-anggota keluarga lainnya boleh menghadiri gereja,"
Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan menolong untuk membangun sebuah panti asuhan untuk anak-anak yang kehilangan orang tua mereka akibat HIV/AIDS yang ada di kampung halaman Ivaldo, Nampula. Terima kasih persembahan misi Anda
Oleh. Andrew McChesney
Komentar
Posting Komentar