Mintalah seorang pemuda untuk menceritakan kisah ini dalam bahasa orang pertama.
Pesawat misi itu menurunkan saya dan teman saya di kaki pegunungan Papua, Indonesia.
Kami pergi ke sebuah kota untuk berbelanja kebutuhan di menit-menit terakhir sebelum mendaki pegunungan itu untuk melakukan tugas kami sebagai misionaris. Kami tidak memiliki banyak uang, tetapi kami mencari apa yang kami butuhkan di pasar induk: Satu kantung jeruk nipis hijau. Kami menyukai jeruk nipis, dan kami tahu bahwa kami tidak akan menemukannya di atas gunung. Dua minggu kemudian, kami sudah berada di kampung pegunungan Tinibil, dan kami belum tahu bagaimana cara mewartakan Yesus di sana. Kami menerima pelatihan dari 1000 Missionary Movement, yang mengirim kami ke kampung itu, tetapi kami tidak dapat menemukan cara bagaimana untuk membuat penduduk kampung itu tertarik kepada Injil.
Kami ingat bahwa jika kami tidak tahu apa yang harus dilakukan, kami diajarkan untuk berdoa. Jadi, kami pun berdoa.
Pada suatu hari saat kami mendaki menyusuri kampung-kampung itu, seorang pria dari kampung tempat kami menginap meminta kami untuk menengok kerabatnya yang buta, bernama Marius. Kami pergi ke rumah Marius dan bertanya kepada Marius apakah yang menyebabkannya buta dua tahun yang lalu.
"Saya tidak tahu," katanya, sambil menggelengkan kepala. "Kejadiannya begitu mendadak."
Tapi orang lain di kampung itu tidak ragu-ragu mengenai penyebab kebutaan itu. Mereka menyalahkan roh-roh jahat.
Pos Misi> Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Indonesia dibagi menjadi Uni Indonesia Kawasan Timur, dengan kantor pusat di Sulawesi, dan Uni Indonesia Kawasan Barat, dengan kantor pusat di Jakarta.
> Karya Advent di Indonesia dimulai pada tahun 1900, ketika R.W. Munson, yang dahulunya adalah misionaris untuk gereja lain di Singapura, memulai sebuah karya misi di Padang, di sisi barat pantai Sumatra. Orang pertama yang ditobatkannya adalah Tay Hong Siang, seorang pengkhotbah keturunan Tionghoa, yang pernah menghuni panti asuhan Munson di Singapura bertahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 1903, Kepulauan Hindia Timur ini menjadi ladang misi bagi Australasian Union Conference.
> Pada tahun 1905, Immanuel Siregar, dari tanah Batak, menerima iman Advent setelah belajar Alkitab bersama R.W. Munson dan menjadi orang Indonesia pertama yang bertobat, Ia kemudian kembali ke Sumatra Utara, tanah Batak yang masih kanibal, sambil membawa pekabaran itu bagi sukunya.
Tips Cerita
> Ceren melayani sebagai misionaris pada tahun 2016. la sekarang menjadi mahasiswa teologi di Universitas Klabat dekat Manado, Indonesia.
> Jangan mencoba di rumah untuk mengobati mata dengan air jeruk nipis.
> Saksikan Ceren di tautan: bit.iy/ Ceren-Wuysan
> Temukan foto-foto untuk kisah ini di tautan: bit.ly/fb-mq
Marius dan keluarganya meminta pertolongan. Mereka meminta obat dan doa.
Saya dan teman saya tidak tahu harus melakukan apa. Kami kembali ke rumah tempat kami menginap dan berdoa: "Tuhan, jika ini adalah jalan untuk memulai pekerjaan misi ini, tolong lakukan sebuah mukjizat."
Kami teringat akan kantung berisi jeruk nipis yang kami beli di bawah gunung. Kami bukan dokter, tetapi kami tahu bahwa jeruk nipis memiliki efek pengobatan. Maka kami membawa sebuah jeruk nipis ketika berkunjung ke rumah Marius keesokan harinya. Kami memotong jeruk nipis itu menjadi dua dan berdoa. Kemudian kami membubuhkan beberapa tetes air perasan jeruk nipis itu ke mata Marius. Lalu kami kembali berdoa.
Kami melakukan hal ini setiap pagi dan petang selama sepekan. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi, dan kami hampir menyerah. Tapi setelah minggu kedua, Marius memberitahukan kami bahwa ia dapat melihat cahaya untuk pertama kalinya dalam dua tahun ini. Kami pun bersemangat dan berdoa lebih giat lagi.
Satu bulan berlalu, dan pada suatu hari Marius mengatakan bahwa ia dapat melihat sedikit.
Pada hari yang sama, kami kehabisan jeruk nipis. Kami tidak memberitahu Marius bahwa kami tidak memiliki jeruk nipis lagi. Kami hanya memberitahunya: "Mulai sekarang, kita akan melakukan terapi yang baru. Kita hanya berdoa saja."
Beberapa minggu kemudian, kami tiba di sana menyaksikan Marius berjalan-jalan di dekat rumahnya, Ia berjalan berkeliling dengan bebas, Ia sudah bisa melihat! Marius memberitahukan kami bahwa penglihatannya belum sempurna, tapi dia sudah mampu
Marius sangat bersukacita, dan
Ia memberitahukan hal in, kepada penduduk kampung yang lain bahwa Yesus telah mengembalikan penglihatannya dengan mengalahkan roh-roh jahat.
Hal ini membuka pintu bagi kami untuk mengabarkan Injil. Berita tentang mukjizat itu menyebar di pegunungan itu, dan orang mulai meminta kami untuk didoakan dan diobati. Mereka bersikeras untuk memanggil kami "pendeta" dan "dokter,"meskipun kami bukanlah pendeta atau pun dokter. Mereka ingin belajar Alkitab. Ini adalah sebuah jawaban doa. Tujuh orang dibaptis.
Terima kasih untuk persembahan misi Anda yang membantu penyebaran Injil ke sudut-sudut terpencil di dunia, bahkan ke atas sebuah gunung di Indonesia.
Oleh: Ceren Wuysan, seperti diceritakan kepada Andrew McChesney
Komentar
Posting Komentar